Abinawa langsung membalikan tubuhnya saat seseorang memanggil dirinya, serta suara itu terasa sangat familiar di telinga."Kau rupanya, beban Sekte Api dan Angin." Kata Abinawa dengan pelan.Pemuda yang menyebut Abinawa dengan panggilan sampah tidak lain adalah Arga, jenius dari Sekte Api dan Angin."Ah rupanya kau, Arga. Ku lihat perkembangan ilmu kanuraganmu sedikit melambat? Apa itu karena keangkuhanmu, sehingga membuat potensimu tertutup?" Arga yang mendengar hal itu, tentu membuat emosinya naik signifikan, kepalanya terasa mendidih."Gandrik!!! Berani sekali kau sekarang sampah, apa kau tidak ingat bagaimana kau ku buat terluka parah kala itu." Abinawa tertawa mendengar ancaman dari Arga, dia merasa Arga terlalu bodoh untuk di sebut jenius dari salah satu sekte tersohor di negeri ini."Apa kau tidak pernah menggunakan otakmu itu, sehingga sekarang ketika hendak kau gunakan, otak itu sudah menjadi usang dan rusak? Ayolah berpikir logis, aku sekarang sudah memiliki kekuatan dan k
Mendapatkan jatah istirahat tiga hari, tentu di manfaatkan dengan baik oleh Abinawa. Saat sinar matahari pertama kali menampakkan diri, sosok Lanting Damar sudah berlatih di tengah hutan itu.Tubuhnya sudah di penuhi dengan keringat dan basah kuyub yang menandakan jika dia sudah berlatih dalam waktu yang cukup lama."Huuhhhh ... Aku harus meningkatkan kekuatan lebih jauh jika ingin memenangkan Sayembara Pendekar Muda ini." Abinawa bergumam dan bertekad kuat.Sudah sejak 5 jam yang lalu, Abinawa memang memilih berlatih di tengah gelapnya malam sampai tiba waktu pagi. Hal itu tentu di lakukan oleh Abinawa agar latihan yang dia lakukan tidak menarik perhatian banyak orang.Abinawa melatih kembali beberapa jurus dan teknik yang sudah di kuasainya, selain itu juga Abinawa juga melatih kembali fisiknya agar tetap bugar dan prima."Dewa Bermain Pedang"Abinawa langsung menggunakan salah satu jurus yang paling sering dia gunakan. Perpaduan kecepatan dan kegesitan berhasil menciptakan pola se
Setelah dari hilir sungai dan berpisah jalan dengan Batari Ambar, Abinawa memilih untuk mencari tempat mengisi perutnya. Kedai cepat saji di dekat hilir sungai menjadi pilihannya. Namun, baru saja Abinawa hendak menikmati makanannya, matanya menemukan tiga orang berbadan besar sedang bergegas cepat menghampiri Abinawa. "Di sini kau rupanya." Salah satu dari mereka berusaha untuk mencengkram batang leher Abinawa, beruntung Abinawa dengan tepat waktu menangkisnya. "Tunggu dulu ... Ada apa ini? Aku tidak pernah memiliki masalah dengan kalian sebelumnya, bahkan kita tidak saling mengenal." Kata Abinawa saat tiga orang itu datang dengan maksud yang tidak baik. "Haha, kau mungkin tidak kenal dengan mereka, tapi aku tahu diriku bukan." Seorang pemuda muncul dari belakang tiga orang berbadan besar itu. Dalam sekali lihat saja, Abinawa sudah langsung mengenali sosok pemuda itu. Dia tidak lain adalah Anbi, pendekar muda yang berasal dari Sekte Bangau Putih. "Kau rupanya, apa maksudmu dari
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat. Hari ini, stadium sudah kembali terisi penuh. Semua seakan tidak sabar ingin segera menyaksikan berlangsungnya babak utama.Dharma Wangsa berdiri dengan gagah dan memancarkan sinar kepahlawanan dari dalam tubuhnya, hingga membuat banyak penonton terkesima. Kali ini, Dharma Wangsa yang mendapat amanah membuka babak utama, serta menjelaskan tentang aturan main di babak utama."Aku ucapkan selamat kepada kalian yang berhasil mencapai babak utama, aku akan menjelaskan beberapa peraturan penting di babak utama yang sedikit berbeda dengan babak penyisihan ... " Dharma Wangsa langsung menjelaskan jika di babak utama ini setiap peserta akan di bagi beberapa kelompok secara acak. Masing-masing kelompok akan saling bertarung, memperebutkan tiket menuju babak final nantinya. Dharma Wangsa juga menjelaskan jika masing-masing kelompok terdiri atas lima orang. Setiap kelompok akan di adu tandingkan, hanya ada dua kelompok saja yang berhak malaju sampai ke bab
Renggana yang menyadari jika Candra sudah serius dan bersiap untuk mengakhiri pertandingan dengan cepat, langsung membuatnya memusatkan tenaga dalamnya, sebelum melepaskannya, hingga menjadi selubung pelindung berwarna emas. Alhasil, tusukan pedang dari Candra hanya membentur selubung emas itu dan melemparkan Candra jauh ke belakang. "Akhhh ... Luar biasa, jadi inikah selubung emas itu." Candra melemparkan pujiannya, sembari mengatur nafas dan menetralkan rasa sakit di dadanya. Bukan hanya Candra yang memuji selubung emas milik Renggana, akan tetapi semua penonton yang menyaksikan jalannya pertandingan, turut melemparkan pujiannya. "Aku merasa sangat beruntung bisa menyaksikan bagaimana hebatnya kemampuan perlindungan dari Selubung Emas itu ... " "Luar biasa, ini momentum yang sangat langkah." Sementara itu, di atas arena Renggana tersenyum tipis. Dia tentu merasa beruntung, karena memiliki selubung emas sebagai pertahanan tubuhnya. "Hampir saja, jika sedikit saja aku terlambat
Di luar dugaan semua orang, Sando langsung mengayunkan tongkatnya ke arah Abinawa, hingga menghantam tubuhnya dan melemparkan tubuh Lanting Damar jauh ke belakang."Akhhh ... " Abinawa memegangi dadanya yang terasa nyeri akibat hantaman tongkat milik Sando."Jadi begitu ya, dia sengaja mengorbankan tangannya untuk menyerang balik dan membuat dirinya keluar dari tekanan." Lanjut Abinawa.Abinawa menarik nafas panjang, sebelum melesat dengan cepat ke arah Sando. Bersamaan dengan itu pula, Abinawa kembali mengayunkan pedangnya menggempur Sando.Sando benar-benar di buat terkejut, karena kecepatan dari Abinawa mengatur nafas dan tenaga dalamnya, hingga mampu kembali menyerang balik dengan cepat."Kau?! Bagiamana bisa mengatur ulang tenaga dalammu dengan begitu cepat." Kata Sando dengan wajah yang penuh tanda tanya dan keterkejutan."Setiap orang memiliki teknik dan jurus pamungkasnya sendiri, jadi mungkin inilah kelebihanku." Jawab Abinawa."Dewa Bermain Pedang"Abinawa langsung menggunak
Setelah berhasil mengalahkan Sando si pria besar, Abinawa langsung berpindah tempat dengan cepat, karena matanya menemukan salah satu rekannya berada di posisi berbahaya.Sleshhhh!!!Trinh!!!Bammm!!!Pedang milik Abinawa dengan cepat menangkis tebasan sabit itu, hanya beberapa senti dari batang leher Batari Ambar."Tapak Samudera Hitam"Satu serangan tapak mendarat di bagian vital lawannya, hingga melemparkannya jauh ke belakang dan merasakan nyeri di bagian dadanya, bahkan sampai memuntahkan darah segar."Aku tidak bermaksud mengganggu pertarungan kalian, tetapi jika kau berniat membunuh maka aku tidak bisa tinggal diam." Kata Abinawa dengan pelan, tetapi di sertai dengan tenaga dalam, hingga membuat lawannya bergedik ngeri untuk beberapa saat.Bersamaan dengan itu pula, Wisnu Aji ikut bergerak untuk mencegah serang
"Dwi Pangga, aku tidak pernah menduga jika kau akan datang ke Sekte Naga Hitam."Dwi Pangga yang mendengar sambutan dari Ketua Sekte Naga Hitam hanya tersenyum tipis. Dia lantas mengambil posisi duduk di atas batu giok hijau yang memiliki manfaat memulihkan tenaga dalam seorang pendekar."Ketua, aku datang membawa pesan dari Ketua Arya Loka untuk dirimu." Dwi Pangga memberikan gulungan lontar kepada Gardapati, Ketua Sekte Naga Hitam."Pesan dari Arya Loka? Sepertinya sesuatu yang sangat penting, karena mengutus orang kepercayaan nomor satunya untuk mengantarkan lontar ini ... " Gardapati membuka gulungan itu dengan sedikit tertawa.Tidak lama bagi Gardapati untuk mengerti maksud dari isi pesan yang ada di dalam lontar itu. Gardapati membulatkan matanya ke arah Dwi Pangga seakan meminta penjelasan lebih lanjut."Apa kalian sudah gila? Rencana kalian ini bisa memicu perang be
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari