Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Pertarungan Hidup Dan Mati Kencana Emas

Share

Pertarungan Hidup Dan Mati Kencana Emas

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Maafkan atas ketidaksopan kami karena tidak memberi tau tuan terlebih dahulu” sepuh tua berkata dengan kaki sedikit gemetar, dirinya berusaha mencairkan keadaan yang sedikit memanas.

“Kami hanya pendatang baru ditempat ini, tolong lepaskan anakku!” Gianjoyo sedikit memelas supaya tidak terjadi keributan yang tidak diinginkan. Sebelumnya sepuh tua juga sudah berpesan supaya hati-hati berbicara dengan Kencana Emas karena karekternya yang mudah tersinggung.

“Tidak. Dia sudah memata mataiku sejak tadi.”

“Maafkan sekali lagi atas kecerobohan anakku, dia memang sering melihat orang berlatih beladiri, dan tertarik dengan hal baru yang baru dilihatnya” Gianjoyo berusaha meyakinkan Kencana Emas, tetapi tampaknya Kencana Emas masih tidak percaya.

“Berbaik hatilah Tuan Kencana Emas, kau hanya perlu melepaskannya dan biarkan situa bangka ini yang  mengurusnya.” Sepuh itu sedikit menepuk pundak Kencana Emas berusaha meyakinkannya.

“Baiklah kalau begitu, tetapi jika ada sesuatu yang terjadi ditempat ini kalian harus menanggung resikonya.”

“Semudah itukah? Tentu saja tidak.”

Kencana Emas bukanlah orang bodoh, dia tidak bisa percaya begitu saja dengan orang yang baru dikenalnya. Kencana Emas tidak pernah berniat melepaskan Lengkukup sedikitpun, tetapi demi menjaga reputasinya dia terpaksa menuruti sepuh itu.

Kencana Emas merupakan pendekar tingkat tinggi yang sudah membuka satu gerbang tenaga dalam dirinya berasal dari kelompok aliran putih. Namun Kencana Emas harus menelan kenyataan pahit ketika dirinya berhasil mendapatkan Pusaka Langit yang disebut sebagai Hati Iblis. Dikatakan Pusaka Langit itu dipercaya dapat memberikan kemampuan diluar batas manusia yang tertulis didalam Kitab Surgawi,  tetapi keberadaan Kitab Surgawi kini seolah menghilang dari dunia persilatan dan meninggalkan cerita turun temurun.

Kencana Emas yang telah mendapatkan Pusaka Langit kini harus menjadi incaran para penjahat terlebih kelompok aliran hitam tetapi ada juga kelompok aliran putih yang menginginkan Pusaka Langit dengan alasan menjaganya. Tentu Kencana Emas yang berasal dari kelompok aliran putih tidak ingin jika Pusaka Langit jatuh ketangan yang salah, tetapi Kencana Emas juga tidak ingin jika ada orang lain yang memilikinya.

Sedangkan Kencana Emas tidak ingin menggunakan kekuatan yang tidak murni, karena Kencana Emas beranggapan jika kekuatan sejati berasal dari dalam hati, itu sebabnya Kencana Emas hanya menyimpannya. Dari perjalanan Kencana sebagai seorang pendekar, Kencana Emas mendapat informasi tentang keberadaan Kitab Surgawi yang dapat mengendalikan kekuatan tak terbatas dari Pusaka Langit.

Kitab Surgawi yang telah hilang itu berada didalam Lembah Siluman, tentu informasi itu tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang benar. Sebab Lembah Siluman berada di dalam tebing Curup 7 Kenangan sebuah air terjun yang memiliki tujuh tingkatan, setiap tingkat memiliki kedalaman yang tidak dapat pandang oleh mata. Beberapa pendekar  pemula bahkan pendekar tingkat tinggi sekalipun tidak pernah kembali ketika mencoba memasuki Curup 7 Kenangan, entah apa yang ada didalamnya sehingga mereka tidak pernah kembali.

Dari perjalanannya menjadi pendekar ternama Kencana Emas memiliki musuh bebuyutan dari kelompok aliran hitam. Gamya yang mempunyai kemampuan ilusi dan Jumpang yang merupakan pemilik Tongkat Siluman serta Daryana dan Gumantara yang dijuluki Sikembar Iblis mereka merupakan para pemimpin empat kelompok aliran hitam terbesar saat ini.

Mereka berjumlah hampir ratusan orang tidak, mungkin ribuan atau lebih dari itu karena mereka dapat dengan mudah menghancurkan sekte kecil maupun sedang hanya dalam hitungan menit. Jumlah yang fantastis untuk sebuah kelompok aliran hitam.

Hari ini keramaian didesa Impit Bukit tempat tinggal Gianjoyo penuh sesak, karena akan menyambut pesta atas keberhasilan kelompok aliran putih mengatasi kekacauan yang dibuat oleh kelompok aliran hitam dijalur perlintasan antar sekte. Desa yang mulanya hanya berjumlah 5 kepala keluarga, kini menjadi tempat persinggahan dan membuatnya sangat ramai. Bukan hanya dari sekte lain, tetapi ada juga para pendekar pengelana bahkan para pedagang berdatangan untuk  menjajakan dagangan mereka, hal itu membuat Kencana risau karena dirinya dapat terdeteksi oleh para pemburu bayaran.

Disisi lain Gianjoyo dan Lengkukup baru saja pulang dari berburu dihutan untuk santap malam mereka. Hari semakin larut ketika acara atas keberhasilan kelompok aliran putih telah selesai, keadaan didesa kembali seperti semula. Hanya meninggalkan orang  orang desa yang kemudian masuk kerumahnya masing-masing.

Disalah satu rumah tepatnya rumah Gianjoyo, samar terdengar suara langkah kaki yang kemudian didengar oleh Kirana. Terdengar seperti ada orang yang sedang berjalan perlahan disekitar rumahnya.  Namun tiba-tiba suara langkah kaki itu menghilang dengan cepat seperti angin.

”Sua.. suara apa itu?” Ucap Kirana terbata kepada Gianjoyo yang saat itu Gianjoyo dengan sigap langsung menutup mulut istrinya. Gianjoyo berharap, itu bukanlah perampok sebab mereka tidak memiliki harta benda yang berharga selain istri dan anaknya.

“Diam jangan berisik! aku akan memeriksanya kau cepat ketempat Lengkukup.” Gianjoyo berusaha menenangkan istrinya yang sedikit merasa takut dan bergegas keluar rumah, tetapi belum sempat Gianjoyo membuka pintu terdengar suara hentakan sangat keras dari luar.

“Kau tidak bisa kemana-mana  serahkan pusaka itu sekarang!” Seru Gamya kepada Kencana Emas ketika dia berhasil mengendus keberadaannya. Kencana Emas sudah salah mengira jika kelompok aliran hitam itu tidak akan mungkin langsung membuat kekacauan tanpa pertimbangan.

Tidak seperti biasanya, Gamya yang merupakan pemimpin salah satu kelompok aliran hitam terbesar hanya membawa 2 muridnya tetapi mereka tentu bukan murid sembarangan. Kencana menebak jika kedua muridnya itu sudah mencapai tingkat pendekar bergelar. Dari 2 pendekar itu memiliki tubuh gempal dipinggangnya terdapat masing-masing sebuah golok yang cukup besar.

“Ada perlu apa kalian denganku, aku sudah lama tidak menyimpan Benda Pusaka itu...” Ujar Kencana Emas.

“Omong kosong apa yang kau ucapakan Kencana Emas, cepat serahkan Pusaka Langit kepadaku maka kau akan selamat…” Gamya berucap dengan nada datar kepada Kencana Emas, mereka berada disatu level yang sama.

Seketika angin bertiup sangat kencang tetapi Kencana Emas sedikitpun tidak ketir dan bersiap menghadapi musuh yang datang. Gamya terlihat sangat murka akibat sikap yang ditunjukan Kencana Emas. “Serahkan semua ini pada kami guru, kami akan membereskannya dengan cepat” ucap Jiang mendahului adik seperguruannya.

Jiang melompat kearah Kencana diikuti angin yang menuntunnya ketanah, pijakkan kaki Jiang terbentuk yang menandakan Jiang mempunyai tenaga dalam yang tinggi. Tiba-tiba Kencana Emas mengeluarkan serangan tapak tepat kewajah Jiang, serangan yang begitu mendadak kearahnya tidak dapat dihindari tepat waktu sehingga membuat Jiang mundur beberapa langkah.

Dari mengalir dari tepi bibir Jiang dan dengan cepat ditepisnya. Tiba-tiba Kencana Emas merasakan berat disekujur tubuhnya lalu dipaksa keposisi berlutut, serangan itu berasal dari Gamya yang mempunyai jurus ilusi, berbeda dengan ilusi dari perguruan lain. Gamya mengusai tennik terlarang yang membuat orang merasakan hal yang sesungguhnya dan dapat membuat orang itu mati seketika.

“Guru biarkan aku membereskan sisanya” Jiang berkata dan berusaha mengambil alih pertarungan Kencana Emas dengan gurunya. Dengan cepat Jiang menendang Kencana Emas yang sudah berada diposisi berlutut dan membuat Kencana terpental beberapa kali ketanah.

Tendangan itu dialiri tenaga dalam yang besar sehingga dapat membuat Kencana Emas terpental sangat jauh,  Kencana tampak terluka akibat serangan Jiang dirinya mengeluarkan darah dari tepi bibir dan hidungnya.

Tidak sampai disitu Jiang melompat ke arah Kencana Emas berniat menyerangnya kembali , Jiang mencabut golok dari pinggangnya dan secepat kilat langsung menghunuskan golok kepada Kencana Emas yang masih berada diposisi berlutut. “Rupanya kemampuanmu boleh juga” ucap Kencana sambil menyambut semua serangan yang Jiang berikan.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Jhoni Ardiansyah
ini orang p.alam kah
goodnovel comment avatar
Mia Jumyati
semakin seru...lanjut
goodnovel comment avatar
Ari'e Darwis
ok sh aku suka ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Pedang Yang Berbalik Arah

    Sudah beberapa waktu mereka bertarung, Gamya dan adik seperguruan Jiang sedang melihat pertarugan Kencana Emas. Tampak mereka seperti setara dalam pertarungan, tetapi sebenarnya Kencana bisa dengan mudah mengalahkan Jiang hanya dengan beberapa kali tarikan nafas saja. Kencana sedikit terganggu dengan Gamya yang mampu membuatnya jatuh keposisi berlutut kapan saja. Namun saat ini Gamya hanya melihat dan tidak menunjukkan dirinya ingin ikut campur pertarungan muridnya. Melihat posisi yang menguntungkan itu Jiang berusaha semakin memojokkan Kencana sambil tertawa lantang. Namun Kencana Emas bahkan belum berpindah dari tempat dia berdiri Kencana sedikit berkelit ketika golok Jiang hampir mengenai wajahnya dan secara bersamaan Kencana melancarkan serangan tapak kearah dada Jiang yang menyebabkan benturan yang cukup kuat, serangan itu membuat Jiang mundur beberapa langkah lalu memuntahkan dara segar. “Kuaku

  • Legenda Kitab Surgawi   Amarah Lengkukup

    Pada akhirnya Gianjoyo harus mati dengan penuh penyesalan karena tidak bisa melindungi keluarganya. Rasa penyesalan itu terlihat dari air mata Gianjoyo yang keluar tanpa bisa dikendalikan, pemandangan terakhir Gianjoyo adalah Kirana yang ditarik rambutnya oleh Xue. Melihat Gianjoyo sudah tidak berdaya Kirana ingin menangis tetapi tidak bisa karena rambutnya sedang ditarik oleh Xue. Kirana menyesal karena selama ini tidak pernah belajar beladiri, kini dia mendapatkan bukti jika dunia persilatan itu sangat kejam. Kirana tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi terbendung dikelopak matanya. Butiran air mata membasahi wajah Kirana mengharap belas kasih Xue yang saat ini menjilati bibirnya.“Ampuni kami tuan, setidaknya biarkan anakku pergi dari sini” Ucap Kirana sambil menangis tidak dapat berbuat apa-apa. Genggaman rambut Kirana tiba-tiba dilepaskan, harapannya seolah menjadi kenyataan Kirana lantas berlari me

  • Legenda Kitab Surgawi   Pengejaran Lengkukup dan Kencana Emas

    Beberapa waktu lalu Kencana Emas yang melesat kedalam hutan, rupanya berusaha menyelinap kembali kedesa untuk mengambil Pedang Pusaka yang tertinggal dirumahnya. Tidak butuh waktu lama Kencana Emas sudah berada tepat didepan pintu rumahnya tetapi belum sempat hendak melangkah, Kencana Emas dikejutkan oleh seseorang yang datang. Kencana Emas bertanya-tanya ada perlu apa sepuh tua ini datang kepadanya malam-malam begini, Kencana hanya menduga-duga sebelum sepuh itu mulai berbicara.” Maaf menggangumu, tetapi ada sesuatu yang harus aku sampaikan mengenai Gianjoyo kau tau kan?” Kencana Emas tidak langsung menjawab tetapi membiarkan sepuh itu menyelesaikan kata-katanya, Kencana juga bingung dirinya tidak punya urusan dengan keluarga Gianjoyo tetapi Kencana menduga jika kedatangan sepuh tua adalah untuk meminta tolong. “Ah sudahlah, mereka sedang dalam masalah, kau harus membantunya…” Sepuh itu kembali melanjutkan kalimat

  • Legenda Kitab Surgawi   Lembah Siluman

    Ch.6 Lembah Siluman Tubuh Lengkukup yang digendong Kencana Emas nyaris terbelah menjadi dua bagian, Kencana Emas tidak pernah menduga jika serangan semacam itu dapat berbalik arahnya. Gamya dan Xue dapat melihat dengan jelas Kencana dan Lengkukup bersimbah darah, mereka menduga jika salah satunya terkena serangan maka dijamin tidak akan selamat. Lengkukup terluka sangat parah, nafasnya hampir tidak bisa dikendalikan luka pada bagian tubuhnya cukup dalam, Kencana menebak setidaknya ada ratusan urat yang putus. Kencana tidak menoleh kebelakan dan berusaha lari sejauh mungkin dari pandangan, sambil berlari Kencana menotok jalan nadi Lengkukup. Usaha yang cukup jitu dari Kencana sehingga Lengkukup masih dapat bernafas tetapi darah tetap keluar. Kencana Emas tidak ada pilihan lain, kini dia harus menemukan tempat yang aman secepat mungkin. Di perjalanan tiba-tiba Kencana tehenti seketika mendapati jalan buntu didepannya, rumor y

  • Legenda Kitab Surgawi   Permata Siluman

    Kencana Emas sedikit tertegun melihat Permata Siluman yang baru saja ditemukan dari potongan tubuh siluman yang sudah tidak berbentuk didepannya. Terlihat permata siluman itu sedikit berbeda dari biasa, warna merah menyala menunjukkan jika itu merupakan permata siluman yang sangat langka tidak seperti permata yang biasa dia jumpai. Pandangan Kencana luas menelisik keberadaan Lembah Siluman, kini dirinya sedikit merasa yakin jika tempat ini merupakan tempat yang ingin dijumpainya. Mimpi Kencana Emas seolah menjadi kenyataan ketika berhasil menginjak tanah Lembah Siluman. Hampir 1 tidak, mungkin 2 menit Kencana terdiam sambil memegangi permata siluman ditanganya. Kencana seakan lupa tentang keberadaan Lengkukup seolah ingin membiarkan Lengkukup mati begitu saja dan melanjutkan perjalanan seorang diri. “Apakah Lengkukup akan mati begitu saja? Tentu saja tidak.” Kencana beberapa kali berfikir sambil menggelengk

  • Legenda Kitab Surgawi   Ingatan Kencana

    Kencana menyadari jika tepat disamping mereka terdapat sebuah Gua, dirinya berniat memasuki Gua yang tampak terlihat sangat menyeramkan. Kencana segera menggendong Lengkukup untuk mengobatinya kembali didalam Gua, akan tetapi baru bebarapa langkah Kencana Emas menuju Gua itu, tampak beberapa tulang belulang yang cukup besar berserakan. Kencana Emas menduga jika didalam Gua itu ada sesuatu yang bernyawa, Kencana Emas berteriak dengan keras seolah memanggil penghuni Gua itu keluar, seketika itu teriakkan Kencana Emas mendapat tanggapan dari penghuni Gua. Suara raungan menggema didalam Gua diiringi sesosok yang menyeramkan menampakkan kaki kakinya yang begitu besar, mata yang mengeluarkan cahaya kemerahan, seketika melotot kearah Kencana Emas tetapi Kencana Emas membalas dengan tatapan dingin sorot mata itu tanpa bergeming sedikitpun. Sosok itu rupanya siluman lumut yang hampir berumur 100 tahun, keberadaanya sudah se

  • Legenda Kitab Surgawi    Kebangkitan Hati Iblis

    Kencana menjadi satu dari sedikit orang yang selamat dari desanya, karena selama ini Kencana pergi bersama sang guru sebagai pengembara, dengan niat membalaskan dendam Kencana menghabiskan hampir seluruh waktu, untuk berlatih tenaga dalam dan seni bela diri. Hingga dia berhasil mengumpulkan 50 lingkaran tenaga dalam hanya dalam waktu 20 tahun, pada akhirnya Kencana tidak pernah merasakan hal yang dianggap mudah oleh kebanyakan orang seperti cinta. Kencana Emas tidak ingin jika Langkukup bernasib sama dengannya, tanpa menunggu lagi Kencana membuka kantong kulit yang masih terikat. Kencana sedikit merasa aneh, terlihat kantong kulit yang sebelumnya basah oleh darah dari tubuh Lengkukup kini sudah kering bahkan tidak ada noda sedikitpun. Perlahan Kencana memegangnya, terbesit dipikiran Kencana untuk memakainya sendiri supaya bisa membalaskan dendam pribadinya. Akan tetapi tentu Kencana tidak ingin Lengkukup mati karen

  • Legenda Kitab Surgawi   Bantuan Tak Terduga

    Sosok itu kembali berkata yang membuat Kencana sedikit merasa ketakutan, karena telah membangkitkan salah satu iblis kemuka bumi. Namun Kencana masih sedikit tenang, mengetahui jika hati iblis itu dapat dikendalikan dengan Kitab Surgawi yang kini berada disekitar Lembah Siluman. Kencana hanya butuh waktu sampai Lengkukup berusia 20 tahun, sementara Lengkukup sekarang masih berumur 7 tahun, Kencana menebak jika dirinya harus mendapatkan Kitab Surgawi paling lambat 12 tahun lagi karena 1 tahunnya pasti digunakan untuk persiapan. Kini hati iblis yang sudah bangkit itu sangat menyesal karena telah mendapat wadah yang salah dan terjebak didalam tubuh Lengkukup. “Kau pasti penyebabnya? Kau harus membayar semua ini!” Tiba-tiba sosok yang mengambil alih tubuh Lengkukup kemudian menyerang Kencana Emas tanpa perhitungan. Gerakkannya sangat lincah, dan memilki pola yang aneh, Kencana Emas hampir t

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status