Tetua Yang dan Tetua Wu telah mengendus keanehan Sekte Lembah Hitam mengetahui dua orang Tetua sekte itu menggali informasi tentang Mereka di Desa Kinglong. Mereka menyelinap masuk ke markas Sekte Lembah Hitam untuk menyelidiki.Patriark Sekte Lembah Hitam menjadi amat murka dengan dua Tetua sektenya yang di utus menyelidiki penyerangan terhadap para Bandit. Dua Tetua sekte itu telah bertindak gegabah sehingga Tetua Yang dan Tetua Wu menyelinap, berusaha mencari tahu ke Sekte Lembah Hitam.Tetua Yang dan Tetua Wu ketahuan saat menyelinap. Untuk membungkam Mereka, Patriak Sekte Lembah Hitam mengutus lima orang Tetua dan 10 prajurit sekte mengejar dan menghabisi Mereka.Patriak Sekte Lembah Hitam sendiri dan beberapa Tetua yang lain, serta Prajurit sekte akan pergi ke Desa Kinglong untuk membumi hanguskan Desa. Selain untuk membungkam orang-orang yang mungkin mengetahui rencana pemberontakan, Patriak sekte mendapatkan informasi tentang sebuah kristal berharga milik Kepala Desa Kinglong d
"Bocah tengik ... berhenti membahas hal yang memalukan itu!" perintah Tetua Wu."Hehe ... Baik ... baik Tetua, tidak perlu kesal seperti itu!" balas Liu Shin."Qie'er masih di Desa Kinglong. Kami harus segera pergi untuk memastikan keselamatannya," sahut Tetua Yang tampak terburu-buru."Baik Tetua, berhati-hatilah! Kalau ada kesempatan, Aku akan mengunjungi sekte Kalian, jangan lupa berikan salam kepada gadis cerewet berdada besar itu.""Bocah sialan ... Terimalah ini! Kami harap Kamu melupakan kesalahpahaman sebelumnya!" Tetua Wu melempar sebuah lencana sekte miliknya kepada Liu Shin.Tetua Yang dan Tetua Wu kemudian melesat pergi meninggalkan Liu Shin mengandalkan kecepatan Mereka. Beast spirit milik Mereka mengalami luka-luka terkena panah dan tombak dari orang-orang sekte Lembah Hitam."Aku tidak membutuhkan lencana seperti ini," gumam Liu Shin kemudian membuang lencana yang di berikan oleh Tetua Wu begitu saja ke dalam sungai.Setelah beberapa saat, Tetua Yang dan Tetua Wu sampai
Wang Tiayun yang tidak kunjung menemukan Liu Shin memilih kembali ke klannya di Ibukota Kekaisaran setelah bertemu dengan Yu Qie."Apakah ada alasan tertentu kenapa Paman mengajakku kembali ke Kekaisaran?" tanya Yu Qie.Wang Tiayun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ternyata sangat membosankan pergi seorang diri, Paman hanya butuh teman untuk mengobrol."Yu Qie menjadi mual ingin memuntahkan isi perutnya mendengar alasan yang tidak begitu penting dari Wang Tiayun. Dia kemudian tersenyum licik."Paman, Kamu hanya membuang-buang waktuku. Aku seharusnya berlatih dan meningkatkan kultivasiku. Bagaimana Paman bertanggung-jawab akan hal itu jika kultivasiku terhambat?" Yu Qie tersenyum licik."Ini ... dan diamlah! Jangan memasang wajah seperti itu!" Wang Tiayun mengetahui apa yang ada di pikiran Yu Qie. Dia memberikan dua buah Pil Kultivasi tingkat tinggi kepada Yu Qie."Aku dengar Kamu sedikit kesulitan berkultivasi dengan pil kultivasi biasa, cobalah itu!" lanjut Wang Tiayun."Baik Pa
Racun itu merupakan Racun Kalajengking hitam yang cukup mematikan, beberapa orang dengan kultivasi tinggi mungkin dapat menahannya sampai beberapa minggu, tetapi bagi warga Kota biasa, Mereka mungkin hanya menunggu waktu beberapa hari saja sampai racun itu menyebar ke seluruh bagian tubuh dan tewas.Liu Shin mengingat-ingat apa yang ada di Kitab Seribu Ramuan dan kitab pengobatan lainnya. tetapi tidak menemukan bahan atau cara yang cocok menghilangkan racun tersebut di dalam kitab-kitab tingkat misterius miliknya.Liu Shin pergi ke sebuah penginapan, memikirkan sebuah solusi untuk menyembuhkan warga Kota. Dia tidak mau salah dalam mengambil keputusan. Terlalu tinggi tingkat penawar racun dan bahan obat juga tidak akan baik bagi warga Kota yang lemah, tidak dapat menahan efek yang di timbulkan.Liu Shin berpikir untuk merasakan racun Kalajengking hitam yang di derita beberapa warga Kota agar menemukan cara yang tepat. Dia mengelilingi Kota saat malam hari mencari penyebab beberapa warg
"Tidak perlu seperti itu, Aku juga akan berusaha membantu warga Kota yang lain, tidak hanya Paman," balas Liu Shin.Ji Feng tampak berbinar matanya dengan Liu Shin yang tanpa pamrih mengobatinya. "Suatu saat Aku harus membalas budi kebaikannya," batin Ji Feng."Ji Dong ... jaga Ayahmu sampai benar-benar pulih!" Aku harus bergegas pergi ke balai pengobatan," lanjut Liu Shin.Ji Dong menganggukkan kepalanya, "Dari mana asal Tuan?"Liu Shin mengerutkan kening mendapati pertanyaan dari Ji Dong, "Itu rahasia.""Kami bisa menjaga rahasia, benarkan Ayah?" ucap Ji Dong memohon agar Liu Shin mau menyebutkannya.Ji Feng hanya menganggukkan kepalanya. Dia bukanlah orang yang tidak tahu diri terhadap orang yang telah menolongnya."Kota Naga Langit, Sekte Lentera Naga.""Tuan, apa Aku bisa masuk ke Sekte Lentera Naga? Aku ingin menjadi orang yang hebat dan sangat baik seperti Tuan.""Tentu saja bisa." Liu Shin mengelus-elus rambut Ji Dong."Apa syaratnya Tuan?" tanya Ji Dong."Kamu harus terus ber
"Tidak, Aku mempunyai pil penawar, Tuan terlihat lelah, istirahatlah terlebih dahulu! Aku akan mencoba menangani ini." Liu Shin mengeluarkan sepuluh Pil penawar racun Kalajengking Hitam yang Dia peroleh dari orang bertudung hitam yang menyebarkan racun.Ahli Obat Kota mulai melirik ke arah Liu Shin "Bocah ... darimana Kamu mendapatkan pil penawar ini? pil ini sangat mirip dengan yang di racik Ahli Obat Kerajaan."Liu Shin melirik kearah Ahli Obat Kerajaan, dan benar saja apa yang di katakan oleh Ahli Obat Kota bahwa pil itu sangat mirip. Dia mulai sedikit memikirkan hubungan penyebar racun dengan Ahli Obat Kerajaan, tetapi tidak terlalu mengambil pusing akan hal itu.Liu Shin duduk di samping Ahli Obat Kota "Tidak perlu Tuan pikirkan!"Liu Shin kemudian memberikan pil kepada sepuluh barisan pertama. Mereka sangat berterimakasih dengan Liu Shin, beberapa di antaranya meletakkan koin emas di meja untuk Liu Shin."Apa hanya sepuluh pil yang Kamu miliki?" tanya Ahli Obat Kota."Ya, hanya
"Apa tidak ada yang bernama Liu Ya di Sekte Seribu Pedang?" Liu Shin mengerutkan keningnya. Di dalam catatan yang di berikan oleh Tetua Chang saat menyelamatkannya, tercatat bahwa Liu Ya menjadi seorang murid di Sekte Seribu Pedang."Jangan banyak bertanya, Aku tidak mengurusi hal-hal semacam itu," balas Pasukan elit sekte itu lagi."Bagaimana Aku bisa masuk ke sana? Aku orang baik-baik."Liu Shin tampak sedikit kesal karena mendekat ke Sekte saja tidak di perbolehkan. Dia baru pertama kali datang ke sebuah Sekte, tidak ingin melakukan hal-hal yang tidak patut seperti menerobos masuk."Langkahi dulu mayat Kami!" ucap lima Pasukan elit sekte yang mengepung Liu Shin serentak."Lencana seperti apa untukku bisa menemui Saudaraku?" tanya Liu Shin tanpa sedikitpun rasa takut dengan lima Pasukan elit yang kembali menghunuskan pedang ke arahnya."Kenapa Kamu terus bertanya dan tidak lekas pergi?" salah satu Pasukan elit terlihat sedikit kesal karena Liu Shin tidak bergeming dari tempatnya ber
Qin Sang memberitahukan kondisi mental Liu Ya. Tidak ada yang tahu persis kenapa Liu Ya menjadi seperti itu. Liu Ya dulunya merupakan salah satu murid berbakat. Tepatnya, sekitar empat tahun yang lalu, kondisi mental Liu Ya menjadi sedikit terganggu. Dia menjadi pendiam, tatapannya kosong, dan seperti orang yang linglung tetapi masih sedikit bisa memahami sebuah perkataan.Qin Sang dan beberapa Tetua sekte mengetahui kehancuran klan Liu dulu. Tetapi, Mereka tidak ada yang memberitahukan hal itu kepada Liu Ya.Liu Ya banyak mengurung diri di dalam bilik kamarnya. Patriark hanya membiarkan hal itu dan memastikan tidak ada seorangpun yang dapat menyentuh atau menyakiti murid-murid sektenya apalagi Liu Ya yang sedikit memiliki keistimewaan di matanya.Meskipun bertahun-tahun Liu Ya tidak memiliki poin kontribusi, Qin Sang berusaha memperlakukannya dengan baik, Liu Ya dapat tinggal di sana sampai kapanpun karena tidak ada lagi tempat kembali baginya.Liu Shin menjadi berkaca-kaca mendengar
Ribuan tahun yang lalu, benua malaya disebut sebagai kerajaan kuno selatan. Wilayah kekuasaannya mencakup seluruh benua malaya. Kerajaan kuno selatan itulah yang terus berperang dengan benua tianlang maupun benua taishan untuk memperluas wilayah kekuasaan.Seiring dengan berjalannya waktu, perang saudara terus menerus terjadi di kerajaan kuno selatan. Kerajaan kuno selatan mulai terlupakan dan berubah nama menjadi benua malaya dengan banyak kerajaan besar maupun kecil yang berdiri tegak.Kerajaan-kerajaan di benua malaya itu tidak ubahnya seperti sekte yang memiliki aliran hitam dan putih, yaitu baik dan jahat.Si Mata Merah mengumpulkan kerajaan-kerajaan yang jahat di bawah kepemimpinan kerajaan wirasena. Dia berniat kembali menjadikan benua malaya menjadi kerajaan kuno selatan.Dalam menggapai keinginannya itu, Si Mata Merah dimanfaatkan oleh Cheng Gu, seseorang dari klan penyihir yang sempat dihabisi oleh Liu Shin.Cheng Gu menjanjikan Si Mata Merah kekuatan dahsyat sehingga mampu
Liu Shin menyimpan kristal kehidupan di cincin ruang dimensinya. Dia memikirkan cara bagaimana bisa naik ke atas gumpalan awan gunung brawijaya.“Saudaraku, apa kamu sanggup menghindari petir hitam?” tanya Liu Shin.“Meskipun harus mati, aku akan mencobanya demi adikku,” balas Surya Kelana.“Lebih baik kita menghindar terlebih dahulu dari hujan petir hitam. Kita pikirkan cara terlebih dahulu bagaimana bisa sampai ke gunung brawijaya.”“Baiklah.”Liu Shin dan Surya Kelana kemudian menjauh dari jangkauan petir hitam di atas permukaan air laut.Liu Shin melihat Surya Kelana duduk dengan posisi lotus diatas permukaan air laut dan memejamkan matanya. “Saudaraku, apa yang kamu lakukan?” tanya Liu Shin.“Aku sedang membaca beberapa kitab, siapa tahu ada yang berguna,” balas Surya Kelana.Liu Shin menyipitkan matanya. “Apa maksudmu? Aku hanya melihatmu duduk bersila tanpa melakukan apapun. Kamu juga tidak mengenakan cincin ruang dimensi sebagai tempat penyimpanan kitabmu.”“Aku tidak membutuh
“Saudaraku, lekas menjauh dari sini dan menghindar dari jangkauan hujan petir!” perintah Liu Shin kepada Surya Kelana. “Aku akan membantumu,” ujar Surya Kelana. “Ini sangat berbahaya, biarkan aku menghadapinya seorang diri,” balas Liu Shin. Liu Shin menyadari jika area untuk memasuki gunung brawijaya sangat sukar untuk ditembus. Mau tidak mau dia harus melawan kepiting raksasa dan membinasakannya. Kepiting raksasa tidak akan membiarkan seorangpun mencapai gunung brawijaya di wilayah kekuasaannya di permukaan air laut. Sementara itu, awan yang sangat besar tempat keberadaan gunung brawijaya bergemuruh sangat keras dan terus menghujani Liu Shin dan Surya Kelana dengan petir hitam. Dari pengamatan Liu Shin, gunung brawijaya menolak siapapun yang akan memasukinya dengan formasi ataupun fenomena alam yang ada disekitarnya. “Dua orang akan lebih mudah menghadapinya, aku bisa mengalihkan perhatiannya,” Surya Kelana memaksa untuk ikut menghadapi kepiting raksasa. “Baiklah,” balas Liu S
"Hmmm ... gunung brawijaya? gunung itu sangat sulit ditemukan," balas manager paviliun."Berapa harga yang harus kami bayar?" tanya Liu Shin."Ini bukan masalah harga, paviliun kami juga kekurangan informasi tentangnya.""Lalu, informasi apa yang paviliun ketahui? Aku akan membayarnya dengan harga yang pantas," balas Liu Shin kemudian mengambil ribuan koin emas dan meletakkannya di atas meja dihadapan manager paviliun."Anak muda ... masukkan kembali uangmu! Bagaimana jika kita saling bertukar informasi? Kamu tidak perlu membayarnya."Liu Shin mengerutkan alis. "Apa maksudmu?""Gunung brawijaya merupakan tempat paling mengerikan di benua ini, sangat mustahil dimasuki manusia biasa. Hanya orang-orang dengan kekuatan layaknya dewa yang bisa memasukinya. Jika kamu berhasil memasukinya, aku ingin kamu memberikan informasi tentang apa saja yang ada di gunung tersebut. Bagaimana menurutmu?""Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke tempat ini setelah urusanku selesai di gunung brawijaya,"
Setelah cukup lama bertarung, Liu Shin akhirnya bisa melumpuhkan Cheng Gu. Liu Shin memaksa Cheng Gu untuk memberikan informasi padanya, tapi Cheng Gu tidak mau mengakui apapun. Liu Shinpun akhirnya membunuh Cheng Gu. Liu Shin melanjutkan perjalanannya di wilayah kekuasaan kerajaan wirasena untuk mencari gunung brawijaya. Dia mencari informasi selama beberapa hari di kota ataupun desa namun tidak kunjung juga mengetahui dimana letak keberadaan gunung brawijaya. “Kemana aku bisa menemukan keberadaan gunung brawijaya? Sial, aku lupa bertanya letak gunung brawijaya kepada pendekar buta.” Liu Shin terlihat frustasi kerena tidak menemukan keberadaannya. Saat Liu Shin sedang melesat terbang, dia melihat pemuda yang sedang di keroyok oleh dua orang. Liu Shin mengamati pertarungan yang tidak seimbang tersebut. Setelah memastikan pemuda yang sedang dikeroyok tidak bersalah, Liu Shinpun akhirnya membantunya. “Saudara, biarkan aku menolongmu,” ujar Liu Shin mengagetkan pemuda yang sedang di
“Anak muda, kamu benar-benar arogan.” Wusss Orang itu melesat turun ke tanah untuk menyerang Liu Shin. “Tinju Macan Api.” Bummmm Liu Shin berhasil menghindar dari serangan orang itu. Serangan tinju orang itu sangat dahsyat mengenai tanah, membuat tanah menjadi sebuah kawah yang sangat besar. “Orang ini begitu kuat, aku harus waspada,” gumam Liu Shin. “Kembalilah ke kerajaan manggala atau aku akan membunuhmu.” Orang misterius itu kembali mengancam Liu Shin. “Aku tidak akan kembali sampai aku menemukan Si Mata Merah,” jawab Liu Shin. “Jadi, kamu mencari Si Mata Merah? Langkahi dulu mayatku,” ujar orang misterius tersebut. “Siapa kamu?” tanya Liu Shin. “Karena kamu akan mati, aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku Cheng Gu dari klan penyihir dunia atas.” “Jadi, kamu adalah seseorang yang memburu Ratu Siluman Rubah? Kenapa kamu melindungi kerajaan wirasena dan apa hubunganmu dengan Si Mata Merah?” “Itu tidak ada urusannya denganmu,” jawab Cheng Gu. Pertempuran sengitpun terjadi
Setelah selesai makan di kedai arak, Liu Shinpun pergi dari kota kalageni untuk melanjutkan perjalanan menuju kerajaan wirasena. Dalam perjalanannya, Liu Shin melihat puluhan petapa suci melesat terbang dengan sangat cepat menuju ke arah timur. “Mau kemana orang-orang tersebut?” gumam Liu Shin. Liu Shin yang penasaran mengikuti petapa-petapa suci itu. Para Petapa ternyata menuju ke sebuah lembah yang bernama lembah hitam. Di lembah itu, sudah berkumpul sekitar ratusan petapa suci lainnya. Liu Shin bersembunyi di dahan sebuah pohon dan mengamati Para Petapa. Para Petapa terlihat berkumpul di depan sebuah pintu portal yang ada di lembah itu. Tidak lama kemudian, pintu portal terbuka dan petapa-petapa itu memasuki pintu. “Ada apa di balik pintu portal itu? Aku ikuti saja mereka.” Liu Shin mengikuti petapa-petapa suci masuk ke sebuah portal. Portal itu membawa Liu Shin menuju ke sebuah tempat yang tampak seperti labirin. “Apa yang sesungguhnya mereka cari di tempat seperti ini?” Tr
“Tunggu anak muda! Apa kamu yakin bisa mengalahkan Si Mata Merah?”“Sejujurnya, aku mungkin belum mampu mengalahkannya, oleh karenanya istriku berhasil dibawa kabur oleh Si Mata Merah ke benua ini. Namun, aku tidak ingin berlama-lama karena kedua istriku mungkin dalam bahaya,” balas Liu Shin.“Kalau begitu, aku akan mengajarimu sedikit cara bagaimana mengalahkannya. Aku sudah sangat hafal dengan jurus dan tekniknya. Apa kamu tertarik? Aku juga sudah lama menyimpan dendam dengannya dan ingin membunuhnya.”“Baiklah kalau tuan pendekar buta bersedia,” jawab Liu Shin.“Tutup matamu!” perintah Pendekar Buta.Kekuatan Si Mata Merah sangat mengerikkan. Hanya dengan menatap matanya, seseorang akan menjadi patung. Oleh karenanya, Pendekar Buta bermaksud mengajari Liu Shin bagaimana cara bertarung menggunakan insting dan pendengarannya.Liu Shin tanpa ragu menutup matanya. Mereka lalu berlatih tanding tanpa penglihatan, membuat Liu Shin selalu terkena pukulan tongkat sakti milik Si Pendekar Bu
Ribuan tahun yang lalu, benua tianlang, taishan dan malaya saling perperang untuk melebarkan kekuasaan mereka. Mereka berhenti berperang karena masing-masing dari mereka mengalami kerugian yang sangat besar.Benua malaya kembali mulai menampakkan diri, menyerang benua tianlang, dipimpin oleh seseorang dengan julukan Si Mata Merah di pesisir pantai wilayah kekaisaran Han.Kekuatan dari orang-orang benua malaya sangatlah hebat. Pasukan serigala malam yang melawan mereka bahkan banyak yang mengalami kematian. Si Mata Merah juga berhasil menculik Qing Yuqie dan Bing Susie tanpa bisa dicegah oleh Liu Shin dan pasukan serigala malamnya.“Zhu Lao, Sie Gong, Gao Lang, Fu Shen … aku akan pergi sendiri ke benua selatan untuk mencari Qing Yuqie dan Bing Susie. Kalian tetaplah disini dan jaga benua Tianlang, aku baru menyadari bahwa dunia tempatku tinggal ini ternyata sangat luas,” ucap Liu Shin.“Baik tuan … hati-hatilah menghadapi Si Mata Merah,” balas Zhu Lao.Liu Shin menuju ke benua selatan