"Hunar.""Sampaikan perintahku. Dalam dua hari, seluruh pasukan keluarga Siallagan harus sudah tiba di sini. Aku mau memanfaatkan momen ini untuk memberi contoh!" titah Lusha dengan tegas.Lorian segera menjawab, "Siap!""Lorian.""Kamu ikut aku ke Gunung Harimau Silu."Gunung Harimau Silu!Menjadi sebuah gunung dengan lokasi di wilayah timur laut Kota Senggigi. Meski disebut sebagai gunung tandus, tempat ini dihuni seseorang yang sangat kuat!Lorian agak terkejut sejenak, baru dia menjawab, "Baik!"Sementara itu.Di Gunung Harimau Silu.Sebuah Rolls-Royce berhenti dan menjaga jarak agak jauh di luar sebuah pondok kayu.Lusha dan Lorian turun dari mobil, kemudian berhenti sepuluh meter dari pondok. Dengan penuh hormat, dia berkata, "Saya Lusha Siallagan dari keluarga Siallagan, memohon bertemu dengan Master Ximon!"Di pondok kayu itu, tinggal seorang pria yang dijuluki sebagai "Harimau Bermata Hijau", yakni Barandi Ximon."Ckitt ..."Setelah Lusha berbicara, pintu kayu itu tiba-tiba te
"Kamu!"Zakir menuding wajah Teguh. Percikan api tampak hampir keluar dari kedua matanya. "Teguh, kalau kutahu kamu ini kurang ajar dan nggak tahu cara berterima kasih jadi orang, aku nggak sudi repot-repot menghubungi banyak orang dan memelas buatmu.""Biar saja kamu mati di keluarga Siallagan!" kutuknya.Rina juga marah.Dia melihat dengan mata kepala sendiri saat Zakir menelepon berkali-kali selama hampir setengah jam, hanya untuk mengirim permohonan dan meminta bantuan!Namun, setelah Teguh kembali, tidak terdengar satu kata pun yang menyenangkan dari mulutnya.Tidak tahu diri.Wajah Rina kelihatan sangat kelam. Dengan suara bernada dingin, dia menghujat, "Teguh, ayahku sudah susah payah berusaha demi menyelamatkanmu, ternyata kamu nggak peduli sedikit pun, ya? Kamu nggak punya hati sama sekali, aku sampai tercengang!"Yoga menatap tajam kedua orang itu, lalu berkata lembut, "Sudahlah, beruntung Teguh berhasil pulang. Masalahnya sudah selesai, itu yang terpenting."Kedua orang itu
"Syutt!"Seberkas cahaya perak melesat keluar dari tangannya, lalu menancap pada beberapa titik penting di tubuh Pak Tua Walawi.Pak Tua Walawi terluka sangat parah.Teguh hanya bisa menggunakan jarum perak untuk menstabilkan denyut jantungnya agar tidak meninggal saat itu juga.Saat sudah beres, dia langsung menelepon Sarah."Sarah, gurumu terluka parah. Di Vila Sultan Permai, cepat ke sini."Setelah menutup telepon, Teguh membawa Pak Tua Walawi kembali ke Vila Sultan Permai.Baru saja langkahnya memasuki vila, Sarah pun tiba."Guru!""Guru, k-kenapa kamu sampai begini ..."Melihat keadaan Pak Tua Walawi yang begitu parah, Sarah sangat ketakutan sampai menangis dan jatuh bersimpuh di hadapannya dengan air mata berderai."Lukanya sangat parah. Ada beberapa luka yang mengancam nyawanya."Saat masih di jalan, Teguh baru melakukan pemeriksaan singkat. Sambil memeriksa lebih rinci, dia bertanya, "Kamu tahu informasi soal dia punya musuh atau semacamnya?""Ya."Sarah menyeka air matanya dan
Saat masih di Perbatasan Barat.Pernah ada seorang tentara yang diracuni musuh. Keadaannya saat itu lebih parah dari kondisi Pak Tua Walawi sekarang. Dia sudah menggila sampai menggigit setiap orang yang ada di depannya.Saat Teguh mencoba untuk mengobatinya, orang itu menggigit lengan Teguh, lalu ... mengisap darahnya.Akibatnya sangat mengejutkan.Sebelum Teguh sempat berbuat banyak untuk mengobatinya, tentara itu berangsur-angsur tenang dan gejalanya makin melemah.Teguh pun menyadari, darahnya bisa dimanfaatkan sebagai obat penawar racun.Sejak saat itu, Teguh telah beberapa kali menggunakan darahnya sebagai pemicu untuk membantu tentaranya saat mengatasi masalah sulit.Namun, dia masih belum paham penuh prinsip-prinsipnya.Sarah tampak agak terkejut melihat tindakannya. Bilah bibirnya terbuka membentuk lengkung ranum yang menggoda, hanya dia tetap diam dan tidak bertanya.Setelah obatnya siap, Teguh memberikannya pada Kakek Walawi, lalu meminumkan air putih.Beberapa saat kemudian
"Teguh!"Zakir menatap mata Teguh dengan tatapan yang sangat dingin seraya berkata, "Katakan yang sebenarnya, apa yang kamu lakukan di keluarga Siallagan sampai-sampai Lusha mengumpulkan seribu orang pengikut!"Seribu orang pengikut ...Lumayan besar-besaran.Kemarahan Zakir sudah meledak-ledak, tetapi Teguh bersikap acuh tak acuh. "Aku sudah bilang kemarin, aku bisa pulang itu nggak ada hubungannya denganmu.""Lusha membiarkanku pergi karena kami membuat perjanjian untuk bertarung dan menentukan siapa yang lebih kuat.""Seribu orang ini sepertinya datang untuk menyerangku."Teguh berbicara dengan suara santai.Sebaliknya, Rina dan Zakir sungguh pusing serasa hampir pingsan."Kamu! Teguh, kamu sudah nggak waras, ya?"Zakir menuding Teguh dengan jari yang gemetar tak tertahankan dan mengutuk penuh amarah, "Berengsek. Kamu berani sekali beradu langsung dengan keluarga Siallagan?""Kalau kamu mau mati, loncat dari gedung saja sana atau pergi gantung diri. Kenapa harus cari masalah dengan
"Apa?"Ekspresi wajah semua orang sontak berubah setelah mendengar ucapan tersebut.Kedatangan Lusha terlalu cepat!Bahkan, dia masih menyuruh orang-orang untuk mengepung Bahari Indah, sungguh berniat memusnahkan keluarga Yulianto!"Ayah, sekarang kita harus gimana?""Pak Kepala, cepat ambil keputusan!""Benar, kedatangan lawan terlalu mendadak. Kita harus segera cari cara untuk melawan."Semua orang terlihat panik.Mereka semua menatap Yoga, menunggu Yoga membuat keputusan terakhir."Melawan?""Kalian nggak bisa melakukan apa pun karena kalian cuma punya satu jalan yang bisa ditempuh!" Sebuah suara bernada dingin terdengar sebelum Yoga menjawab mereka.Semua orang melihat ke arah suara itu.Orang itu berusia 45 tahun. Wajahnya terlihat mengeras, bahkan diselimuti juga oleh aura membunuh.Sejauh matanya mengamati sekitar, akhirnya berhenti pada Teguh yang berada di belakang kerumunan. Pada saat ini, raut wajahnya menjadi kejam, lalu dia tersenyum sinis sambil berkata, "Serahkan Teguh."
"Kak ..."Lusha mencuri dengar saat menutup sambungan teleponnya, tak tahan untuk mengejek, "Kelihatannya jaringan keluarga Yulianto juga nggak bagus-bagus banget, ya. Meneleponnya sudah lama, tapi nggak ada yang bisa datang."Setelah dia selesai berbicara.Konglomerat di belakangnya juga ikut tergelak."Mendengar nama besar Tuan Lusha dari keluarga Siallagan, siapa lagi yang berani untuk nggak menghormati dan datang membantu keluarga Yulianto?""Teman sebatas verbal saja nggak bisa ditelepon ketika butuh, bahkan teman yang setia hanya menonton saat kamu dapat kesulitan.""Sementara itu, kita datang dengan jumlah sebanyak ini. Walau koneksi keluarga Yulianto itu memilih datang, pasti nggak bisa mengalahkan kita!"Sekelompok orang itu merasa yakin akan kemenangan mereka dan mengejek sesuka hati.Sementara itu, Yoga tampak sangat sedih, tetapi masih berdiri tegap di depan Teguh."Yoga."Lusha melirik Teguh sebentar, lalu menatap tajam Yoga dan berkata, "Aku akan memberikanmu kesempatan t
Di tengah kelompok orang ini ...Ada yang sudah kehilangan lengan, kehilangan kaki, bahkan ada juga yang masih memakai ikatan kain putih di kepala. Jelas terlihat mereka adalah para tentara veteran yang cacat.Mereka juga menggenggam pipa besi, sekop, dan senjata lainnya. Meski terlihat kampungan, tetapi ekspresi wajah mereka tampak tegar beserta sorot mata yang penuh dengan tekad. Semangat mereka tampak menggebu-gebu.Mereka adalah para tentara yang terluka dan mundur dari Menara Jayandara.Teguh sudah melindungi mereka beserta Menara Jayandara, justru dia berakhir diincar oleh keluarga Siallagan.Karena itu, setelah mereka mendengar berita ini, mereka refleks mengorganisir diri masing-masing untuk memberi dukungan kepada Teguh."Pak Teguh, mohon maaf karena kami baru mendengar kabar ini, jadi kami datang agak terlambat. Bapak nggak marah sama kami, 'kan?"Sekelompok tentara yang terluka lekas mendekat ke hadapan Teguh. Pemimpinnya, seorang pria paruh baya, bicara sambil tersenyum leb