Seorang laki-laki bergerak dengan kecepatan tinggi menembus hutan di kaki Gunung Amarasa, laki-laki itu terus bergerak menuju lembah paling dalam di Gunung Amarasa.Jika di lihat dari kecepatan yang di miliki laki-laki itu, laki-laki itu jelas seorang pendekar yang memiliki kemampuan tinggi. Sangking cepatnya gerakan laki-laki itu, tupai dan hewan lainnya tidak sadar jika dirinya baru saja melintas.Laki-laki itu menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang tua yang di balut lumut itu."Kau sudah kembali, Komandan Aksa," ucap salah seorang yang bertugas berjaga di depan gerbang utama itu.Laki-laki itu adalah Aksa, salah satu komandon yang di miliki oleh Elang Hitam, salah satu kelompok aliran hitam yang menghilang selama beberapa tahun belakangan. Tidak ada yang mengetahui alasan Elang Hitam menutup diri dan menghilang dari dunia persilatan secara pasti, akan tetapi banyak yang berpendapat jika salah satunya adalah kehilangan banyak kekuatan di kala pertempuran besar."Bawa aku ber
Kota Angin Selatan menjadi tempat pertama yang di datangi oleh kelompok Elang Hitam. Selain jarak kota ini dengan Gunung Amarasa tidak terlalu jauh, Kota Angin Selatan juga hanya di lindungi sekte menengah yang tidak memiliki kekuatan terlalu besar, sehingga dapat dengan mudah di lumpuhkan oleh para pendekar Elang Hitam dan menguasai kota itu dengan cepat. "Ampun tuan pendekar, kalian boleh mengambil semua harta dan menjadi penguasa kota ini, tetapi tolong biarkan aku dan keluargaku hidup," pinta Wali Kota itu sambil bersujud di kaki Dwi Pangga. "Membiarkanmu pergi? Aku tidak keberatan, tetapi untuk putrimu, aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja," ucap Dwi Pangga. Wali Kota itu langsung berkeringat dingin dan tubuhnya pun bergetar hebat. Dia jelas menyadari jika bukan perkara mudah meminta para perampok ini untuk melepaskan putrinya. "Tuan, aku rela memberikan semua hartaku untuk kalian, tapi tolong jangan untuk putriku," Wali Kota itu bersujud di hadapan Dwi Pangga. Bu
Ayundia menghabiskan bertahun-tahun untuk terus berlatih agar dapat menjadi kuat dan melindungi orang-orang yang di saingi. Satu yang terpenting, dia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain lagi. Tragedi pertempuran beberapa tahun silam benar-benar membekas di ingatannya.Ayundia terus bertambah kuat setiap harinya, bahkan dia benar-benar sudah melampaui kemampuan para pendekar yang berusia sama dengan dirinya.Bukan hanya itu, seni berpedangnya pun meningkat drastis. Banyak yang yakin jika pewaris Sage pedang sesungguhnya adalah keturunan Sentika itu sendiri.Bahkan, beberapa waktu terakhir seluruh penjuru sekte di kejutkan dengan keberhasilan Ayundia menembus tingkatan pendekar suci di usianya yang masih sangat muda."Selamat Tetua, adik Ayundia benar-benar mewarisi bakat dirimu, aku yakin dia akan mampu melampaui pancapaianmu saat ini,""Luar biasa, aku yakin adik Ayundia akan membawa sekte kita mencapai puncak kejayaan," "Kau memiliki putri yang luar biasa, Tetua," Selama bebe
Tetua Warna, Candra, dan Kara tertegun dan melongo. Mereka bertiga kompak meneguk ludahnya dengan sulit saat menemukan aula utama yang di maksud murid tadi."Apa kalian tidak salah bangunan?" Tanya Tetua Warna.Murid itu menggeleng dengan pelan."Tidak, bangunan di depan ini memang aula utama Pulau Es Utara,""Ini bak istana," ucap Kara.Aula utama Pulau Es Utara di bangun cukup dekat dengan dermaga, agar memudahkan tamu untuk berkunjung dan melakukan jamuan. Selain itu, aula utama juga di bangun dengan sangat megah, bahkan kemegahan aula utama ini membuatnya terlihat seperti sebuah istana.Kemegahan aula utama Pulau Es Utara selalu membuat para tamu yang pertama kali berkunjung terperangah. Aula utama itu memang di bangun sebagai simbol kemakmuran Pulau Es Utara, sekaligus menunjukkan pada dunia jika mereka memiliki kekuasaan penuh atas pulau es ini.Selain aula utama, bangunan yang berdiri di samping aula itu juga di bangun sangat mewah dengan arsitektur unik yang tidak pernah di te
"Ayun, kau bisa mengajak Chandra dan Kara berkeliling Pulau Es Utara bukan? Sayang sekali jika mereka tidak menikmati keindahan pulau es setelah berkunjung kemari," Perintah Sentika."Baik ayah," balas Ayundia."Candra, Kara mari ikut denganku. Aku akan mengajak kalian berkeliling pulau es," ajak Ayundia.Candra dan Kara mengangguk, mereka tentu paham jika para Tetua akan membicarakan hal yang serius dan mereka tidak bisa ikut di dalamnya.Setelah kepergian Ayundia, Candra, dan Kara. Raut wajah Sentika menjadi lebih serius, bahkan dia tanpa sadar melepaskan hawa bertarungnya."Sentika, tahan dirimu... " Perintah Astika.Sentika tersenyum tipis, dia lantas menarik kembali aura bertarungnya itu."Aku sangat menghargai keinginan Ketua Dawan untuk menjadikan putriku sebagai menantunya, akan tetapi cara kalian sangat salah.Apa kalian pikir kami takut dengan ancaman kalian akan menyerang Pulau Es Utara jika kami menolak keinginan kalian? Aku bisa saja menghabisi kalian bertiga di tempat in
Berita tentang Sayembara Perjodohan yang akan di adakan oleh Pulau Es Utara membuat dunia persilatan gempar. Kabar sayembara ini menyusun kabar sebelumnya mengenai Ayundia yang berhasil mencapai kemampuan pendekar suci di usia yang masih relatif belia.Berita dan kabar ini langsung di tanggapi serius oleh dunia persilatan. Mengingat jika mereka berhasil menarik hati Ayundia, maka dapat di pastikan jika masa depan Sekte mereka akan cerah. Di tambah lagi jika berhasil memenangkan hati Ayundia, mereka akan memiliki ikatan dengan Pulau Es Utara yang kekuatannya masih menjadi misteri.Menanggapi kebenaran berita ini, Danu Jaya langsung mengambilnya tindakan, dia langsung memberi perintah agar Arga ikut meramaikan sayembara itu."Ketua, aku jelas tidak menolak, tetapi aku rasa sangat mustahil," ucap Arga dengan pesimis.Arga lantas kembali menjelaskan jika Ayundia adalah permata dunia Persilatan. Pencapaiannya menjadi pendekar suci di usia muda tentu membuat dia menjadi rebutan dunia persil
Kota Salju Putih adalah kota terbesar kedua di daratan Teratai Hijau. Kota yang berdiri di kawasan Pulau Es Utara ini jelas berkembang pesat karena bantuan yang di berikan oleh Pulau Es Utara. Entah dalam segi insfratruktur ataupun keamanan kota ini yang selalu di jaga oleh para murid dari Pulau Es Utara ini.Kota Salju Putih awalnya hanya sebuah kota kecil yang sangat jarang di datangi oleh para pendekar ataupun pedagang, akan tetapi semua itu mulai berubah setelah kota itu di pimpin oleh salah satu keturunan dari penguasa Pulau Es Utara itu.Sejak saat itu, Kota Salju Putih di sulap menjadi kota mewah dan megah. Seiring berjalannya waktu, kota ini semakin berkembang dan menariknya banyak minat orang-orang untuk mendatangi dan berdiam diri di kota ini. Hal ini tentu langsung berdampak pada perekonomiannya Kota Salju Putih yang seketika meroket dan bersaing dengan Ibukota.Di Kota Salju Putih juga berdiri pasar yang menjual berbagai kebutuhan dunia persilatan, entah itu senjata ataupu
Abinawa pada akhirnya memilih untuk menemani Batari Ambar berkeliling dan mencari obat penawar racun yang di derita oleh-nya.Abinawa kagum saat melihat toko Baku Hantam benar-benar di penuhi dengan kebutuhan dunia persilatan. Semua jenis senjata tertata rapi di dalam ruangan."Selamat datang tuan, puan. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang pelayan datang menghampiri mereka."Aku sedang mencari obat penawar racun, bisa kau tunjukkan dimana aku bisa menemukannya?" Pinta Batari Ambar."Obat penawar racun, baik mari ikut denganku," Gadis itu membawa mereka menuju sebuah ruangan besar yang berada di bagian dalam toko itu. Dari jarak jauh saja, Abinawa sudah dapat merasakan bau obat-obatan dari ruangan itu. Abinawa menemukan begitu banyak obat-obatan dan tanaman ajaib di dalam ruangan itu, semuanya tersusun dengan rapi."Bisa kau tunjukkan obat penawar racun kalajengking hitam?" Tanya Batari Ambar yang sejak pertama tadi masuk ke ruangan ini tidak menemukan obat penawar yang dia cari.Gadi