"Hei Bodoh, diamlah! Jangan menangisiku seolah aku mau mati saja!" Qing Yuan menggerutu dengan suara lirih. "Aku masih bisa memukulimu sampai babak belur, meskipun keadaanku seperti ini.""Baiklah, Tuan Muda. Aku tak akan menangis lagi." Pelayan itu berkata sambil menyeka air matanya dan berusaha menenangkan diri, tetapi tiba-tiba saja dia malah meraung dengan suara keras. "Tuan Mudaaaa! Aku tidak bisa untuk tidak merasa bersedih melihat Tuan Muda seperti ini!" "Diam, Ah Kun! Justru suara berisikmu itu yang bisa membunuhku!" rutuk Qing Yuan pada pelayan sekaligus salah satu murid dari gurunya ini."Iya, iya. Tapi, berjanjilah kalau Tuan Muda akan baik-baik saja," ucap pria pelayan itu sambil berusaha menghentikan tangisnya."Ah Yuan!" Yang Hua telah tiba dengan membawa beberapa botol kecil."Ah Yuan, cepat minum pil ini!" Yang Hua mengeluarkan beberapa butir pil berwarna merah dan segera memasukan paksa ke dalam mulut Qing Yuan.
Yang Shui menghormat dengan cara mengepalkan kedua tangannya dan sedikit membungkuk ke depan. "Lapor, Ketua. Seharusnya ini adalah hari terakhir untuk masa terapinya dan kita sudah bisa melihat perubahannya."Qing Yuan bersedekap sambil menyentuh dagu. Matanya sedikit menyipit akibat terpaan sinar matahari. Pandangan pemuda itu tak lepas dari pintu gua yang menganga di hadapannya. Senyum kecil terkembang manis di wajah tampannya yang sangat jarang diketahui oleh orang kebanyakan. Bahkan pada saat ke pusat kota pun, dirinya masih menyamar dengan mengenakan topeng khusus yang menyerupai kulit manusia asli."Kalau begitu, mari kita lihat dia sekarang!" Qing Yuan berucap mengajak sambil melangkah pergi menuju gua."Silakan, Ketua!" Yang Shui menggerakkan tangannya ke depan, tanda memberi jalan. Dia juga mengangguk kecil ke arah Qing Wei."Aiyaa, Kakak Shui. Kita ini kakak beradik, tetapi mengapa sikapmu masih saja kaku dan membosankan seperti gadis bodoh itu?" Qing Yuan berkata dengan tanp
Aaah! Ini hanya perumpamaan yang tak perlu dipikirkan atau dipusingkan. Jelasnya, saat ini Shen Ji sudah berubah drastis dan tidak seperti gadis gemuk buruk rupa seratus hari yang lalu. Garis wajahnya tidak menyerupai Huo Lin, ibunya ataupun Shen Xu, sang kakak. Gadis ini lebih memiliki rupa Shen Ming yang dulu saat muda juga terkenal sangat tampan dan menjadi perebutan bagi banyak gadis dari keluarga kaya. "Shifu! Benarkah ini wajahku? Tubuhku dan--dan kulitku juga sembuh?" Ji Mei Hua atau Shen Ji merasa tak percaya hingga mulutnya sampai ternganga saat melihat bayangan gadis cantik dalam cermin tembaga di hadapannya."Ya. Itulah wajah Ji Mei Hua muridku, yang kecantikannya melebihi wanita tercantik di Kekaisaran Chu ini." Qing Yuan berkata sambil membelai rambut panjang Shen Ji yang jatuh lembut hingga melebihi batas pinggangnya."Dan itu adalah Kecantikan Seribu Malam yang akan menggemparkan dunia persilatan." Qing Yuan berbisik lembut tetapi tegas di telinga muridnya."Menggempark
Shen Ji menganggukkan kepala. "Murid cukup mengerti, Shifu!""Baguslah." Qing Yuan lalu berkata dengan nada pasti. "Dan mulai besok, Aku akan mengajarimu jurus-jurus pedang rahasiaku." Mendengar hal tersebut, Shen Ji seakan tak percaya. "Benarkah itu, Shifu? Aku bisa mempelajari jurus-jurus hebat milik Shifu.""Mmhh. Sekarang kamu adalah Muridku. Tentu saja sudah seharusnya kamu belajar ilmu bela diri dan menjadi praktisi bela diri yang kuat dan hebat." Qing Yuan menjawab dengan serius."Terima kasih banyak, Shifu!" Ji Mei Hua menjura beberapa kali di hadapan sang guru.Qing Yuan membalikkan badannya membelakangi Shen Ji dengan kedua tangan menyatu di belakang pinggangnya. Sebuah seriangaian licik terkembang di sudut bibir pria muda itu. Dalam hati Qing Yuan berkata, "Tentu saja, Hua'er. Dan jurus itu kelak yang harus kamu gunakan untuk membunuh ayahmu sendiri!"Yang Shui dan Qing Wei tidak banyak bersuara kali ini. Bagi mereka, apa pun yang dilakukan oleh Qing Yuan pasti ada maksud t
"Entahlah, Kakak Li. Mungkin mereka para perampok yang biasa berkeliaran di wilayah hutan ini." Yu Zhen juga menjawab dengan suara setengah berbisik sambil meraba salah satu gagang pedang Batu Bintang Merahnya. "Bersiaplah, Kakak Li!""Perampok hutan?" Huan Li berpikir ini cukup masuk akal.Pemuda itu lalu kembali menatap tajam ke arah para manusia bertopeng yang tidak bersuara sama sekali. "Berhati-hatilah, Tuan Muda. Saya khawatir mereka memang berniat jahat pada kita."Yu Zhen mengangguk. "Kakak Li juga harus berhati-hati. Sekarang, biar aku yang bertanya kepada mereka.""Baiklah." Huan Li mengangguk pelan.Yu Zhen dan Huan Li kembali mengarahkan pandangan kepada para manusia bertopeng yang masih berdiri mematung seperti sebarisan pohon bambu yang gelap dan misterius. Keduanya masih tidak mengetahui, tanpa adanya aba-aba dari sang pimpinan, jangan harap mereka akan bergerak atau berbicara kepada lawan. "Siapa kalian, dan apa
Dua melawan banyak orang memang sangat tidak seimbang, tetapi keduanya juga bukanlah praktisi bela diri yang mudah ditundukkan. Mereka melompat turun dari atas punggung kuda dan dengan sengaja membuat hewan-hewan berlari menjauhi arena pertempuran."Pergilah!" Huan Li menepuk bokong kuda-kudanya agar berlari menjauhi tempat tersebut. Setelah itu, ia langsung meluncur ke arah Yu Zhen yang saat ini hanya memegang cambuk pendeknya.Empat orang manusia bertopeng langsung menyerbu maju menyerang Huan Li yang baru saja sempat mendaratkan sepasang telapak kaki di tanah berumput. Napasnya bahkan masih sedikit tersengal, tetapi dia sudah harus kerepotan menangkis empat bilah pedang yang mengarah langsung ke beberapa bagian tubuh pemuda tersebut. Huan Li memutar-mutar tombak sepanjang lima kaki atau sekitar satu setengah meter, untuk menangkis serangan dari arah samping kanan dan terdengarlah suara ledakan keras tiga senjata saling berbenturan.Kuatnya te
"Tidak masalah siapa lawanku sekarang dan aku pasti akan segera menyingkirkan kalian semua!" Yu Zhen menggertak dengan suara sedingin es yang menyentuh kulit, tajam seperti pisau yang baru diasah."Menyingkirkan kami? Mudah sekali bicaramu, Pembual!" Shen Ji tiba-tiba tertawa jahat, suaranya menggema di antara pepohonan, sambil berjalan memutari tubuh Yu Zhen dengan sikap berpura-pura meremehkan. "Aku khawatir itu akan menjadi kenyataan lain yang tidak Tuan harapkan.""Apa maksudmu, Nona?" Yu Zhen bergerak mengikuti ke mana Shen Ji melangkah, langkahnya ringan namun penuh kewaspadaan. "Mengapa kalian mencegat perjalanan kami, sedangkan kami hanya lewat dan tidak memiliki urusan apa pun dengan kalian semua!"Shen Ji merasa geram. Ia berteriak dalam hati, suara hatinya bagai guntur yang bergema di dalam dada. "Tidak punya urusan apa pun denganku? Huh, kamu memang tidak akan mengerti untuk sekarang ini!""Ini daerah kekuasan kami, dan dengan melewati
Yu Zhen tak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Dia mengayunkan cambuknya dengan keras hingga tali itu membelit leher Shen Ji. Pemuda itu lalu melompat ke belakang tubuh si wanita bertopeng, mendekatkan wajahnya ke sisi telinga sang lawan dengan sikap mengancam.Shen Ji membiarkan lehernya terbelit tali cambuk. Para pengikutnya terbelalak dan bergerak maju, tetapi Shen Ji memberi isyarat supaya mereka tetap diam di tempat. Belitan itu memang tidak kencang, tetapi jika Shen Ji bergerak gegabah atau Yu Zhen menariknya, maka dia pasti akan tercekik sampai mati dengan mata melotot dan lidah terjulur.Namun bagi Shen Ji, ancaman Yu Zhen tidak terlalu menakutkan. Gadis itu bahkan tersenyum di balik topengnya. Suara napas Yu Zhen yang sedikit tersengal terasa bagaikan lagu. Kehangatan embusan angin dari lubang hidung pemuda itu terasa nyaman."Sial! Apa yang sedang kamu pikirkan, Hua'er? Ingatlah untuk tidak berlunak hati terhadap orang ini!" Suara batin lain mem
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi