Home / Pernikahan / Lebih baik janda, daripada menderita! / 3. Kedatangan Ipar untuk menambah luka.

Share

3. Kedatangan Ipar untuk menambah luka.

last update Last Updated: 2022-09-18 23:11:48

Sudah seminggu waktu berlalu sejak pertengkaranku dan mas Dito. Tidak ada sekalipun ia menghubungiku, walau hanya untuk sekedar bertanya tentang putrinya ini. Walau kami sudah bukan suami istri lagi, tapi anak ini tetaplah anaknya, apa sebagai seorang Ayah, tidak adakah rindunya sedikitpun pada Putri kecilnya ini?

Akan tetapi, apa yang bisa aku harapkan dari lelaki yang tak punya hati sepertinya. Setelah menyusui putriku hingga ia terlelap, aku memilih duduk di teras, menghirup udara untuk menata hatiku yang masih hancur remuk ini.

Sedangkan Ibu pergi ke rumah tetangga, membantu masak untuk pengajian malam jum'at nanti. Hal itu biasa diadakan di kampungku ini. Para Ibu-Ibu bergantian membantu masak di rumah yang mendapat jatah giliran, membuat acara doa wirid untuk bapak-bapak yang diselenggarakan pada malam harinya.

Saat sedang memikirkan kelanjutan hidupku dan putriku saat ini, tiba-tiba sebuah motor masuk kedalam pekarangan rumah ini.

Aku mengerutkan kening melihat kedatangan perempuan yang merupakan kakak iparku itu. Mbak Rini, istri dari Abang kandung Mas Dito.

Mbak Rini bernasib sama sepertiku, ia hanya bisa melahirkan tiga orang putri untuk Mas Rio. Hingga Mas Rio memutuskan menikah lagi, tapi Mbak Rini berbeda denganku, ia lebih menerima keputusan itu.

Baginya asalkan, Mas Rio tetap memberikan nafkah bulanan untuknya dan ketiga putrinya itu, itu saja sudah cukup.

Dipikiran wanita itu hanya ada uang dan uang, asalkan ada uang mau suaminya menikah berapa kalipun tidak akan menjadi beban di hatinya.

Terkadang aku bingung dengan jalan fikiran di keluarga mantan suamiku itu. Kenapa mereka menjadi lebih mengagungkan anak lelaki dari pada perempuan. Padahal mereka bukanlah orang yang dari suku tertentu yang mengharuskan membawa marga.

"Mbak," sapaku ramah, kuulaskan senyum manis di bibirku yang terasa kecut ini.

Walaupun hatiku berdetak tak enak, pasti ada kabar buruk yang membawa kedatangan wanita ini kemari, tapi aku sebisa mungkin untuk bersikap ramah. Namun, lagi-lagi aku harus menelan kepahitan, mendapatkan tatapan yang kurang bersahabat darinya.

"Kamu itu sok kuat banget sih, Ndah! Pakai gak mau dimadu segala! Memangnya kamu sanggup ngidupin anak kamu itu?" ucap Mbak Rini tanpa basa-basi. Aku tak habis pikir dengan sikapnya ini. Sebagai sesama wanita yang mengalami nasib yang sama, seharusnya ia membelaku dan menghiburku, bukannya ikut-ikutan memojokkanku.

"Lalu aku harus bagaimana Mbak, menerima saja dimadu seperti yang Mbak alami. Aku tak sanggup dan tak setegar Mbak," jawabku sesantai mungkin. Walau di hati ini seakan mau meledak dan hancur lebur.

Dari sudut mataku, kulihat wanita itu membanting pantat lebarnya ke kursi yang ada di sebelahku.

"Yang pentingkan kamu tetap dinafkahi oleh Dito, dari pada kamu menjadi janda begini! Kamu pikir jadi janda itu enak, apa? Susah Indah, susah!" ucap Mbak Rini yang kutanggapi dengan senyum getir.

Menjadi istri satu-satunya saja hidupku sudah susah, apalagi memiliki madu. Memang Mas Dito memberikan nafkah, tapi percuma! Jika setelah Mas Dito memberi, Ibu mertuaku akan datang untuk merongrong uang itu kembali.

Cukup sudah kepahitan yang aku tasakan selama menjalani rumah tangga ini. Ibu mertua yang serasa masu saja sudah membuat batinku memderita. Kini ditambah lagi madu yang akan menjadikanku saingan cintanya. Membayangkan hidupku nanti yang tetap bertahan dengan pernikahan ini saja sudah membuatku takut. Apalagi jika itu semua memang terjadi. Aku tak snaggup!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Tenang dan Sabar Mbak Intan kalau ada manusia DAJJAL yang ngomong nggak ada benarnya apalagi bertentangan dengan PRINSIP HIDUP Mbak Intan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 4. Biar kuurus hidupku sendiri, pergilah!

    "Keputusanku sudah bulat Mbak, aku lebih baik menjanda asal batinku tenang, dari pada hidup dimadu!"Mbak Rini menatapku dengan seringai kecut, seolah mengejekku. Kutarik lagi napas ini dan menghembusnya secara perlahan. Berusaha untuk tenang dan berpikir jernih."Yakin batinmu akan tenang, jika untuk makan saja kamu susah? Seharusnya kamu itu sadar, Indah! Kamu itu sekarang mandul, mana ada lelaki yang mau dengan janda satu anak tapi tidak bisa memberikan mereka anak lagi. Ya ... walau kuakui kamu cantik, tapi cantikmu itu tidak ada gunanya. Jika kamu tidak bisa memberikan mereka anak, ibaratnya kamu itu ladang yang gersang," ucap Mbak Rini menghinaku. Mulutnya seakan tak di filter oleh otaknya terlebih dahulu. Menambah luka di hati ini."Biarlah itu menjadi urusanku nantinya, Mbak! Mbak gak usah khawatir tentang nasibku kedepannya. Lebih baik Mbak urus saja hidup Mbak! Semoga Mbak tidak bernasib lebih buruk dari pada diriku saat ini," ucapku. Dada ini sudah naik turun sebenarnya, t

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 5. Mulai bangkit

    🍁🍁🍁🍁🍁Two Month laterπŸ€πŸ€πŸ€"Nduk, sini, biar Ibu saja yang bereskan jualanmu, kamu Istirahat sana!" perintah Ibuku. Ia baru saja datang menghampiriku, saat para pembeli sudah pada mulai pergi dan hanya tersisa aku di sini dengan perkakas jualan yang kotor. Sudah hampir dua minggu ini aku berjualan nasi uduk, gado-gado serta gorengan dan membuat pondok kecil di depan rumah Ibu. Semenjak resmi bercerai dari mas Dito, aku harus berjuang sendiri mencari nafkah untuk anakku. Karena aku hanya bisa masak, jadi kuputuskan berjualan sarapan pagi di kampung ini. Berbekal uang yang kupinjam dari Ibu sebagai modal awal jualanku.Alhamdulillah tuhan merestui langkahku, memberikanku kemudahan dalam mencari rezeki untuk buah hatiku."Ndak usah, Bu. Biar Indah saja yang bereskan semua ini, Ibu pasti sudah capek ngasuh Naira dari tadi. Maaf ya, Bu. Jika Indah merepotkan Ibu terus," ucapku sambil membereskan jualanku siang ini. Mata ini rasanya mulai memanas, andai tidak kutahan, mungkin sud

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 6. Hinaan mantan suami

    "Apa kabar, Indah? Gimana keadaanmu sekarang?" ujar Mas Dito berbasa-basi di hadapanku. Ia memindai penampilanku dari atas ke bawah, dengan senyum mengejek. Kuakui tampilanku saat ini begitu lecek dan dekil, dengan rambut yang dijepit keatas persis seperti pembantu. Berbeda jauh dengan istrinya saat ini yang memakai pakaian bagus, bersih, dengan perhiasan yang lengkap di tubuhnya, membuat dandanannya tampak begitu cetar dan glowing.Bak langit dan bumi denganku saat ini. Sebenarnya ada sedikit rasa iri di hati ini, tapi sebisa mungkin kutekan ekspresiku, agar tampak biasa saja di hadapan mereka."Seperti yang kamu lihat saat ini, Mas. Sangat baik!" jawabku santai. Mata ini menangkap ada yang berbeda dari penampilan wanita di sebelah mantan suamiku itu. Tubuhnya yang jauh lebih berisi dari terakhir aku bertemu dengannya, serta perut yang membukit tampak seperti sedang mengandung lima bulan.Hal itu membuatku tersentak kaget, bukankah mereka menikah baru dua bulan yang lalu?Astagfirul

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 7. Suami durjana

    "Mas, mantan istrimu itu benar-benar kurang ajar! Berani-beraninya dia menghinaku di depan orang banyak. Pokoknya kamu harus kasih mantan istrimu itu perhitungan, Mas!" oceh Retno penuh emosi.Kami sudah sampai di rumah beberapa menit yang lalu, tapi Retno masih saja mengoceh tentang apa yang terjadi di pasar tadi. Membuat kepalaku menjadi pusing saja."Sudahlah, gak usah dipikirkan lagi, manusia tak penting itu! Ingat, kamu itu sedang hamil, jadi jaga sedikit emosimu!" jawabku padanya."Tapi Mas ...""Tak ada tapi ... tapian, Retno! Cepat masuk kamar, istirahat! Aku gak mau terjadi apa-apa sama anakku yang ada di kandunganmu," perintahku tegas. Dengan langkah kasar, Retno masuk kedalam kamar kami. Retno Dwi Astuti adalah wanita yang aku temui saat pesta perayaan perusahaan. Untuk merayakan keberhasilan kami yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan tender besar. Itu sebabnya kami merayakannya di tempat karaoke dengan memesan beberapa LC.Di sanalah aku bertemu dengan

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 8. Peluang emas.

    "Nak, Indah gado-gadonya masih ada? Ibu pesan gado-gadonya dua, dibungkus, ya! Dan jangan terlalu pedas, juga!" ujar Bu'de Narmi, tetanggaku yang rumahnya berada di ujung gang sana."Masih, Bu, tunggu sebentar Indah buatkan," Bu Narmi mengangguk dan mengambil posisi, duduk di bangku panjang yang sudah kusediakan untuk para pembeliku. Jika mereka ingin makan di tempatku.Kebetulan hari ini, Alhamdulillah jualanku laris manis. Hari masih pagi, jam juga baru menunjukkan pukul sembilan, tapi jualanku sudah hampir habis.Tanganku dengan lihai menggoyang batu giling untuk menghaluskan kacang goreng, dan meraciknya menjadi bumbu gado-gado yang enak. Dari sudut mataku, aku menangkap pandangan mata Bu Narmi fokus menatapku.Sambil sekali-sekali senyum terukir diwajahnya, entah apa yang sedang ia pikirkan tentangku saat ini."Indah, Ibu boleh nanya sesuatu sama kamu? Tapi jika kamu gak mau jawab, juga gak apa-apa, Nak." ujar Bu Narmi dengan raut wajah segan. Mungkin ia takut pertanyaan yang aka

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 9. Meraih kesempatan

    "Seratus ... dua ratus ... tiga ratus ..." jemari ini lincah menghitung lembaran-lembaran rupiah yang berwarna-warni itu. Merah, biru, hijau, ungu, coklat, serta abu-abu. Makin kebawah, semakin gelap warna lembaran uang kertas di tanganku ini, seakan gambar Bapak Mohammad Husni Thamrin itu merengut padaku, padahal apa salahku padanya? "Ah ... hanya satu juta dua ratus enam ribu," gumamku lirih, aku menghembus napas berat. Bukannya tak bersyukur, hanya saja, aku merasa sedih. Uang yang kukumpulkan dari hasil jualan selama dua bulan ini, hanya satu juta dua ratusan saja. Itu belum termasuk untuk beli susu dan keperluan Naira yang lainnya, jikaku belanjakan mungkin uang yang tersisa tidak akan sampai satu juta. Dengan lemas kumasukkan kembali uang yang ada di tanganku kedalam dompet, lalu meletakkannya kedalam laci nakas yang ada di sebelah ranjangku.Aku jadi teringat dengan apa yang ditawarkan Bu Narmi tadi pagi, apa aku terima saja tawaran itu, ya? Siapa tahu itu memang jalan rezeki

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 10. Kesempatan tak datang 2 kali

    πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€πŸ€Sehabis jualan, aku bersiap untuk pergi kerumah Bu Narmi. Juragan kontrakan di kampung ini. Dengan pakaian seadanya yang cukup layak dan bersih, aku melangkahkan kaki dengan santai hingga kerumahnya. Sebenarnya jarak tempuh yang kulalui cukup jauh, sekitar dua puluh menit perjalanan. Tidak ada ojek atau angkot yang lewat di sini, sedangkan motor atau sepeda aku tak punya. Jadi hanya bisa mengandalkan kakiku saja.Dengan tubuh yang sedikit berkeringat karena panasnya cuaca, aku memasuki gerbang yang menjulang tinggi ini. Sebagai juragan kontrakan, tentu rumah Bu Narmi adalah rumah yang paling mewah di kampung ini. Bangunan tingkat dua yang berdiri kokoh, itu membuat siapa saja yang melihat sudah mengetahui jika yang memilikinya adalah orang kaya.Ahh ... beruntung sekali nasib Nina, menikah dengan anak orang kaya, dan memiliki mertua yang baik seperti Bu Narmi. Aku tidak kebayang jika aku berada di posisinya, pasti hidupku akan sangat bahagia saat ini.Setelah berbicara pada

    Last Updated : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 11. Pembukaan Resto baru

    Tak terasa sudah satu Minggu waktu berlalu sejak grend opening restoran ini. Jenggalu Resto namanya, karena terletak di Jl. Jenggalu. Suasana resto saat ini begitu ramai, membuat aku sangat bahagia, atas respon dan antusias para pengunjung yang tak henti-hentinya datang ke restoran ini.Semoga saja menjadi berkah untuk keluarga kecilku. Semoga pengorbananku membangun resto ini nanti, hingga jauh dari anakku dan meninggalkannya bersama ibu tidak akan sia-sia. Aku yakin selalu ada pelangi habis terang, dan untuk Mas Dito, aku tidak tahu kabarnya dan tidak mau tahu.Semoga saja ia bisa hidup bahagia dengan keluarganya, agar tidak mengganggu hidupku dan Naira nantinya. Aku masih asik berkutat dengan kuali dan kompor, karena resto ini masih baru, dan semua karyawan tentunya belum pada paham. Jadi akulah yang harus turun tangan langsung ke dapur untuk menyiapkan masakan. Walaupun badanku terasa lelah, tapi aku ikhlas demi masa depan anakku nanti. Beberapa menu sudah kusiapkan dengan cepa

    Last Updated : 2022-09-18

Latest chapter

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 67. ending yang bahagia.

    pov. NinaAku menatap kebahagiaan dua anak manusia dari balik jendela. Awalnya aku ingin masuk, tapi melihat kebahagian dan keromantisan mereka berdua membuatku mengurungkan niat.Dari balik jendela ini aku melihat gurat-gurat bahagia itu begitu terpancar dari wajah Arman. Tentu saja ia bahagia, penantian panjangnya akan cinta Indah membuahkan hasil serta hadirnya seorang putra diantara mereka. Arman mengecup kening Indah lembut, penuh sayang.Membuat rasa iri ini kembali hadir di kalbu. Andai aku juga bisa seperti itu bersama Mas Rio. Namun sayangnya hanya bisa berandai, karena kenyatannya kini. Suamiku sedang berbahagia bersama istri mudanya. Tak kuat melihat kemesraan yang di tunjukkan mereka berdua, aku memilih pergi. Mungkin aku akan menemui Indah dan bayinya besok saja, setelah hati ini sudah mulai tenang.Jam batu menunjukkan jam sepuluh malam. Namun, lorong rumah sakit ini tampak begitu lenggang, bukan berarti tak ada orang

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 66. Kado terindah dari Tuhan.

    Perutku mulai terasa pedih, apa lagi efek obat bius yang mulai menghilang. Aku meringis menahan sakit saat jempol ini bergeser saja sakitnya sudah terasa sampai keubun-ubun. Dengan lembut Mas Arman memperbaiki letak bantal yang ada di punggungku. Tiba-tiba bayi yang ada di dalam box menangis kencang. Lengkingannya memekak telinga, Mas Arman meraih bayinya. Mencoba menenangkan.Aku merentangkan tanganku menyambutnya. "Sini, Mas! Mungkin dia haus, aku akan menyusuinya,""Apa kamu baik-baik saja, sayang. Perutnya masih nyeri?" tanyanya khawatir."Gak apa-apa, Mas. Mungkin dengan menyusuinya rasa nyeriku dapat sedikit berkurang. Kasihan dia, pasti sudah lapar," Ragu-ragu Mas Arman menghampiriku, Lalu menyerahkan bayi merah yang sedang menangis itu. Setelah terlebih dahulu mencium pipi anaknya dengan sayang.Aku mengambil alih bayi mungil itu, memasukkan puting susuku ke dalam mulut kecilnya. Mas Arman beralih duduk di seb

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 65. Akhir sebuah kisah.

    Aku memarkirkan taksiku di parkiran khusus rumah sakit. Rumah sakit Citra Medika, rumah sakit bersalin terbaik di kota ini. Aku tidak tahu kenapa aku membuntuti mobil mereka hingga sampai di sini.Perlu waktu yang lama untukku menimbang dan memutuskan untuk turun atau pulang. Aku merasa aku tak punya hak untuk datang ke sini. Tapi di sini lain, hati kecil ini begitu ingin menemuinya di saat-saat seperti ini.Dengan langkah gontai aku masuk kedalam rumah sakit, menanyakan ruangan Indah pada resepsionis. Setelah mendapatkan informasi aku langsung menuju ke tempat yang di beritahukan padaku.Setelah melewati 2 kali belokan dan lorong panjang, akhirnya kau sampai di tempat yang di tunjukan perawat tadi. Dari kejauhan aku melihat Arman dan Nina yang menunggu di depan ruangan. Mata Arman menatap kedatanganku dengan nanar. Ku kuatkan tekad untuk melangkah. Apapun yang terjadi, aku hanya ingin meliat Indah dan bayinya baik-baik saja. Lalu pergi.

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 64. Semua sudah terlambat.

    Matahari mulai meredup dan senja mulai menunjukkan kekuasaannya. Lelah tubuh ini belum juga terbayarkan dengan lembaran rupiah yang memadai. Seharian aku bekerja, baru dua pelanggan yang pakai jasaku. Dari pada melamun, aku putuskan untuk pulang saja."Taksi!" teriak seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan. Akhirnya, di penghujung hari aku mendapatkan satu orang pelanggan lagi, lumayan.Aku menghentikan mobilku tepat di depan mobilnya. Sepertinya mobil mereka mogok. Lama aku menunggu, tapi wanita tadi tidak juga masuk kedalam mobil. Kulirik sedikit kebelakang, pantas saja lama. Ternyata mereka berdua tampak kerepotan dengan banyaknya belanjaan di bagasi belakang. Dasar wanita kaya, menghambur-hamburkan uang saja kerjanya. Sangat berbeda dengan, Indahku. Entah mengapa akhir-akhir ini aku merindukan wanita yang telah aku sakiti itu.Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, sejak pertemuan terakhir, yang menyebabkan aku kecel

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 63. Berjumpa kembali.

    Kata orang pamali berbelanja perlengkapan bayi jika usia kandungan belum memasuki tujuh bulan. Itu sebabnya aku menginjakkan kaki di toko baby shop ini saat usia kandunganku sudah masuk bukan ke-delapan. Walau sebenarnya dari bulan-bulan yang lalu aku sudah tak tahan ingin sekali membeli baju-baju yang lucu untuk bayiku. Namun kata orang tua, walaupun hanya mitos, tidak baik diabaikan, kan?"Indah coba lihat ini? Lucu banget kan, aku suka ini. Ambil ini saja, Ya!" pinta Nina sambil menunjukkan gaun kecil berwarna peach. Ia tampak antusias sekali menemaniku berbelanja perlengkapan bayiku. Karena Mas Arman sedang sibuk jadi dia tidak ikut menemani, hanya aku dan Nina saja yang pergi.Selama beberapa bulan terakhir ini, aku sudah terbiasa bersama Nina saat Mas Arman tak dapat menemaniku.Nina juga sekarang, sudah banyak berubah. Ia jadi sangat penyayang dan perhatian. Membuatku seakan memiliki saudara perempuan saja. Apa lagi, kali i

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 62. Penyesalan Nina.

    Pagi-pagi rintik hujan sudah turun deras membasahi bumi. Aku berdiri di dekat jendela, menikmati dinginnya udara pagi. Memikirkan segala masalah yang terjadi. Aku masih berada di rumah Mama. Tidak seperti biasanya, di hari senin kami masih berada di sini. Semua karena keributan tadi malam, membuat kami batal untuk pulang dan melanjutkan menginap di sini.Aku terkejut, saat merasakan sepasang tangan memelukku dari belakang. "Kamu lagi mikirin apa, sayang? Bumil dilarang mikir yang berat-berat! Kasihan sama yang di dalam perut," ujar Mas Arman. Ia mengeratkan pelukannya, meletakkan dagu di atas bahuku. Aku menyenderkan punggungku di dada lebarnya, menghirup wangi sabun yang menguar dari tubuhnya. Harum dan menenangkan. Sejak hamil aku menyukai semua aroma yang keluar dari tubuhnya. Bahkan aroma keringat ia habis pulang kantor yang kata orang asam, justru tercium wangi di Indra penciumanku. "Aku hanya mengingat kejadian semala

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 61. Keputusan Nina.

    "Mungkin Mbak Indah benar, aku serakah! Tapi semuanya sudah terjadi, Mbak. Aku janji aku akan bersikap adil terhadap keduanya." jawab Mas Rio. Terdengar meyakinkan, tapi apakah ia mampu menciptakan kata 'adil' itu dalam rumah tangganya? Tanpa ada satu pun yang tersakiti."Berusaha adil seperti apa, Rio? Dengan membawa istri keduamu kerumah ini saja, kamu sudah bersikap tidak adil." timpal Mama tiba-tiba. Aku yakin Mama juga tidak setuju dengan sikap Mas Rio."Ma, Ambar juga menantu Mama. Jadi tidak ada salahnya jika ia datang kerumah ini. Biar Aisyah juga bisa mengenal Oma dari sebelah ayahnya juga." jawab Mas Rio. Entah kenapa, aku jadi hilang respect padanya. Kata-katanya santai tapi begitu menyakitkan. Nina masih tergugu menangis di pelukanku. Ia tak mampu lagi berkata walau sepatah katapun. "Nina mungkin memang salah, tapi yang lebih bersalah lagi itu adalah kamu, Rio! Kamu telah gagal sebagai seorang

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 60. Menguntai benang kusut.

    "Indah! Hey ... Indah! Kenapa kamu melamun?" ujar Dinda."Siapa juga yang melamun, Dinda. Aku lagi malas ngomong. Lihat nih! Mulutku sedang sariawan! Perih kalau dipakai ngomong." Jawabku. Aku menunjuk ke arah pipiku, agar Dinda tahu jika mulutku ini penuh dengan sariawan. Apalagi perempuan ini sedari tadi berceloteh, membahas kakak kelas yang tampan. Dasar perempuan ganjen. Aku dan Dinda sekarang sedang duduk di bangku, di bawah pohon rindang dekat lapangan yang ada di depan kelas kami. Lapangan multifungsi ini berada di tengah, di kelilingi bangunan kelas dua tingkat yang membentuk huruf U. Kelasku berhadapan dengan kelas 2 Ips 2, sedangkan kelas 1 di lantai atas dekat kelas 3."Din," aku mencolek bahu Dinda. Wanita itu sedang asik mengunyah tela-tela balado yang kami beli di kantin tadi."Apa sih, In? Pakai colek-colek segala, kamu pikir aku sabun colek," jawabnya lebay."Itu, kamu lihat perempuan dengan

  • Lebih baik janda, daripada menderita!Β Β Β 59. Rahasia yang terbuka satu persatu.

    "Cepat katakan, Ayah! Jangan buat bunda penasaran. Ramuan apa?" cercaku. Aku begitu penasaran, dari pada aku tak bisa tidur malam ini. Iya, kan?"Tapi Bunda janji jangan marah, ya! Aku cuma takut Bunda tersinggung.""Iya, cepat katakan, buat istri penasaran itu dosa loh, Yah!" sahutku cepat. Entah dalil dari mana membuat istri penasaran itu dosa'. Bodoh amat lah, yang penting suamiku mau cerita."Bunda, ingat ramuan yang setiap minggu Mama berikan pada, Bunda?" Aku mengangguk, bagaimana aku bisa lupa. Jamu pahit, yang pahitnya mengalahkan pahit Brotowali itu. Belum lagi bau langu Yaang di campur sedikit asam, pokoknya nano-nano rasanya. Aku memegang tenggorokanku sambil bergidik ngeri. Baru membayangkannya saja, rasa pahit itu langsung terasa di tenggorokanku. Namun tiba-tiba aku teringat akan sesuatu."Ehh ... tunggu dulu, Yah. Tumben hari ini, Mama tidak memberi Bunda jamu itu? Biasanya kalau Bunda datang, Mama langsung meny

DMCA.com Protection Status