Wisma Lonceng Naga, lima belas tahun lalu.Jiejie, jangan terbawa emosi. Berhati-hatilah berhadapan dengannya!" Lady Jing menyentuh lengan sang kakak.Di hadapan mereka, Lady Wei Yang, ketua sekte Lima Dewi, bersiap untuk menyerang. Dia tidak sendirian. Di belakangnya ada dua orang adik seperguruannya. Tiga dari Tetua sekte Lima Dewi ini secara tiba-tiba dan membabi buta menyerang orang-orang Istana Bunga."Lady Wang, apa yang membuatmu melukai murid-muridku tanpa alasan yang jelas?" Lady Wei Yang bertanya dengan nada penuh emosi.Wanita cantik ini memang dikenal dengan karakternya yang temparental dan mudah tersulut emosinya. Meski Lady Wang pun tak kalah pemberangnya, tetapi dia masih bisa meredam emosinya jika bersama dengan sang adik seperguruan, Lady Jing."Apa maksudmu? Aku tidak pernah menganggu murid-muridmu ataupun orang-orang Jianghu yang lain. Aku tidak memiliki urusan dengan mereka." Lady Wang menyahut dengan kesal.Mereka bertemu tanpa sengaja di Wisma Lonceng Naga. Di mu
Jenderal Won bergegas melompat menghindar ketika angin panas menyengat menerpa sudut tempat pasukan Mo Yu berkumpul. Seketika mereka semua turut berhamburan bersama para tamu yang lain."Kau kuat juga." Lady Jing terhuyung sekejap dan kembali berdiri tegak, menatap Lady Wei seraya tersenyum tipis.Pedang tipisnya yang lebih mirip pita bersiap untuk meliuk-liuk lagi. Menyaksikan jurus pedang seribu bunga milik Lady Jing selintas seperti tengah melihat seorang penari dengan pitanya.Namun jika tidak berhati-hati, pita berwarna merah keemasan itu bisa menyayat tubuh lawan hingga terluka parah atau menjemput ajal. Senjata yang cantik namun mematikan.Jauh berbeda jika Lady Wang menggunakan jurus yang sama. Pedang ganda miliknya memberikannya efek yang lebih kuat namun mudah dipatahkan jika bertemu dengan lawan yang sama kuat."Tidak semudah itu melawanku Lady Jing. Sesungguhnya aku kurang yakin kau mampu mengimbangi ku karena aku berharap kakakmu yang akan menjadi lawanku." Lady Wei terse
Lady Wei dan Lady Wang serentak menghindari angin panas yang juga membawa aroma harum memabukkan. Sebagai akibatnya keduanya terdorong cukup jauh dari area pertarungan."Kalian berdua! Ayo maju jika merasa menjadi yang paling hebat!" Lady Mu Rong Fei berteriak keras seraya menjentikkan jari jemarinya dengan gaya menggoda.Lady Mu Rong Fei salah satu tetua dari sekte Keabadian yang tidak memiliki senjata andalan ataupun istimewa. Namun bukan berarti dia dapat diremehkan sekalipun oleh kedua wanita tadi."Jangan ikut campur perempuan murahan!" Lady Wei berteriak marah dan bersiap menyerangnya dengan gulungan angin panas bercampur pasir, jurus andalannya yang cukup mengerikan, angin badai pasir emas."Lebih baik menjadi murahan daripada menjadi bodoh sepertimu!" Lady Mu Rong Fei tersenyum tipis.Dengan gaya berpakaiannya yang setengah terbuka dan gerak-geriknya yang selalu mengundang, membuat Lady Mu Rong Fei menyandang gelar sebagai wanita penggoda di kalangan orang-orang Jianghu.Wanit
"Lady Mu Rong Fei, aku rasa cukup sudah. Mereka berdua sama-sama terluka." Ao Yu Long menatap Lady Mu yang masih berdiri di tengah gulungan sutra merah keemasan."Wah wah, kaisar tampan! Aku rasa kau berdiri di sisi yang salah." Lady Mu Rong Fei tertawa pelan.Ao Yu Long tertegun, tidak mengerti maksud ucapan Lady Mu Rong Fei. Namun sepertinya Rong Xia Guo memahami ucapan wanita itu."Kaisar Ao, anda berdiri di depan Lady Wei." Rong Xia Guo tersenyum kecut menyadari posisi mereka yang ambigu.Bagi Ao Yu Long maupun dirinya, apakah Lady Wang atau Lady Wei, itu bukan suatu masalah. Namun bagi kedua wanita itu sebuah kesalahan kecil dapat menjadi percikan api dendam di antara keduanya."Dasar wanita sialan!" Lady Wei bergumam menatap Lady Mu Rong Fei dengan tatapan penuh amarah."Aku rasa Lady Wang akan sangat tidak menyukai ini Kaisar Ao." Lady Mu Rong Fei kembali tertawa renyah dan menggoda."Cukup sudah! Hentikan pertarungan tak berguna ini. Selesaikan masalah kalian dengan kepala din
Lady Jing menghindari serangan dari Lady Wei. Dia melayang menjauhi aula utama, menuju halaman utama wisma yang luas.Mau tidak mau Lady Mu, Lady Wang maupun Ao Yu Long dan Rong Xia Guo menyusul wanita cantik berhanfu ungu itu. Sedangkan Lady Wei sudah bersiap dengan gulungan angin panasnya."Celaka!" Rong Xia Guo berteriak sembari mengibaskan lengannya.Dia menahan jurus Angin pasir emas milik Lady Wei dan Pedang seribu bunga milik Lady Jing. Ketua sekte Elang emas itu tidak menginginkan terjadi kerusakan yang lebih parah lagi di wisma milik ketua sekte Sembilan Pintu Kematian, Xie Jing Cuan."Ketua Rong, minggirlah! Jangan ikut campur!" Lady Wei berteriak marah dan kembali menyerang.Kalau ini dia meluncurkan jurus angin dan petirnya. Seketika angin bergulung diiringi petir menggelegar menyerang Rong Xia Guo sekaligus dengan Lady Jing.Efek jurus ini lebih luas dari jurus milik Istana Bunga, Pedang seribu bunga. Jurus milik kakak beradik majikan Istana Bunga itu hanya berimbas kerus
"Apa ini?" Gumam Bao Yu saat berhasil menyusul Rong Xia Guo dan Wu Hongyi."Tidak mungkin!" Mata indah bak bola pijar milik Bao Yu terbelalak sempurna saat menyaksikan pemandangan di depannya."Ayah! Ibu!" Teriaknya histeris saat melihat kedua orangtuanya terkapar bersimbah darah.Ayahnya adalah pembuat arak terlezat di desanya. Bahkan namanya terkenal di kalangan para pemasok arak untuk ibukota. Banyak pejabat, bangsawan Hinga pihak istana yang menyukai arak buatannya.Bao Yu tidak tahu apa yang terjadi pagi itu. Dia masih terlalu kecil untuk tahu apa yang telah menimpa keluarganya. Dia satu-satunya yang terselamatkan dari pembantaian keluarganya."Ayah! Ibu! wuwuwu...." Bao Yu luruh ke tanah dan menangis tersedu-sedu.Dunianya runtuh, dia seorang diri, ketakutan dan kedinginan, menangis di sudut. Hingga seorang pria yang kebetulan lewat di ladang tempat keluarganya tinggal menemukannya dan membawanya. Dialah Pemabuk sakti, gurunya.Di sisi lain Ao Yu Long masih bergeming. Dia hanya
Ao Yu Long sekuat tenaga mencoba menarik serangannya. Sayangnya Roh Naga berkehendak sebaliknya. Pedang Es meluncur tak terkendali ke arah punggung Lady Jing.Sebuah siulan tiba-tiba terdengar dan sekelebat bayangan menyambar kedua kakak beradik dari Istana Bunga itu. Dia menahan energi Pedang Es dengan kipasnya."Ketua!" Lady Mu Rong Fei berlari ke arahnya tetapi langkahnya terhenti karena suara gemuruh terdengar lagi.Kilatan-kilatan biru yang keluar dari pedang milik Ao Yu Long itu kini mengejar sosok yang menahan energi Pedang Es tadi. Sosok itu melesat dan melayang dengan lincah."Mu Rong Fei menjauhlah! Bawalah mereka juga!" Teriaknya sembari berlari menghindari kejaran kilatan pedang es.Lady Mu Rong Fei segera berlari ke arah kakak beradik dari Istana Bunga. Keadaan keduanya sangat tidak baik."Lady Jing!" Lady Mu Rong Fei bergegas membantu Lady Wang membawa Lady Jing menjauhi area pertarungan.Rong Xia Guo, Bao Yu dan Wu Hongyi menyusul dan bergabung dengan mereka."Bagaimana
Pagi harinya, Tuan Wu dan Ao Yu Long kembali sibuk mengemasi barang-barang mereka. Meski hanya beberapa lembar selimut dan beberapa bejana dan alat makan ala kadarnya."Tuan Wu apa yang sebenarnya terjadi semalam?" Dong Xiu Bai bertanya dan mengikutinya terus."Tidak ada apa-apa Nona." Tuan Wu tersenyum geli melihat tingkah gadis itu.Dia tidak berani bertanya kepada Xiao Long karena sedari pagi tadi pria itu terlihat muram dan berdiam diri. Hanya Tian Min yang berani mendekatinya. Bahkan Tuan Wu yang biasanya selalu menggodanya pun sama sekali tidak berani mengajaknya berbicara jika bukan suatu hal yang penting."Kau bohong!" Dong Xiu Bai mencebikkan bibirnya, cemberut dan tiba-tiba mencubit pinggang Tuan Wu dengan keras."Aoh! Nona Muda!" Tuan Wu meringis kesakitan sekaligus merasa kesal."Nona Muda jangan seperti ini." Keluhnya saat melihat ekspresi Dong Xiu Bai yang terlihat kesal sekaligus kesal."Kau bukan lagi anak-anak. Kau adalah seorang gadis, kau tidak boleh bersikap seperti
Ao Yu Long mengangkat pedang berwarna biru itu ke atas dan mendongak menatap langit yang gelap gulita. Seberkas sinar berwarna biru terpancar dari pedang itu dan berpendar selama beberapa saat menerangi malam di Dataran Tengah, hingga Tanah Bebas dan sebagian wilayah Kaili."Gege!" Dong Xiu Bai melayang turun bersama Rubah Putih dan Tian Min.Dong Xiu Bai segera berlari dan menubruk Ao Yu Long dengan gembira. Ao Yu Long tertawa dan menurunkan pedangnya. Kemudian digendongnya gadis kecil itu dan membawanya kembali ke kerumunan diikuti Tian Min."Hei kalian berdua! Jangan seenaknya!" Tiba-tiba saja Naga Es berseru kesal."Ada apa? Apa kalian ingin tertidur lagi?" Tian Min tertawa dan menyentuh kepala Naga itu."Bocah Duan! Mana Seruling Giokmu?" Rubah Putih mendekati Tian Min dan bertanya dengan gaya acuh tak acuhnya."Rubah Putih, Seruling Giok menghilang bersamaan dengan meninggalnya nenekku!" Dong Xiu Bai turun dari gendongan Xiao Long dan mendekatinya."Aneh! Tetapi aku merasakan roh
"Tian Min selamatkan Nona! Jangan khawatirkan kami! Ingatlah janjimu pada Tuan Xiao Long untuk melindungi Nona!" Nyonya Ning berteriak memintanya untuk menyusul Dong Xiu Bai.Tian Min menatap para wanita itu sebentar. Dengan berat hati dia meninggalkan mereka dan berlari menuju rumah utama. Api berkobar semakin membesar."Kejar dia! Dan tangkap para wanita itu!" Para pria itu berteriak-teriak.Sebagian mengejar Tian Min dan sebagian menyerang Nyonya Ning dan yang lain. Jerit tangis sekaligus ketakutan kembali terdengar. Membuat Tian Min ragu."Tian Min, pergilah! Jika kami mati, kau dan Nona dapat membalaskan dendam kami! Jika kau yang mati sudah pasti kami pun akan mati!" Nyonya Ning berteriak tanpa ragu.Tian Min yang sempat merasakan keraguan kini membulatkan tekad untuk menerobos api. Kobaran api yang semakin membesar tak dihiraukannya."Nona! Nona!" Dia berteriak memanggil Dong Xiu Bai.Pandangan matanya terhalang api dan asap. Dia tidak dapat memastikan di mana dia atau pun Dong
Beberapa hari kemudian, orang-orang di Wisma Nyonya Ning dan juga di desa disibukkan dengan persiapan untuk mengungsi. Mereka bersiap untuk kemungkinan yang terburuk."Aku dengar desa sebelah diserbu orang-orang tak dikenal. Dalam semalam desa itu hancur lebur." Desas-desus beredar di desa terutama di keramaian.Bahkan para tamu di wisma pun mulai gelisah. Mereka memilih untuk meneruskan perjalanan ke Tanah Bebas. Sedangkan bagi orang-orang yang hendak menuju Dataran Tengah memilih untuk kembali atau bertahan di wisma."Seperti dugaanku, situasi makin tak terkendali, Nyonya." Tian Min duduk di hadapan Nyonya Ning.Sore itu mereka bermain catur go sembari berbincang dan menikmati teh. Akhir-akhir ini mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama."Kau benar. Aku khawatir mereka akan menyerang kita kapan saja. Orang-orangku tak akan mampu menahan mereka." Nyonya Ning meski berkata dengan tenang, tetapi kekhawatiran tergambar jelas d
"Nona!" A Gui berteriak seraya berlari menghampiri Dong Xiu Bai yang tengah berlatih memanah bersama Tian Min."Ada apa? Apakah ada kabar dari Long Gege?" Dong Xiu Bai bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari target yang hendak dipanahnya.Tian Min memberi isyarat pada A Gui untuk menunda laporannya. Menunggu Dong Xiu Bai selesai memanah sesuai target. Anak panahnya melesat dan tepat mengenai sasaran."Nona anda semakin pandai dalam memanah." Tian Min memujinya."Karena kau yang mengajariku. Oh ya Paman A Gui, ada apa?" Dong Xiu Bai kini menatap pria yang selalu setia membawakan kabar dari Xiao Long atau pun Xie Jing Cuan."Surat dari Tuan Long." Sahutnya sembari memberikan sebuah gulungan padanya."Terima kasih." Dong Xiu Bai menerima kemudian membuka dan membaca gulungan itu. Dia menjauhi area latihan dan masuk ke dalam rumah."Pama A Gui apakah ada kabar di Tanah Bebas dan Dataran Tengah?" Tian Min bertanya pada pria yang kini mengikutinya menuju dapur."Ada Tuan. Tanah Bebas ki
"Yang Mulia bagaimana dengan Pedang Es?" Jenderal Won bertanya saat mereka berpatroli di sekitar Padang Muhly."Pedang itu menghilang dan aku harus mencarinya." Ao Yu Long menatap lurus ke arah rerumputan merah muda yang berkibar-kibar tertiup angin."Bai'er pasti senang jika berada di sini. Dia dapat berlatih dengan bebas," gumamnya lirih.Tiba-tiba terbersit sebuah rasa rindu pada gadis kecil itu. Tawanya yang menggemaskan, denting hiasan rambutnya saat kepalanya bergoyang dan keusilan serta kenakalannya semua itu sangat dirindukannya."Bai'er?" Jenderal Won tertegun mendengar gumaman Xiao Long."Dong Xiu Bai, putri tunggal Lady Ming." Xiao Long tersenyum, menjelaskan."Yang Mulia, jika Anda bertemu dengan putri Lady Ming seharusnya Anda juga bertemu dengan Jenderal Mo Ye bukan?" Jenderal Won bertanya dengan hati-hati.Xiao Long tertegun sejenak kemudian menghela napas dalam-dalam. Sebuah pertanyaan yang dia tahu pasti akan sulit untuk menjawabnya. Bukan perkara mudah untuk mengabark
"Aku heran! Hanya dengan sebuah siulan dan mereka mempercayai kau adalah Kaisar Ao Yu Long." Tuan Wu masih penasaran dengan siulan Xiao Long tadi."Bukankah sedari awal kau bertemu denganku, kau pun sudah mencurigai diriku?" Xiao Long tertawa pelan."Tentu saja berbeda. Waktu itu aku mengobatimu dan tahu chi-mu yang jelas bercirikan chi Klan Ao." Tuan Wu menyahut dengan kesal."Tuan, siulan tadi hanya bisa disiulkan oleh Yang Mulia Kaisar. Itu bukan siulan sembarangan karena siulan itu merupakan kode rahasia yang dikombinasikan dengan jurus Pedang Es." Jenderal Won menjelaskan dengan nada datar tanpa emosi."Begitu rupanya? Xiao Long apakah semua jenderalmu bersikap dingin dan tanpa emosi seperti dia?" Tuan Wu berbisik pelan."Diamlah dan ikuti saja kebiasaan di sini." Xiao Long berbisik pelan dan mengikuti Jenderal Won memasuki tenda. Tuan Wu terdiam dan mendesah kesal, meski begitu dia mengikuti perkataan Xiao Long."Yang Mulia
"Xiao Long kau serius hendak ke Padang Muhly?" Tuan Wu sekali bertanya saat mereka tiba di sebuah wilayah yang terlihat sepi.Meski ada beberapa bangunan di kejauhan yang cerobongnya mengepulkan asap, tetapi wilayah ini justru selalu dihindari oleh para pengelana mau pun pedagang."Iya, aku yakin Pasukan Mo Yu ada di sana." Xiao Long menatap padang yang hanya ditumbuhi rerumputan berwarna merah muda. Di beberapa tempat memang ada pepohonan tetapi rumput mungli yang berwarna merah muda lebih mendominasi."Tempat yang aneh," gumam Tuan Wu saat tatapan matanya hanya mendapatkan lautan rumput berwarna merah muda yang cantik."Ayo kita ke sana!" Xiao Long memacu kudanya dan kereta berjalan perlahan menelusuri jalan setapak yang membelah lautan rumput merah muda itu.Dari kejauhan padang rumput itu terkesan panas, gersang dan meranggas. Namun saat kereta semakin jauh menyibak rerumputan merah muda itu udara semakin bersahabat.Di beber
"Ibu Han duduklah!" Xiao Long meminta wanita itu untuk duduk di depannya."Aku ingin mengajari apapun yang bisa kau ajarkan pada Bai'er. Kau mengerti maksudku bukan?" Xiao Long berkata tanpa basa-basi.Bertemu lagi dengan salah satu dayang di istananya dulu membuatnya terbawa kembali ke masa-masa itu. Masa di mana dia masihlah seorang kaisar yang berkuasa dan dihormati."Saya mengerti Tuan." Ibu Han menundukkan kepalanya dalam-dalam."Oh iya, aku dengar kau adalah seorang dayang di istana Zijin sebelumnya. Bagaimana kau bisa tiba di Dataran Tengah dan bukannya ke barat daya?" Xiao Long bertanya dengan asal saja."Tuan saya..." Ibu Han tidak melanjutkan perkataannya karena Tuan Wu tiba-tiba saja memasuki ruangan."Xiao Long ada yang ingin kubicarakan denganmu." Pria itu memberi isyarat agar mengikutinya."Baiklah Ibu Han, aku mempercayakan Bai'er padamu. Tolong jaga dan ajari dia dengan baik. Dia gadis yang baik dan pinta
Nyonya Ning menyambut mereka dengan ramah. Dia sangat menyukai Dong Xiu Bai. Bahkan dia tidak banyak alasan dan permintaan saat melepaskan Fang-Fang agar bisa menjadi pelayan Dong Xiu Bai secara resmi."Ah Tuan Long, sudah lama sekali Anda tidak mampir kemari." Sambutnya dengan ramah dan genit."Anak manis kau juga ikut?" Nyonya Ning berpaling pada Dong Xiu Bai dan menyapanya dengan lembut.Dong Xiu Bai hanya mengangguk. Tatapan matanya tak lepas dari Nyonya Ning. Entah mengapa dia sangat mengagumi wanita cantik itu. Ada sesuatu yang membuatnya selalu tertarik untuk menatapnya."Nyonya Ning ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Xiao Long duduk di kursi setelah dipersilakan."Apakah itu?" Nyonya Ning mengajak Dong Xiu Bai duduk di dekatnya."Ini mengenai Nona Muda." Xiao Long melirik Dong Xiu Bai.Nyonya Ning tertegun, tetapi kemudian tersenyum lebar. Dia memanggil salah seorang pelayannya."Duo-duo ajaklah Nona Dong untuk bermain di belakang. Sepertinya Paman Li sedang membu