"Qian-Qian, apakah kamu sungguh tak tahu siapa aku?" Yu Ling dengan suara lirih bertanya.
"Kalau tidak salah, Tuanlah yang telah menolongku tempo hari." Shi Qian mencoba menerka-nerka.Kepala Yu Ling tertunduk. Ada rasa bersalah dan malu dalam hati ketika mengingat dirinya yang ketakutan dengan sosok hantu. "Bukan aku yang menolongmu. Tetapi, adikku ... Yu Zhen.""Yu Zhen adikmu?" Shi Qian terkejut hingga tanpa sadar dia berdiri dari duduknya. Jika adiknya adalah Yu Zhen, maka bukankah pria muda ini adalah ....Shi Qian menatap lekat pemuda di hadapannya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki pria yang kini juga sedang membalas menatapnya pula. Shi Qian tak bisa untuk tidak bertanya, "Jadi ... kamu ini?""Jadi itu kamu!" Shi Qian langsung berbalik badan dan seperti tak ingin melihat Yu Ling yang dikabarkan selalu menghindari dirinya.Terlebih lagi, dengan adanya kabar tentang kebiasaan buruk Yu Ling yang suka mabuk, pemalas dan sDi tempat lain. Kota Luohan adalah salah satu kota yang menjadi pusat perdagangan dari berbagai daerah di Kekaisaran Chu. Begitu banyak orang yang datang dan pergi untuk melakukan jual beli berbagai macam barang. Mulai dari makanan siap saji, berbagai jenis kain, bahan obat, bahan pangan, barang pecah belah dan benda-benda pusaka hingga tempat-tempat hiburan ada di kota itu. Hal itu juga yang membuat Kota Luohan sangat terkenal dan menjadi sebuah pusat berita.Pada siang hari itu, seorang pemuda tampan tampak memacu kuda hitamnya dengan sangat cepat menerobos keramaian kota. Semua orang menyingkir dari jalanan saat melihat kuda hitam besar dan sang penunggang yang sudah mereka kenal.Tak ada seorang pun berani menghalangi laju kuda hitam yang memiliki tubuh dan tinggi dua kali lebih besar dari kuda pada umumnya.Penunggang kuda itu memasuki pelataran rumah bordil yang berpapan nama 'Seribu Bunga' sebuah rumah hiburan termegah di Kota Luohan. Seorang wanita cantik berpakaian elegan dan
"Hei Bodoh, diamlah! Jangan menangisiku seolah aku mau mati saja!" Qing Yuan menggerutu dengan suara lirih. "Aku masih bisa memukulimu sampai babak belur, meskipun keadaanku seperti ini.""Baiklah, Tuan Muda. Aku tak akan menangis lagi." Pelayan itu berkata sambil menyeka air matanya dan berusaha menenangkan diri, tetapi tiba-tiba saja dia malah meraung dengan suara keras. "Tuan Mudaaaa! Aku tidak bisa untuk tidak merasa bersedih melihat Tuan Muda seperti ini!" "Diam, Ah Kun! Justru suara berisikmu itu yang bisa membunuhku!" rutuk Qing Yuan pada pelayan sekaligus salah satu murid dari gurunya ini."Iya, iya. Tapi, berjanjilah kalau Tuan Muda akan baik-baik saja," ucap pria pelayan itu sambil berusaha menghentikan tangisnya."Ah Yuan!" Yang Hua telah tiba dengan membawa beberapa botol kecil."Ah Yuan, cepat minum pil ini!" Yang Hua mengeluarkan beberapa butir pil berwarna merah dan segera memasukan paksa ke dalam mulut Qing Yuan.
Yang Shui menghormat dengan cara mengepalkan kedua tangannya dan sedikit membungkuk ke depan. "Lapor, Ketua. Seharusnya ini adalah hari terakhir untuk masa terapinya dan kita sudah bisa melihat perubahannya."Qing Yuan bersedekap sambil menyentuh dagu. Matanya sedikit menyipit akibat terpaan sinar matahari. Pandangan pemuda itu tak lepas dari pintu gua yang menganga di hadapannya. Senyum kecil terkembang manis di wajah tampannya yang sangat jarang diketahui oleh orang kebanyakan. Bahkan pada saat ke pusat kota pun, dirinya masih menyamar dengan mengenakan topeng khusus yang menyerupai kulit manusia asli."Kalau begitu, mari kita lihat dia sekarang!" Qing Yuan berucap mengajak sambil melangkah pergi menuju gua."Silakan, Ketua!" Yang Shui menggerakkan tangannya ke depan, tanda memberi jalan. Dia juga mengangguk kecil ke arah Qing Wei."Aiyaa, Kakak Shui. Kita ini kakak beradik, tetapi mengapa sikapmu masih saja kaku dan membosankan seperti gadis bodoh itu?" Qing Yuan berkata dengan tanp
Aaah! Ini hanya perumpamaan yang tak perlu dipikirkan atau dipusingkan. Jelasnya, saat ini Shen Ji sudah berubah drastis dan tidak seperti gadis gemuk buruk rupa seratus hari yang lalu. Garis wajahnya tidak menyerupai Huo Lin, ibunya ataupun Shen Xu, sang kakak. Gadis ini lebih memiliki rupa Shen Ming yang dulu saat muda juga terkenal sangat tampan dan menjadi perebutan bagi banyak gadis dari keluarga kaya. "Shifu! Benarkah ini wajahku? Tubuhku dan--dan kulitku juga sembuh?" Ji Mei Hua atau Shen Ji merasa tak percaya hingga mulutnya sampai ternganga saat melihat bayangan gadis cantik dalam cermin tembaga di hadapannya."Ya. Itulah wajah Ji Mei Hua muridku, yang kecantikannya melebihi wanita tercantik di Kekaisaran Chu ini." Qing Yuan berkata sambil membelai rambut panjang Shen Ji yang jatuh lembut hingga melebihi batas pinggangnya."Dan itu adalah Kecantikan Seribu Malam yang akan menggemparkan dunia persilatan." Qing Yuan berbisik lembut tetapi tegas di telinga muridnya."Menggempark
Shen Ji menganggukkan kepala. "Murid cukup mengerti, Shifu!""Baguslah." Qing Yuan lalu berkata dengan nada pasti. "Dan mulai besok, Aku akan mengajarimu jurus-jurus pedang rahasiaku." Mendengar hal tersebut, Shen Ji seakan tak percaya. "Benarkah itu, Shifu? Aku bisa mempelajari jurus-jurus hebat milik Shifu.""Mmhh. Sekarang kamu adalah Muridku. Tentu saja sudah seharusnya kamu belajar ilmu bela diri dan menjadi praktisi bela diri yang kuat dan hebat." Qing Yuan menjawab dengan serius."Terima kasih banyak, Shifu!" Ji Mei Hua menjura beberapa kali di hadapan sang guru.Qing Yuan membalikkan badannya membelakangi Shen Ji dengan kedua tangan menyatu di belakang pinggangnya. Sebuah seriangaian licik terkembang di sudut bibir pria muda itu. Dalam hati Qing Yuan berkata, "Tentu saja, Hua'er. Dan jurus itu kelak yang harus kamu gunakan untuk membunuh ayahmu sendiri!"Yang Shui dan Qing Wei tidak banyak bersuara kali ini. Bagi mereka, apa pun yang dilakukan oleh Qing Yuan pasti ada maksud t
"Entahlah, Kakak Li. Mungkin mereka para perampok yang biasa berkeliaran di wilayah hutan ini." Yu Zhen juga menjawab dengan suara setengah berbisik sambil meraba salah satu gagang pedang Batu Bintang Merahnya. "Bersiaplah, Kakak Li!""Perampok hutan?" Huan Li berpikir ini cukup masuk akal.Pemuda itu lalu kembali menatap tajam ke arah para manusia bertopeng yang tidak bersuara sama sekali. "Berhati-hatilah, Tuan Muda. Saya khawatir mereka memang berniat jahat pada kita."Yu Zhen mengangguk. "Kakak Li juga harus berhati-hati. Sekarang, biar aku yang bertanya kepada mereka.""Baiklah." Huan Li mengangguk pelan.Yu Zhen dan Huan Li kembali mengarahkan pandangan kepada para manusia bertopeng yang masih berdiri mematung seperti sebarisan pohon bambu yang gelap dan misterius. Keduanya masih tidak mengetahui, tanpa adanya aba-aba dari sang pimpinan, jangan harap mereka akan bergerak atau berbicara kepada lawan. "Siapa kalian, dan apa
Dua melawan banyak orang memang sangat tidak seimbang, tetapi keduanya juga bukanlah praktisi bela diri yang mudah ditundukkan. Mereka melompat turun dari atas punggung kuda dan dengan sengaja membuat hewan-hewan berlari menjauhi arena pertempuran."Pergilah!" Huan Li menepuk bokong kuda-kudanya agar berlari menjauhi tempat tersebut. Setelah itu, ia langsung meluncur ke arah Yu Zhen yang saat ini hanya memegang cambuk pendeknya.Empat orang manusia bertopeng langsung menyerbu maju menyerang Huan Li yang baru saja sempat mendaratkan sepasang telapak kaki di tanah berumput. Napasnya bahkan masih sedikit tersengal, tetapi dia sudah harus kerepotan menangkis empat bilah pedang yang mengarah langsung ke beberapa bagian tubuh pemuda tersebut. Huan Li memutar-mutar tombak sepanjang lima kaki atau sekitar satu setengah meter, untuk menangkis serangan dari arah samping kanan dan terdengarlah suara ledakan keras tiga senjata saling berbenturan.Kuatnya te
"Tidak masalah siapa lawanku sekarang dan aku pasti akan segera menyingkirkan kalian semua!" Yu Zhen menggertak dengan suara sedingin es yang menyentuh kulit, tajam seperti pisau yang baru diasah."Menyingkirkan kami? Mudah sekali bicaramu, Pembual!" Shen Ji tiba-tiba tertawa jahat, suaranya menggema di antara pepohonan, sambil berjalan memutari tubuh Yu Zhen dengan sikap berpura-pura meremehkan. "Aku khawatir itu akan menjadi kenyataan lain yang tidak Tuan harapkan.""Apa maksudmu, Nona?" Yu Zhen bergerak mengikuti ke mana Shen Ji melangkah, langkahnya ringan namun penuh kewaspadaan. "Mengapa kalian mencegat perjalanan kami, sedangkan kami hanya lewat dan tidak memiliki urusan apa pun dengan kalian semua!"Shen Ji merasa geram. Ia berteriak dalam hati, suara hatinya bagai guntur yang bergema di dalam dada. "Tidak punya urusan apa pun denganku? Huh, kamu memang tidak akan mengerti untuk sekarang ini!""Ini daerah kekuasan kami, dan dengan melewati