"Kita benar-benar sial!" Seorang pria berbadan kekar dengan wajah bengis sangat ingin menghancurkan Yu Ling. Wanita yang semula menemaninya ternyata ikut berlari mengejar bintang idola. "Setiap kali dia datang, maka kita sudah tidak dianggap lagi oleh wanita-wanita di sini! Aku sungguh ingin menghancurkan wajahnya supaya dia tidak bisa berlagak sok tampan lagi di mana pun!" "Benar. Mari kita beri pelajaran kepada anak itu! Karena kalau terus dibiarkan, maka dia akan selalu menjadi pengganggu kesenangan kita!" Orang lain memprovokasi, seperti sengaja memanaskan suasana."Tunggu apa lagi? Ayo kita hajar dia!" Pria kekar bangkit dari duduknya, mengepalkan kedua tinju besarnya dan melakukan peregangan otot dan persendiannya mengeluarkan bunyi 'krek' hingga beberapa kali.Keempat pria berbadan besar dengan gaya busana etnik atau pajangan adat suatu suku dari padang pasir itu pun langsung mendatangi kerumunan di mana Yu Ling sedang dikerubung, dirayu dan dipuja-puja oleh para wanita cantik
"Cih, sampah berlian! Berlian apanya?" Seorang pengunjung berkumis tebal mencibir dengan sinis. "Dia hanya mengandalkan ketampanan dan kekayaannya semata untuk merayu wanita-wanita di sini.""Tapi setidaknya dia memiliki banyak uang dan rupa yang bagus. Itu masih lebih daripada orang lain yang tidak memiliki keduanya." Pengunjung lain menimpali.Pria berkumis tebal merasa tersinggung Ia sungguh ingin merobek mulut orang yang dianggap sedang membela Yu Ling. "Siapa orang lain yang kamu maksudkan itu, Du Meng?" "Siapa lagi memangnya? Tentu saja yang merasa." Orang yang dipanggil Du Meng menyahut dengan sikap acuh tak acuh."Kamu mengataiku?" "Menurutmu?" Du Meng melirik malas. Pria berkumis ingin menampar Du Meng yang sangat meremehkannya. Namun, suara bentakan keras seseorang terdengar bagai sambaran petir di siang hari bolong."Diam!" Pria berbadan besar yang menjadi pimpinan merasa kesal dengan keributan di sekitarny
"Tuan Muda Yu!" Qu Ying merasa sangat kecewa atas ucapan Yu Ling. Bahkan pemuda itu sekarang sudah menempel dekat dengan Qi Mei. Hanya melihatnya saja, hati Qu Ying merasa sangat sakit. Sudah berapa kali ia mencoba untuk mendapatkan Yu Ling, tapi selalu berakhir dengan kegagalan."Kakak Mei, kami juga ingin sekali-kali menemani tuan muda ini," ujar seorang gadis berbaju biru sambil merengut."Benar, Kak Mei. Kau tidak pernah memberi kami kesempatan untuk sehari saja dengannya. Kakak egois sekali!""Sudah! Sana kalian pergi!" Qi Mei dengan sengaja mengusir para gadis penghibur."Kakak ini, huh!" Gadis-gadis itu pun segera pergi dengan menahan kekecewaan masing-masing."Tuan Muda Yu, Kakak Mei merasa tidak rela kalau ada yang menyentuhmu. Tapi, dia sendiri juga sudah melayani banyak pria setiap harinya," ujar salah seorang dari kelima gadis penghibur.Perkataan itu sukses membuat Yu Ling seperti tak menginginkan Qi Mei lagi."Tuan Muda tampanku, jangan dengarkan mereka yang sangat iri p
"Tapi meskipun aku ingin dan bersedia menjadi istri simpanan, aku tetap tidak bisa. Karena dengan bekerja sebagai wanita penghibur di Sedap Malam, itu adalah caraku untuk membalas kebaikan orang yang telah merawatku sejak kecil." Kepala Qi Mei tertunduk dengan perasaan sedihMenjadi wanita penghibur memang bukan murni keinginannya. Dia memang harus melayani para tamu di tempatnya bekerja saat ini. Namun, di dalam hati Qi Mei hanya ada Yu Ling yang ia cintai dengan tulus."Aku akan menebusmu." Yu Ling berkata tegas, meyakinkan."Menebusku?" Qi Mei terkejut. Namun dia tidak meragukan sedikit pun akan ucapan Yu Ling. Pemuda ini sangat kaya raya, mana mungkin tidak akan mampu menebus dirinya?"Benarkah, Tuan Muda?" Qi Mei sangat gembira. Dia bangkit dari jatuhnya dan kembali memeluk Yu Ling dari belakang.Perasaan keduanya melayang, menikmati keindahan mimpi musim semi yang akan mereka lalui kelak. Pada saat keduanya begitu bahagia, baik Qi Mei ataupun Yu Ling, mereka berdua menjadi sang
Ucapan Yu Ling terputus saat gadis berambut panjang itu membalikkan tubuhnya dengan gerakan anggun. Meski ada kain perban di kepalanya, tetapi gadis itu terlihat sangat memesona. Keindahan ini layak disebut sebagai keindahan tak terperi yang sepertinya sanggup membius perasaan Yu Ling.Mereka saling beradu mata dalam waktu yang cukup lama. Baik Shi Qian atau Yu Ling sama-sama terpesona oleh rupa orang di hadapannya.Dalam hati Yu Ling berteriak, "Ya Dewaaaa! Alangkah cantiknyaa!""Tampan sekali pemuda ini!" bisik Shi Qian dalam hati dan merasa dadanya berdebaran.Keduanya sama-sama terpukau, hingga suasana menjadi sangat hening. Yu Ling masih tertegun, menatap gadis berbaju biru muda dengan mata tak berkedip, sedangkan Shi Qian langsung menundukkan wajahnya yang telah memerah.Getaran lembut dan hangat menjalari setiap pembuluh darah mereka, hingga jantung mereka terasa berdetak lebih cepat dari biasanya."Silakan, Nona!" Yu Ling
"Dia ... dia calon istriku," ucap Yu Ling dengan wajah bersemu merah, sementara Shi Qian juga tersenyum karena malu."Calon istri?" Qi mei merasa tak terima. Kecemburuan langsung berkobar di dadanya. "Bukankah Tuan Muda mengatakan, kalau Anda tidak menyukainya?" Saat menanyakan hal ini, wajah wanita itu sebentar memerah, sebentar pucat seiring dengan pergolakan kecemburuan, iri dan takut kehilanga. Dadanya terasa panas dan membuat air mata Qi Mei jatuh tanpa terasa akibat perasaan hati yang sudah hancur lebur."Minggir! Apakah kau ingin mati hari ini juga?" Sebuah suara bentakan dari belakang kuda Yu Ling membuat Qi Mei melompat ke pinggiran jalan dengan wajah sangat ketakutan.Yu Zhen muncul dengan memegang sebuah cambuk kuda. Mata elang miliknya yang tajam bagai pedang Batu Bintang Merah menatap Qi Mei penuh kebencian."Tuan Muda Kedua, maaf!" Qi Mei tak berani menatap Yu Zhen."Kak, jangan buang waktu lagi! Bukankah Kakak sud
Gurun bunga equinox merah merupakan tempat kesukaan Qing Yuan. Qing Wei berjalan dengan langkah tegap dengan diikuti oleh Shen Ji yang tak henti-hentinya menyuarakan ungkapan kekagumannya. "Ladang bunga yang indah!" Rahang Shen Ji sampai terjatuh akibat terlampau kagum.Ke mana pun matanya memandang, ia hanya melihat bunga-bunga cantik berkelopak merah dengan batang-batang benang sarinya yang panjang. "Aku tidak menyangka, kalau di kedalaman hutan yang dikabarkan sangat menyeramkan, ternyata adalah suatu tempat yang indah laksana surga!" Qing Wei hanya tersenyum tipis sambil terus berjalan di depan Shen Ji dan membiarkan gadis berbadan gemuk itu terus mengoceh seperti burung murai. Qing Wei sedikit merasa sedikit pening dengan tingkah laku Shen Ji yang tidak menggambarkan lagi akan sosok gadis pemalu. Dari kejauhan, Qing Yuan tampak berdiri di tengah gurun bunga ekuinoks dengan sikap tenang. Sosoknya yang gagah, tinggi menjulang dengan tubuh pun terlihat memancarkan aura wibawa seo
Di hamparan lautan bunga semerah darah itulah, Qing Yuan mengajak Shen Ji untuk memulai latihan pertamanya. Lelaki muda calon pemimpin Sekte Lembah Kegelapan itu berdiri dengan gagah di atas pematang yang hanya selebar satu meter. Dari bibir tipis Qing Yuan terkembang senyum manis bak madu di musim bunga. Sepertinya, ia sedang merasa senang hati ini."Muridku, hari ini adalah latihan pertamamu. Tapi, shifu belum akan memberikan pelatihan yang terlalu berat padamu." Qing Yuan berucap sembari menatap gurun dengan ribuan bunga laba-laba merah.Shen Ji berdiri di belakang pria itu seraya menyatukan kedua tangan di depan perutnya. Dia ikut memerhatikan lautan bunga lambang kematian itu dengan sedikit tegang.Latihan pertama apakah yang akan diberikan oleh pria keras kepala ini padanya?"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Shifu?" tanya Shen Ji sambil menatap punggung sang guru.Hari ini dia memakai hanfu berbahan kasar dan sangat tidak nyaman baginya. Baju itu pun dipinjam dari seorang wanit
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi