Beberapa hari lagi, Sayembara Pendekar Muda akan di mulai. Banyak peserta yang berasal dari perguruan besar sduah tiba di Kota Bandar Agung.Salah satu yang mencuri perhatian adalah perwakilan dari Sekte Seribu Pedang. Dua orang itu adalah murid langsung dari Sage Air yaitu Ganendra, salah satu pendekar tanpa tanding yang di miliki oleh aliran putih, sekaligus pilar aliran putih."Candra, kau selalu membuatku kagum dengan kemampuan dirimu dalam berpedang ... Sepertinya kau yang akan menggantikan posisi Sage Pedang di masa depan, itupun jika kau mampu berkembang dan melampaui Ayundia." Kara memuji kemampuan yang di miliki saudara seperguruannya itu."Jangan terlalu memuji Kara, kau jauh lebih ahli di bandingkan diriku dalam hal berpedang ... Aku yakin jika dirimu lah yang akan menggantikan posisi Sage Pedang."Candra dan Kara adalah generasi emas yang di miliki oleh Sekte Seribu Pedang, bahkan banyak yang mengatakan jika Candra adalah yang terbaik di generasinya. Tidak sedikit yang me
"Tunggu dulu, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... Aku tidak pernah berniat untuk mencuri jurus yang kalian miliki ... " Abinawa berusaha untuk memberikan penjelasan kepada Kara dan Candra.Kara seakan tidak peduli dengan penjelasan yang di berikan oleh Abinawa. Dia terus menggempur Abinawa dengan serangan bertubi-tubi, seakan tidak memberikan ruang dan titik jeda pada Abinawa untuk menarik nafas.Namun, di luar dugaan Kara, Abinawa masih dapat dengan cukup baik dan sigap menghindari dan menangkis setiap serangan yang di buat oleh Kara. Hal itu tentu semakin membuat Kara naik pitam dan merasa di permalukan di hadapan Candra. Candra mungkin boleh meremehkan dia, tetapi tidak untuk orang lain."Kau pikir dengan terus menghindar, aku akan memberimu maaf, tidak sama sekali ... " Ucap Kara yang setengah emosi. Kara terus menggempur Abinawa. Bahkan Kara tidak segan menggunakan hawa pembunuh untuk menekan pergerakan dari Abinawa. Abinawa yang merasakan hawa pembunuh milik Kar
Sayembara Pendekar Muda tanpa terasa sudah akan di mulai. Semua pendekar muda yang akan berpartisipasi sudah bersiap, banyak pula pendekar yang datang hanya sekedar untuk menyaksikan generasi muda unjuk kebolehan atau mereka datang le Kota Bandar Agung untuk bertaruh dengan jagoannya masing-masing.Sayembara Pendekar Muda juga menjadi berkah bagi penduduk, karena semakin ramainya Kota Bandar Agung, maka semakin banyak pula barang-barang yang mampu mereka jual nantinya.Beberapa kereta kuda mewah sudah berjejer rapi di depan Stadium di adakannya Sayembara Pendekar Muda yang menunjukkan identitas dari pemilik kereta kuda itu berasal dari sekte besar atau paling tidak sekte menengah."Nawa, aku yakin kau memiliki kemampuan ... Jadi bertarunglah dengan baik, jangan takut dengan mereka yang berasal dari sekte besar." Tuk Hawi berpesan kepada Abinawa dalam perjalanan mereka memasuki stadium.Mereka yang bukan bagian dari peserta Sayembara Pendekar Muda di wajibkan untuk membayar 5 keping em
Stadium sudah terisi penuh, sorak soraya menggema memenuhi seluruh stadium. Penonton datang dari berbagai kalangan, entah kalangan pendekar, pedagang/Saudagar, Bangsawan, dan rakyat biasa. Mereka semua tentu datang dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menyaksikan bibit unggul aliran putih dan netral unjuk kebolehan dan kekuatan.Dewangga berjalan ke depan dan berdiri dengan tegap di depan semua penonton. Kharisma dan wibawa terpencar jelas dalam diri Dewangga.Dewangga tersenyum lebar saat saat menyaksikan banyak pendekar berbakat yang berasal dari aliran putih dan aliran netral."Dia akan Dewangga, Giok Angin itu .... Dia sungguh memiliki kharismatik luar biasa.""Ternyata kekuatan yang di miliki oleh senior Dewangga bukanlah bualan semata ... Aku dapat merasakan luapan kekuatan dari dalam tubuhnya itu." Semua yang berada di dalam stadium mulai memuji kehebatan dan kekuatan yang terpancarkan dari dalam tubuh Dewangga, seakan menghipnotis setiap penonton untuk beberapa saat.Sepint
Seluruh Stadium langsung bergemuruh, mereka jelas menyambut baik pertandingan pembuka yang menyajikan salah satu kandidat juara Sayembara Pendekar Muda.Dua orang pemuda langsung melompat masuk ke dalam arena Sayembara. Kara dengan pedang di punggungnya dan memancarkan aura ksatria, hingga membuat banyak mata terhipnotis untuk beberapa saat.Sementara lawannya, Danusa adalah seorang pendekar yang berasal dari sekte kecil yang memiliki kepiawaian menggunakan senjata jenis pedang, sama halnya dengan Kara. Pertarungan sesama pengguna pedang biasanya akan menyajikan pertarungan yang menarik."Pertandingan sesama pengguna pedang, ini akan sangat menarik... " Abinawa bergumam pelan. Dia yang sudah melihat bagaimana cara bertarung dan permainan pedang Kara, tentu mengunggulkan Kara menjadi pemenangnya, akan tetapi Abinawa tentu tidak menganggap kemampuan Danusa rendah.Sementara itu, di arena pertandingan. Dua orang itu sudah bersiap dengan kuda-kudanya.Wisnu Aji kembali menjelaskan sedikit
Seorang pemuda langsung melompat ke atas arena Sayembara Pendekar Muda. Aura khas pendekar langsung terpancar dari dalam tubuhnya, serta senyum percaya diri tampak menghiasi bibirnya."Aku Abinawa, siap untuk bertanding dan menjadi Jawara ... " Sementara itu, sosok pria muda yang berusia tidak jauh berbeda dari Abinawa memasuki arena dengan santai dan senyum arogan."Aku Anbi dari Sekte Bangau Putih, sekte menengah yang akan menjadi sekte besar dalam beberapa tahun ke depan ... " Pria bernama Anbi itu memperkenalkan dirinya dengan arogan.Abinawa yang mendengar hal itu, tentu hanya tersenyum tipis. Dia sekarang menyadari jika banyak generasi muda memiliki sifat arogan dan sombong, serta haus akan pujian.Senyum simpul terlukis di wajah Abinawa, dia tentu tidak ingin terlalu banyak berbincang. Abinawa langsung bersiap dengan kuda-kuda tarungnya, serta pedang di genggaman tangan kanannya.Tepat setelah pertandingan di nyatakan di mulai, sosok pria bernama Anbi itu langsung melesat cepa
Stadium langsung bergemuruh saat Anbi terlempar keluar dari arena Sayembara. Semua penonton tentu tidak pernah sekalipun menebak dan menduga jika Anbi harus tersingkir dari Sayembara Pendekar Muda dengan cara seperti ini. Selain itu, tidak sedikit yang memuji kecerdikan dari Abinawa untuk memenangkan pertandingan.Sementara itu, Abinawa yang sudah di nyatakan pemenang dalam pertandingan pertamanya langsung bergegas menuju meja taruhan. Dia tentu ingin segera mendapatkan uangnya kembali, serta koin emas tambahan hasil taruhannya."Sekali tiga uang, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui ... " Abinawa tertawa renyah saat mendapatkan hasil taruhannya.Dia dengan cepat langsung menyimpan semua uangnya di balik jubahnya, agar tidak terlihat banyak orang yant akan menimbulkan keributan dan kekecauan.Setelah itu, Abinawa dengan cepat kembali ke bangku penonton. Dia kembali memilih menyaksikan pertandingan kembali, menemani Tuk Hawi yang terlihat sumringah dan sangat bersemangat."Luar bia
Abinawa yang melihat Batari Ambar melompat ke atas panggung, tentu langsung bersemangat. Biarpun baru bertemu satu kali, baginya Batari Ambar sudah di anggap sahabatnya.Sepanjang berlangsungnya pertandingan, Abinawa terlihat begitu serius mengamati jalannya pertandingan. Dalam beberapa menit saja, Abinawa sudah mampu membaca arah dari pertandingan itu."Ambar hanya perlu mendapatkan kepercayaan dirinya, jika kekuatan dia jauh lebih unggul dari pria berambut merah itu. Jika yang aku lihat, Ambar akan mampu keluar sebagai pemenang.Namun, dia akan menjalani pertandingan yang sulit di babak selanjutnya jika dia masih belum mendapatkan kepercayaan diri sepenuhnya.***"Apa yang ingin kau buktikan? Kau tidak akan pernah mampu mengalahkan diriku, bahkan jika dunia hancur lebur sekalipun." Pria berambut merah itu berucap dengan sesumbar. Batari Ambar hanya tersenyum, dia tentu sadar sulit untuk menjelaskan kepada seekor monyet jika apel lebih nikmat dari pada pisang, begitu pula saat ini,
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari