Share

3. Kenyataan

Author: Ayriana Ren
last update Last Updated: 2023-12-20 21:45:33

Sudah tiga hari ini Xi hanya diam di kamarnya. Tidak, kurang tepat jika kamar ini disebut kamarnya. Karena sejak kejadian tiga hari lalu, Xi dan Rhein mengungsi di kediaman Kepala Desa Reamus.

Wajahnya yang putih semakin pucat karena tak tersentuh sinar matahari. Matanya yang biasa berbinar indah, kini menjadi sembab dengan lingkaran hitam di sekelilingnya.

Rhein yang melihat keadaan Xi tak dapat berkata apa-apa. Peristiwa pembantaian malam itu memang sangat mengerikan. Tak ada satu pun yang selamat kecuali mereka berdua. Selebihnya, semua menjadi mayat dengan tubuh yang terpotong-potong.

"Xi, makanlah sedikit," bujuk Rhein sambil meletakkan beberapa piring makanan di meja.

Xi hanya melirik sekilas, lalu kembali melamun menatap jendela yang tak pernah dibuka.

"Makanlah, jika kau sampai sakit kakak akan merasa sangat bersalah kepada mendiang Ayah dan Ibu." Rhein tak menyerah membujuk Xi. Dengan sabar ia menyendok nasi dan lauk, lalu mendekatkannya di depan mulut Xi.

Xi menatap makanan di hadapannya lalu kembali menatap Rhein. Ia terlihat ragu seakan ingin mengatakan sesuatu. Melihat Xi tak kunjung membuka mulutnya, Rhein akhirnya menyerah dan meletakkan kembali makanan itu.

"Kumohon, Xi, jangan seperti ini. Kau harus tetap bertahan dan melanjutkan hidupmu yang berharga."

Kali ini Rhein tertunduk dan mengacak rambut coklatnya. Ia tak tahu harus berbuat apa setelah bencana ini. Pergi? Pergi ke mana? Iblis-iblis itu pasti akan terus mengejar sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Kakak, maaf." Xi mengulurkan tangan dan memegang bahu Rhein. "Bukannya aku tidak mau makan, tapi ...."

Rhein segera menegakkan tubuhnya, menunggu Xi menyelesaikan perkataannya.

"Apa kau lupa aku alergi kacang merah? Justru aku ingin hidup agar bisa membalaskan dendam ayah dan ibu, jadi aku tak berani memakan makanan itu," bisik Xi lirih.

Butuh beberapa detik bagi Rhein untuk mencerna perkataan Xi. Seketika otaknya terasa kosong. "Kacang merah?" gumamnya sambil menatap mangkuk yang berisi sup kacang merah dengan potongan daging sapi.

Astaga, kenapa ia bisa lupa hal sepenting ini?

Rhein pun akhirnya tertawa terbahak-bahak sambil mengacak rambut Xi yang masih begitu lembut dan halus walau belum dicuci selama tiga hari. Rhein merasa sangat bodoh. Beberapa hari ini desa memang sedang panen kacang merah yang cukup melimpah. Karena kacang merah termasuk barang mahal, Kepala Desa sengaja memerintahkan dapur untuk selalu membuat menu dengan kacang merah pada makanan mereka sebagai bentuk penghormatan. Siapa sangka Xi yang memang alergi parah terhadap kacang merah tak bisa memakan makanan tersebut dan berakhir dengan kesalahfahaman.

"Hahahah, astaga ... maafkan kakakmu yang ceroboh ini. Aku benar-benar lupa kalau kau alergi kacang merah," ucap Rhein masih sambil mengusak kepala Xi.

Xi mendelik dan menepis tangan Rhein yang membuat kepalanya seperti sarang burung. Lupa tidak masalah, tapi apa hubungannya dengan mengacak rambutnya seperti ini? Menyebalkan!

"Baiklah, baiklah, maaf. Jadi kau ingin makan apa hari ini, Xi?" tanya Rhein sambil merapikan kembali rambut Xi.

Xi berpikir sejenak, lalu binar terang muncul di matanya, "Kak, aku mau ma‐-"

"Tidak makanan itu," potong Rhein yang dapat menebak permintaan aneh adiknya itu. "Perutmu masih kosong, makanlah sesuatu yang lembut dulu."

Xi berdecak malas lalu memutar bola matanya. Padahal ia ingin sekali memakan itu. Rasa asam, pedas dan asin sangat memanjakan lidahnya. Ah, baru membayangkannya saja ia sudah tak bisa menahan air liurnya sendiri.

Dalam diam Rhein tersenyum lega. Syukurlah adiknya ini masih berusaha tegar. Walaupun ia tahu bahwa tiap malam Xi sering terbangun karena mimpi buruk lalu menangis sendirian.

"Baiklah kalau begitu, aku akan ke dapur untuk mengganti makananmu."

Baru saja Rhein akan beranjak, Xi langsung menahan tangannya.

"Ada apa lagi, Xi?"

Xi terlihat salah tingkah. "Ngg ... itu ... anu ... aku ingin pergi membaca buku tapi...."

Rhein mengerutkan dahinya sambil menyusuri wajah adiknya yang kebingungan. Sepertinya ada yang kurang benar di sini, tapi apa?

Lama Rhein berpikir dan menatap Xi lekat-lekat. Walau terlihat pucat, wajah Xi masihlah begitu memesona. Rambutnya yang tak diikat, tergerai indah walau baru saja diacak-acak. Bibirnya yang tipis, lalu pa....

"Astaga! Jika Ayah masih ada, aku pasti akan dibunuhnya karena membiarkanmu berpakaian seperti ini."

Wajah Xi bersemu merah. Selama ini ia selalu dimanja oleh keluarganya. Ia tak pernah diperkenankan untuk mengurus dirinya sendiri. Pakaian, rambut, sepatu dan yang lainnya, semua diatur oleh Kak Rhein. Kata Ayah, hanya Kak Rhein yang boleh melayaninya. Alhasil, untuk memakai pakaian dengan benar pun ia tak bisa. Pakaian yang dikenakannya miring sebelah dengan kancing baju yang tidak pada urutannya.

Xi menyesal, mengapa ia harus mengikuti perintah ayahnya? Jika sudah seperti ini, ia juga yang repot. Kak Rhein pasti sedang sibuk menyelidiki kejadian itu dan ia tak boleh merepotkan kakaknya terus menerus.

Rhein tersenyum lembut, "Kakak minta maaf, kakak terlalu sibuk sendiri sampai melupakan keperluanmu."

Xi menggeleng pelan.

Tanpa banyak bicara Rhein melepas satu persatu kancing pakaian Xi. Xi hanya diam dan memperhatikan dengan serius tiap gerakan kakaknya. Kali ini ia harus benar-benar menghafal cara memakai pakaian yang benar. Tidak mungkin ia harus bergantung seumur hidup pada kakaknya, bukan?

"Nona Xi, aku bawakan kau...." Mata Aiden terbelalak. Wajahnya merona merah dengan cepat. Tubuhnya mematung menatap lurus ke arah Xi yang sedang bertelanjang dada.

Xi mendengus pelan. "Apa yang kau lihat, Tuan Muda? Apa kau tak pernah melihat anak laki-laki berganti pakaian?"

"I-itu ... maaf, aku tak bermaksud...." Aiden langsung membalikkan badannya dan hendak berlari keluar. Namun, langkahnya tertahan mengingat kata-kata terakhir Xi yang agak janggal.

"Laki-laki?" Aiden memutar tubuhnya kebingungan.

"Ya, aku laki-laki. Apa kau ada masalah dengan itu?" ujar Xi ketus.

Rhein yang baru saja selesai merapikan pakaian Xi hanya tersenyum geli.

"Maaf Tuan Muda Aiden, adikku ini memang laki-laki. Sejati. Namun karena peraturan Ayah kami, ia hanya boleh berpakaian laki-laki saat umurnya lima belas tahun. Jadi kuharap Tuan Muda dapat mengerti dan menjaga rahasia ini."

Aiden masih terlihat kebingungan.

"Dan satu lagi, Tuan Reamus sudah mengetahui ini sejak awal. Kata beliau, jika Anda berani mengejek atau menyebar identitas Xi, hadiah spesial akan menanti Anda."

Apa mereka mengancamku? Ya, mereka berdua pasti sedang mengancamku. Kakak beradik yang mengerikan!

***

Xi berjalan berdampingan bersama Aiden. Mereka tak ada yang bersuara. Xi yang baru saja kembali dari perpustakaan langsung asyik melahap bukunya sambil berjalan. Sementara Aiden, ia hanya sesekali mencuri pandang ke arah Xi dengan dahi berkerut.

Cantik sempurna. Bagaimana mungkin makhluk di sampingku ini laki-laki? Jika orang menyebutnya titisan dewi, mungkin aku akan lebih percaya.

"Berhenti melihatku dengan pandangan menjijikan itu, Aiden. Kalau kau masih tak percaya, aku bisa membuktikannya di kamar mandi," ucap Xi tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Ah, apa maksudmu? Aku ... aku tidak...."

Xi menghela napas, lalu menghentikan langkahnya. Ah, terlalu banyak menghela napas bisa mengurangi umur, katanya. Tapi apa lagi yang bisa kulakukan? Pemuda di sampingku ini benar-benar menyebalkan.

Perlahan Xi kembali menarik napas, lalu menembuskannya perlahan sambil memandang sekitar. Udara di luar terasa segar. Selain luas, kediaman Kepala Desa di kelilingi oleh banyak pohon besar. Satu di antaranya cukup menyita perhatian Xi. Di sana ada sebuah rumah kayu yang bertengger di atas pohon yang paling besar. Apa itu rumah burung?

“Kau ingin coba naik ke sana?” tanya Aiden mengikuti arah pandang Xi.

“Tapi .…” Xi terlihat ragu. Jelas-jelas ia ingin sekali ke tempat itu. Apa lagi yang dipikirkannya?

“Itu bukan rumah untuk burung. Rumah pohon itu sengaja dibuatkan Ayah agar aku bisa belajar dengan tenang sambil menghirup udara segar,” jelas Aiden sambil melirik buku yang sedang di pegang Xi. Ia tahu betul isi buku itu. Buku tentang pembudidayaan burung merpati. Xi tak berpikir kalau rumah pohon sebesar itu adalah tempat untuk burung, bukan?

“Kalau begitu, aku bisa naik ke sana?” tanya Xi penuh harap.

“Tentu saja.”

Dalam sekejap, Xi langsung memanjat pohon itu dengan sangat lincah. Ia tak mengalami kesulitan sedikit pun dalam memanjatnya. Padahal, Aiden baru saja ingin memberi tahu bahwa ada tangga gantung di belakang pohon itu.

“Ah, benar, dia seorang laki-laki. Mana mungkin seorang gadis bertingkah seperti itu, bukan?” gumam Aiden sambil menggelengkan kepalanya.

“Apa yang kau katakan, Aiden? Ayo cepat ke sini!” teriak Xi sambil memutar pandangannya dengan wajah gembira.

“Bukan apa-apa. Tunggu, aku akan segera menyusul.”

Sesampainya di atas, Aiden langsung membuka bungkusan yang sejak tadi ia sembunyikan di balik pakaiannya. Manisan buah mangga. Tidak-tidak, ini bukan manisan. Mana ada manisan yang rasanya pedas dan asam? Belum lagi aromanya mampu membuat air liur menetes. Bukan karena aroma lezat, tapi karena aroma asam yang begitu menyengat.

Menurut hasil penyelidikannya, Xi sangat menyukai camilan ini. Machi—buah mangga muda yang diiris tipis lalu dibalur dengan cabai halus. Membayangkannya saja sudah membuat giginya ngilu, apalagi memakannya.

“Machi?” Mata Xi berbinar. “Dari mana kau mendapatkannya?”

Jantung Aiden hampir saja berhenti berdetak saat melihat senyuman di wajah Xi. Ekspresi wajahnya terlalu indah untuk dilukiskan dengan kata-kata. Jika saat ini ada seribu bunga yang bersanding di sisi Xi, niscaya bunga-bunga akan tertunduk malu karena pesonanya.

Astaga, sadarlah Aiden! Yang ada di hadapanmu ini seorang anak laki-laki. Jadi jangan berpikiran macam-macam. Aiden menggeleng keras, lalu kembali menatap Xi. “Kakakku yang membuatnya. Ia sangat suka makanan seperti ini semenjak ada bayi kecil di perutnya.”

“Eh, benarkah? Jadi kau akan punya adik?” tanya Xi sambil menggigit sepotong machi yang terlihat sangat segar.

“Keponakan, bukan adik,” ralat Aiden sambil terus memperhatikan Xi makan. “Apa itu enak?” tanyanya penasaran.

“Tentu saja.”

Agak ragu, Aiden mengambil sepotong dan menggigitnya. Matanya langsung terpejam dengan dahi mengernyit. Giginya terasa ngilu saat mengunyah makanan yang memiliki rasa asam dan pedas itu. Baru saja ia akan menyerah, tangan Xi sudah menutup akses mulutnya.

“Jangan dibuang!” perintah Xi dengan tatapan penuh arti. Aiden mengangguk dan kembali mengunyah makanan di mulutnya dengan wajah tersiksa.

“Astaga, makanan apa ini? Aku tak percaya kalau ini adalah makanan manusia.” Wajah Aiden memerah dengan mulut kepedasan. Berkali-kali ia menjulurkan lidahnya, mencoba untuk mengusir rasa yang begitu menyiksa. Sial, ia lupa membawa air minum!

Mendengar keluhan Aiden, Xi tersenyum mengejek, “Kehidupan itu pedas dan asam seperti makan ini, Tuan Muda. Jika untuk ini saja Anda tidak kuat, bagaimana Anda sanggup menghadapi kehidupan yang lebih pedas dan lebih asam daripada ini?”

Aiden terlihat kesal. Agak tergesa, ia turun dari rumah pohon itu. Tidak, bukan karena perkataan Xi ia meninggalkan tempat itu, tapi karena efek dari makanan itu yang langsung membuat perutnya mulas.

***

Related chapters

  • Legend of Dark Lotus   4. Kenyataan 2

    Malam semakin dingin, tapi Xi masih berada di atas rumah pohon itu bersama Aiden. Setelah beberapa kali keluar-masuk kamar mandi, akhirnya Aiden kelelahan dan tertidur di samping Xi. Wajah pemuda itu terlihat sangat pucat. Jika saja Xi tak memberikannya pil hitam untuk obat pencernaan, mungkin saat ini Aiden sudah terkapar lemas di kamar mandi. Langit terlihat lebih muram malam ini. Bintang-bintang enggan bekerlip, sementara bulan yang seharusnya purnama lebih memilih sembunyi di balik awan. Xi hanya berharap kalau malam ini tak akan terjadi badai lagi. “Bagaimana keadaan Tuan Muda Xiriu?” Sebuah suara membuyarkan lamunan Xi. Hati-hati ia pun menengok ke bawah. Tuan Reamus dan Kakak. Apa mereka baru pulang? Kenapa mereka mengobrol di tempat seperti ini? “Sepertinya ia sudah jauh lebih baik. Terima kasih untuk Tuan Muda Aiden yang sudah bersusah payah menghiburnya.” Rhein tersenyum sopan sambil sedikit membungkuk untuk berterima kasih. “Hahaha, anak itu memang suka bertindak seena

    Last Updated : 2023-12-21
  • Legend of Dark Lotus   5. Kegelapan Malam

    Xi terus berlari tanpa memedulikan arah. Ketika hampir kehabisan napas, barulah ia sadar kalau sudah berada di tengah hutan sendirian. Gelap. Ia tak tahu di mana posisinya saat ini. Selain membaca buku dan bermain pedang, Xi lemah di segala bidang. Salah satunya adalah, ia tak mengenal arah mata angin. Jangankan membedakan mana barat dan mana timur, untuk pulang ke rumahnya saja ia terkadang bingung saat menemui persimpangan. Dengan tubuh gontai, Xi terus berjalan membelah malam. Saat ini bukan kegelapan ataupun binatang malam yang ia takutkan. Ia hanya mengkhawatirkan sang kakak. Rhein pasti sangat marah dan panik mencarinya. Mengingat hal itu, Xi pun tersenyum getir. “Kakak? Apa aku masih boleh memanggilnya seperti itu?” Walau hati Xi masih terluka, ia tahu betul kalau kakak dan orangtuanya tak pernah berniat buruk padanya. Mereka pasti memiliki alasan yang kuat. Itulah sebabnya ia bertekad untuk kembali dan meminta penjelasan yang lebih rinci. Siapa dirinya dan siapa orang tua k

    Last Updated : 2023-12-21
  • Legend of Dark Lotus   6. Wanita Bergaun Ungu

    Sudah satu jam berlalu namun Xi belum juga kembali. Rhein jadi semakin gelisah. Kemana anak itu? Atau jangan-jangan dia tersesat?Sambil merutuki kecerobohannya, Rhein langsung berlari ke arah Xi pergi tadi. Bagaimana ia bisa lupa kalau Xi buta arah? Sudah berapa kali anak itu keluar rumah sendirian, namun malah tersesat ke sembarang tempat.Rhein masih ingat betul pertama kali Xi kesal karena tidak diizinkan untuk membeli "machi". Anak itu diam-diam kabur dari rumah dan berakhir di rumah serigala. Ya Tuhan, ingin rasanya Rhein mengarungi Xi saat itu juga. Apa dia tak bisa membedakan jalan menuju pasar yang ramai dengan jalan menuju hutan yang gelap?Untunglah saat itu Xi baik-baik saja. Para serigala yang mengeroyoknya dipukuli seperti anjing. Hewan pemuja bulan purnama itu dibuat tak berkutik di hadapan Xi. Jangankan untuk menyerang, baru mengendus aroma Xi dari jarak satu mil saja mereka sudah kocar-kacir."Kak Rhein!"Rhein menghentikan langkahnya dan menoleh. Didapatinya Aiden ya

    Last Updated : 2023-12-29
  • Legend of Dark Lotus   7. Penyesalan Rhein

    Sinar matahari yang menyilaukan menyapa dua pemuda yang nampak kelelahan di bawah pohon. Wajah mereka terlihat kuyu dengan lingkaran hitam yang menghiasi mata.Aiden menguap, lalu melirik Rhein yang sedang menusuk-nusukan ranting ke dalam tanah. Pemuda itu tak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Rhein. Jangan bilang kalau Rhein sangat frustasi dan ingin menggali kuburannya sendiri. Tidak, tidak, mau sampai kapan kuburan itu selesai jika hanya digali dengan ranting. Apa Aiden harus menemukan sekop atau semacamnya untuk membantu?Sibuk dengan pikirannya, Aiden mendengar suara ranting yang dipatahkan. "Eh? Apa Kak Rhein sudah selesai?" gumam Aiden dalam hati."Ini sudah hari ketiga, namun keberadaan Xi belum juga diketahui," ujar Rhein sambil memandang langit yang terhalang dedaunan."Apa tidak sebaiknya kita kembali dulu? Mungkin ayah menemukan beberapa petunjuk," ucap Aiden memberi usul.Bukan tanpa alasan Aiden mengusulkan untuk pulang, pasalnya mereka sudah berkeliling ke beber

    Last Updated : 2023-12-29
  • Legend of Dark Lotus   8. Adventure Guild

    Sudah beberapa hari ini Xi tinggal di gubuk asing bersama Asheera–gadis yang menyelamatkannya. Xi tak banyak bicara, hanya saja gadis berambut ungu itu tak pernah berhenti berceloteh dan menanyakan ini itu hingga membuat kepala Xi pusing tujuh keliling.Seperti saat ini."Tuan Muda, apa kau yakin akan terus berpakaian seperti ini? Identitasmu sangat membingungkan. Aku harus memanggilmu Tuan Muda atau Nona Muda nantinya?"Xi hanya mendesah pelan. Siapa juga yang mau untuk terus memakai pakaian perempuan seperti ini? Jika bukan karena ia sudah berjanji pada mendiang ayahnya, xi juga tak ingin seperti ini. Lagi pula batas waktunya hanya tinggal dua tahun lagi, jadi itu bukan masalah besar.Lalu ..."Tuan Muda, wajahmu ini sangat ... bagaimana aku harus mengatakannya, ya?" Asheera menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menatap Xi lebih dekat. "Cantik, ini terlalu luar biasa, bahkan aku iri dengan kecantikanmu. Tuan Muda, apa kau yakin Tuhan tak salah meletakkan jenis kelaminmu?"Xi kali

    Last Updated : 2024-01-01
  • Legend of Dark Lotus   9. Adventure Guild 2

    "Selamat datang di Adventure Guild cabang kota Elven. Kami melayani berbagai macam misi sesuai dengan rank yang sudah ditentukan. Apa ada yang bisa kami bantu, Nona?" tanya wanita muda itu tersenyum ramah.Xi terdiam lalu melirik papan nama besar yang terpajang di sana. "Adventure Guild? Tempat apa itu?" gumamnya dalam hati."Oh, maaf Nona Marry. Kami bukan ingin membeli, tapi ingin menjual," ucap Asheera sambil mengedipkan sebelah matanya."Ah, ternyata Nona Asheera. Aku pikir Nona kecil yang sangat cantik ini butuh bantuan, ternyata dia datang bersama anda," kata Marry tersenyum ramah. "Jadi, kau ingin misi seperti apa?""Aku butuh misi yang mudah untuk Tu-, maksudku Nona Mudaku ini. Dia baru saja tertimpa musibah dan butuh uang saku. Kau jangan khawatir, walau tubuhnya mungil dan wajahnya sangat cantik, tapi kemampuan bertarungnya di atas rata-rata. Jadi kau tak perlu sungkan dalam memberinya tugas," ujar Asheera tanpa rasa bersalah.Xi menarik napas lalu mengembuskannya perlahan.

    Last Updated : 2024-01-02
  • Legend of Dark Lotus   10. Distrik Lampu Merah

    Gemerlap cahaya warna-warni begitu menyilaukan mata. Wanita-wanita muda bermake-up tebal melambai-lambaikan saputangannya sambil menggoda para pelanggan yang lewat.Awalnya, Xi berpikir jika distrik lampu merah adalah kawasan gelap dan suram. Siapa sangka, wanita-wanita yang kata Asheera dipaksa ini begitu antusias memanggil para hidung belang ke sarangnya sendiri. Xi yang awalnya simpati kini jadi ragu. Apa benar mereka butuh bantuan?"Pstt! Tuan Muda, jangan melamun!" tegur Asheera yang kini mengenakan gaun merah yang sangat memesona. Wanita itu terlihat bagai bunga peony yang baru mekar. Begitu harum dan siap menggoda para kumbang yang kelaparan.Berbeda dengan Xi yang kini mengenakan gaun merah muda. Hanya dengan berdiri saja, ia telah memancarkan aura keagungan dan keanggunan yang tiada tara. Ia begitu indah bagai lukisan, bahkan orang tak ada yang berani menjamahnya karena khawatir kalau itu hanya khayalan tak nyata."Tuan Muda, kita ini sedang berpura-pura menjadi wanita penghi

    Last Updated : 2024-01-03
  • Legend of Dark Lotus   11. Distrik Lampu Merah 2

    Hua Zu Kai, atau yang lebih dikenal dengan Tuan Muda Kai adalah seorang anak saudagar kaya yang memiliki koneksi dimana-mana. Walau statusnya sebagai Tuan Muda generasi kedua, itu tak membuatnya bermalas-malasan dan hidup dengan hanya mengandalkan harta orang tua. Sejak belia, Tuan Muda Kai sudah dikenal sebagai jenius dalam berbisnis. Apapun yang dipegangnya bisa menghasilkan laba berkali-kali lipat.Tidak hanya itu, dengan wawasannya yang luas dan kefasihannya berbicara, ia juga berhasil menarik hati para pejabat dan bangsawan untuk berteman dan menjadi pendukungnya. Jadi dalam kasus seperti ini, tentu saja Madam Shu akan lebih memilih Tuan Muda Kai daripada Tuan Gerald yang pecundang itu."Tuan Muda Kai, Anda tak perlu khawatir lagi. Rumah Peony adalah tempat hiburan terbesar di kota Elven, jadi sudah sewajarnya yang rendah ini melindungi semua gadis-gadisnya dari pria kasar dan tak bertanggung jawab," ucap Madam Shu meyakinkan.Tuan Muda Kai mengangguk puas lalu kembali menatap Xi

    Last Updated : 2024-01-06

Latest chapter

  • Legend of Dark Lotus   21. Bunga Es Kematian

    Xi dan Asheera menunggu dengan cemas di atas. Jarak antara tepi jurang dengan goa di bawah sana tidaklah begitu jauh. Jadi kenapa Kai lama sekali? Apa dia menemui masalah?"Tuan Muda Xi, sebaiknya aku ikut turun ke bawah. Pemuda bodoh itu memang tidak bisa diandalkan!" gerutu Asheera sambil mengambil sulur yang masih menjuntai di tepi jurang."Baiklah, kita juga tidak bisa menunggu terlalu lama. Perasaanku sangat tidak enak dengan badai ini," ujar Xi mengiyakan.Asheera sekali lagi menengok ke bawah untuk memastikan ada atau tidak adanya kode dari Kai. Setelah ia yakin kalau teman seperjalanannya itu tak memberikan jejak apa-apa, ia pun menghela napas, "Ah, benar-benar payah!""Tuan Muda, aku akan ...."Kata-kata Asheera terhenti di tenggorokan. Tepat di belakang Xi, sesuatu yang mirip kuncup bunga muncul dari permukaan es. Benda itu perlahan membesar dan terus membesar.Xi yang menyadari keanehan Asheera ikut menoleh ke belakang. Ia sangat terkejut melihat benda aneh yang menyerupai

  • Legend of Dark Lotus   20. Negeri Yang Diselimuti Es 2

    "Kita akan selamat. Di bawah sana ada tempat berlindung."Wajah Xi terlihat begitu bersemangat ketika mengatakan hal itu. Matanya yang bulat berbinar indah bagai bintang di langit. Wajah seputih giok terlihat kontras dengan bibir plumnya yang merekah. Embusan angin membuat rambut hitamnya berkibar. Sesaat, Tuan Muda Kai hampir lupa untuk bernapas karena pemandangan indah di depannya.Sementara itu Asheera hanya bisa menggelengkan kepala. Kata orang, seindah apapun sesuatu, jika dipandang terus menerus setiap hari pasti akan ada masanya menjadi bosan. Namun nyatanya itu tidak berlaku untuk Xi. Sesering apapun Asheera memandangnya, wajah anak lelaki yang belum dewasa itu tetap saja memesona. Ia tak pernah bosan memandangnya walau dalam wajah cemberut sekalipun. "Mengapa kalian malah melamun?" tegur Xi dengan dahi berkerut."Ah, bukan apa-apa," ujar Asheera membuyarkan lamunanya. "Ngomong-ngomong, bagaimana cara kita ke sana?" tanya Asheera sambil menengok ke bawah jurang sana. Yang dik

  • Legend of Dark Lotus   19. Negeri Yang Diselimuti Es

    Sejauh mata memandang, hamparan es dan salju menutupi seluruh permukaan tanah. Tak ada pepohonan yang hijau apalagi suara nyanyian burung yang riang. Padahal ini sudah memasuki pertegahan musim semi.Xi menggosokkan kedua tangan, lalu meniup-niupinya untuk mengurangi rasa dingin. Benar kata Asheera, tempat ini tidak biasa. Hawa dingin yang dirasakan begitu padat dengan energi negatif. Pantas saja tidak ada orang yang berani memasuki tempat ini."Apa kau baik-baik saja, Tuan Muda?" tanya Asheera merapatkan mantelnya.Xi mengangguk. Uap napasnya mengepul keluar saat ia mengatakan "Ya". Beruntung sebelum memasuki kawasan ini Asheera sudah mempersiapkan beberapa keperluan seperti baju musim dingin dan mantel tebal. Jika tidak, mungkin nasib mereka akan sama dengan nasib pemuda yang bersikeras mengikuti mereka diam-diam tanpa persiapan apapun."Tuan Muda Kai, apa kau yakin akan melanjutkan perjalanan bersama kami? Aku tidak tahu seperti apa medan di depan sana. Dan aku khawatir kau akan ma

  • Legend of Dark Lotus   18. Permintaan Sang Gubernur

    Melihat siapa yang datang, Nona Marry langsung berdiri dan memberi hormat kepada tamunya."Tuan Guo, maaf kalau kami tidak menyambut di depan. Ini ..." Pria paruh baya itu melambaikan tangannya lalu duduk tepat di depan Xi. Dia terllihat sangat tertarik dengan dua orang yang akhir-akhir ini jadi pembicaraan karena berhasil membunuh dua iblis terkuat di Kota Elven.Awalnya Tuan Guo pikir mereka adalah dua orang pemuda tangguh. Namun siapa sangka kalau dua pemburu ini adalah wanita-wanita cantik dengan karakter unik."Maaf kalau kedatanganku mengganggu pembicaraan kalian," ujar Tuan Guo tersenyum sopan."Tidak, tidak, Anda sama sekali tidak mengganggu," kata Asheera melambaikan tangan dengan gugup. "Karena urusan kami sudah selesai, kami akan undur diri. Kalian bisa berdiskusi dengan tenang tanpa gangguan."Saat Asheera mengambil semua uangnya dan ingin menarik tangan Xi, Tuan Guo berdeham dan seluruh jalan keluar pun ditutup oleh penjaga yang mengawalnya."Tuan, apa maksudnya ini?" Xi

  • Legend of Dark Lotus   17. Legenda Pemburu Iblis

    Konon, seribu tahun yang lalu terjadi kekacauan di Benua Erstle. Para Dewa yang seharusnya menjaga dan melindungi benua itu justru berselisih. Mereka saling bertempur untuk menentukan siapa yang paling kuat di antara mereka.Akibat dari pertempuran itu, keseimbangan energi di dunia menjadi kacau. Energi positif yang berfungsi sebagai pelindung terserap habis karena digunakan oleh para dewa. Sementara energi kegelapan terus bertambah akibat residu dari pertempuran para dewa.Yin dan Yang, seharusnya energi itu seimbang agar tidak menimbulkan kekacauan. Namun, energi kegelapan yang semula tersegel akhirnya meledak dan menyebar ke dunia manusia. Akibatnya, setiap makhluk yang tersentuh energi itu akan berubah menjadi iblis dengan kekuatan yang mengerikan. Dewa Kegelapan yang bertugas mengontrol energi mengerikan itu tak dapat berbuat apa-apa. Walau ia memiliki kemampuan untuk memurnikan energi kegelapan, namun sudah terlambat baginya untuk menyerap energi yang sudah tersebar luas.Hingg

  • Legend of Dark Lotus   16. Tutorial Membunuh Iblis

    "Tuan Muda Xi, awas!" Asheera berteriak memperingatkan ketika serigala itu menyerang.Xi yang memang sudah waspada melompat di udara sambil menendang tubuh lawannya. Dengan lincah ia mengayunkan tubuhnya dan menebas tungkai kanan yang disusul tungkai kiri si serigala. Kini si manusia serigala pun berubah menjadi tongkat serigala."Dasar manusia keji! Bunuh aku jika kau berani!" teriak serigala itu putus asa.Xi mengangguk mengerti. Dengan cepat ia menusuk jantung serigala itu sampai menembus ke punggung. Serigala itu kembali melolong. Namun kali ini lolongannya terdengar begitu memilukan sebelum tubuhnya tumbang di atas tanah.Asheera melihat jelas mahakarya Xi, lalu menggeleng. "Tuan Muda, bagaimana bisa kau membunuh iblis dengan memutilasinya?"Xi mengerutkan dahinya lalu balik bertanya, "Apa ada ketentuan khusus untuk membunuh iblis?""Ah, itu ..."Belum sempat Asheera menjawab, ia kembali diserang oleh sisa-sisa manusia serigala yang masih hidup. Mereka terlihat sangat marah karen

  • Legend of Dark Lotus   15. Misi Kedua

    Matahari sudah mulai tenggelam saat Xi dan Asheera tiba di kaki gunung Dafa. Kali ini Asheera memakai baju yang lebih simple, yaitu rok pendek dengan atasan berwarna ungu. Selain itu dia juga mengenakan jubah yang senada dan ikat pinggang berwarna emas. Berbeda dengan Xi, anak itu memakai celana panjang dan tunik berwarna biru gelap dengan keliman perak. Walau itu masih jenis pakaian wanita, namun modelnya tidak terlalu feminin hingga cocok untuk dipakai siapa saja.Untuk mempermudah pergerakan, kali ini Xi juga mengikat rambutnya menjadi ekor kuda dengan pita merah. Di pinggangnya tergantung sebilah pedang dengan ukiran teratai yang terlihat cukup ringan untuk digunakan."Apa benar di sini tempatnya?" tanya Xi saat mereka mulai memasuki kawasan hutan."Benar, misi kali ini tidak terlalu sulit. Kita hanya diminta untuk membunuh sekawanan iblis serigala yang suka menyerang penduduk saat bulan purnama," jawab Asheera tenang.Xi mengangguk puas. Baginya, membunuh sekawanan serigala jauh

  • Legend of Dark Lotus   14. Pedang Kembar

    Sepasang pedang kembar dengan sinar ungu muncul di udara. Asheera tersenyum miring. Sebenarnya ia tak ingin mengeluarkan senjata jiwanya secepat ini, namun keadaan saat ini tidak memungkinkan untuk bertarung dengan tangan kosong.Xi tak terkejut saat Asheera mengeluarkan sepasang pedang yang tak biasa itu. Dalam hati ia sudah memiliki gambaran sekilas kalau Asheera bukan gadis yang sederhana. Walau identitas Asheera tidak jelas, selama gadis itu bersedia membantu dan menemaninya dari krisis ini, Xi rasa untuk yang lainnya itu bukanlah masalah besar.Berbeda dengan Xi, Tuan Muda Kai terlihat sangat kagum dengan sepasang pedang milik Asheera. Seumur hidup, baru kali ini ia melihat seseorang mengeluarkan senjata jiwa secara langsung. Padahal menurut buku pengetahuan yang pernah dibacanya, tak sembarang orang bisa mengeluarkan senjata jiwa. Satu dari seribu, itulah persentase para pengguna sihir yang dapat memanggil senjata jiwa milik mereka."Ka-kalian adalah ...." Madam Shu yang sejak t

  • Legend of Dark Lotus   13. Iblis Kupu-Kupu

    "Oh, bintang utama kita sudah sadar rupanya."Pintu dibuka. Seorang wanita paruh baya masuk membawa sebatang lilin yang menerangi seluruh ruangan. Kini Xi bisa melihat jelas. Jika saat ini tubuhnya diikat di sebuah tiang, maka tubuh Asheera dan dan Tuan Muda Kai digantung terbalik pada tiang penyangga. Ah, pantas saja sejak tadi Xi hanya bisa mendengar suara kedua orang itu tanpa bisa melihat keberadaannya. Ternyata mereka sedang melayang di udara."Madam Shu, senang berjumpa denganmu lagi," ujar Xi sopan sambil menundukkan kepalanya sedikit."Benar-benar anak yang menarik. Di saat semua sandera berteriak dan minta dibebaskan, kau malah masih bisa bersikap sopan," puji Madam Shu sambil menyalakan lampu yang berada di pojok ruangan."Jika aku berteriak dan minta dibebaskan, apa kau akan melakukannya?" tanya Xi retoris.Madam Shu tertawa dan berjalan mendekati Xi. Dia kemudian berjongkok dan menatap Xi lekat-lekat."Kau sangat pintar, setidaknya bocah sepertimu lebih paham situasi darip

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status