Share

8. Peluang emas.

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-18 23:18:27

"Nak, Indah gado-gadonya masih ada? Ibu pesan gado-gadonya dua, dibungkus, ya! Dan jangan terlalu pedas, juga!" ujar Bu'de Narmi, tetanggaku yang rumahnya berada di ujung gang sana.

"Masih, Bu, tunggu sebentar Indah buatkan," Bu Narmi mengangguk dan mengambil posisi, duduk di bangku panjang yang sudah kusediakan untuk para pembeliku. Jika mereka ingin makan di tempatku.

Kebetulan hari ini, Alhamdulillah jualanku laris manis. Hari masih pagi, jam juga baru menunjukkan pukul sembilan, tapi jualanku sudah hampir habis.

Tanganku dengan lihai menggoyang batu giling untuk menghaluskan kacang goreng, dan meraciknya menjadi bumbu gado-gado yang enak. Dari sudut mataku, aku menangkap pandangan mata Bu Narmi fokus menatapku.

Sambil sekali-sekali senyum terukir diwajahnya, entah apa yang sedang ia pikirkan tentangku saat ini.

"Indah, Ibu boleh nanya sesuatu sama kamu? Tapi jika kamu gak mau jawab, juga gak apa-apa, Nak." ujar Bu Narmi dengan raut wajah segan. Mungkin ia takut pertanyaan yang aka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
biasanya seorang wanita klu sdh menjanda akan semakin menyala cetar membahana. tapi si indah malahan kayak babu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 9. Meraih kesempatan

    "Seratus ... dua ratus ... tiga ratus ..." jemari ini lincah menghitung lembaran-lembaran rupiah yang berwarna-warni itu. Merah, biru, hijau, ungu, coklat, serta abu-abu. Makin kebawah, semakin gelap warna lembaran uang kertas di tanganku ini, seakan gambar Bapak Mohammad Husni Thamrin itu merengut padaku, padahal apa salahku padanya? "Ah ... hanya satu juta dua ratus enam ribu," gumamku lirih, aku menghembus napas berat. Bukannya tak bersyukur, hanya saja, aku merasa sedih. Uang yang kukumpulkan dari hasil jualan selama dua bulan ini, hanya satu juta dua ratusan saja. Itu belum termasuk untuk beli susu dan keperluan Naira yang lainnya, jikaku belanjakan mungkin uang yang tersisa tidak akan sampai satu juta. Dengan lemas kumasukkan kembali uang yang ada di tanganku kedalam dompet, lalu meletakkannya kedalam laci nakas yang ada di sebelah ranjangku.Aku jadi teringat dengan apa yang ditawarkan Bu Narmi tadi pagi, apa aku terima saja tawaran itu, ya? Siapa tahu itu memang jalan rezeki

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 10. Kesempatan tak datang 2 kali

    ๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€Sehabis jualan, aku bersiap untuk pergi kerumah Bu Narmi. Juragan kontrakan di kampung ini. Dengan pakaian seadanya yang cukup layak dan bersih, aku melangkahkan kaki dengan santai hingga kerumahnya. Sebenarnya jarak tempuh yang kulalui cukup jauh, sekitar dua puluh menit perjalanan. Tidak ada ojek atau angkot yang lewat di sini, sedangkan motor atau sepeda aku tak punya. Jadi hanya bisa mengandalkan kakiku saja.Dengan tubuh yang sedikit berkeringat karena panasnya cuaca, aku memasuki gerbang yang menjulang tinggi ini. Sebagai juragan kontrakan, tentu rumah Bu Narmi adalah rumah yang paling mewah di kampung ini. Bangunan tingkat dua yang berdiri kokoh, itu membuat siapa saja yang melihat sudah mengetahui jika yang memilikinya adalah orang kaya.Ahh ... beruntung sekali nasib Nina, menikah dengan anak orang kaya, dan memiliki mertua yang baik seperti Bu Narmi. Aku tidak kebayang jika aku berada di posisinya, pasti hidupku akan sangat bahagia saat ini.Setelah berbicara pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 11. Pembukaan Resto baru

    Tak terasa sudah satu Minggu waktu berlalu sejak grend opening restoran ini. Jenggalu Resto namanya, karena terletak di Jl. Jenggalu. Suasana resto saat ini begitu ramai, membuat aku sangat bahagia, atas respon dan antusias para pengunjung yang tak henti-hentinya datang ke restoran ini.Semoga saja menjadi berkah untuk keluarga kecilku. Semoga pengorbananku membangun resto ini nanti, hingga jauh dari anakku dan meninggalkannya bersama ibu tidak akan sia-sia. Aku yakin selalu ada pelangi habis terang, dan untuk Mas Dito, aku tidak tahu kabarnya dan tidak mau tahu.Semoga saja ia bisa hidup bahagia dengan keluarganya, agar tidak mengganggu hidupku dan Naira nantinya. Aku masih asik berkutat dengan kuali dan kompor, karena resto ini masih baru, dan semua karyawan tentunya belum pada paham. Jadi akulah yang harus turun tangan langsung ke dapur untuk menyiapkan masakan. Walaupun badanku terasa lelah, tapi aku ikhlas demi masa depan anakku nanti. Beberapa menu sudah kusiapkan dengan cepa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 12. Hilangnya cahaya yang diharapkan.

    Dengan kecepatan sedang aku mengendarai mobilku membelah keramaian kota, menuju rumah sakit Ibu dan Anak. Beberapa menit yang lalu, Mama meneleponku dan mengatakan, jika Retno mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan dokter. Sesampainya mobilku di parkiran rumah sakit, aku memarkirkan mobilku lalu turun dengan cepat dari mobil, melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa. Aku sudah tidak sabar menyambut kehadiran bayi laki-lakiku ke dunia ini. Aku yakin kali ini aku akan mendapatkan bayi laki-laki, karena beberapa kali USG, dokternya selalu mengatakan jika bayi kami laki-laki. Sungguh aku sangat bahagia mendengarnya.Setelah mendapat informasi dari resepsionis, aku langsung menuju tempat di mana Retno ditangani oleh dokter, dari kejauhan aku melihat Mama dan Mbak Rini sedang duduk dengan gelisah di depan sebuah ruangan. Melihat dari raut wajahnya, sepertinya bayi lelakiku belum lahir."Ma, Mbak, bagaimana keadaan Retno? Apa bayiku sudah lahir?" tanyaku tak sabar.Mama dan Mbak Rin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 13. Harapan yang pupus.

    ๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€"Mas, maafkan aku. Maafkan aku!" pinta Retno dengan air mata yang tak henti terurai. Rasa penyesalan itu bergelayut di dadanya. Sunggu menyesakkan dada. Tubuhnya gemetar dengan raut wajah emmohon belas kasihan.Aku menemuinya setelah beberapa saat ia sadar dan emosinya sedikit membaik. Entah sudah berapa kali wanita ini tak sadarkan diri. Saat mengetahui putra kami meninggal, wanita itu mengamuk dan berteriak histeris. Menunjuk-nunjuk wajah Mbak Rini dengan garang.Seakan semuanya adalah salah wanita itu. Entah ala yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Selaam ini mereka berdua selalu nerusaha tampak akur.Di ruangan ini hanya ada kami berempat, aku, Retno, Mama, dan Mbak Rini. Suasana tegang, bahkan dinginnya AC di ruangan ini membuat pelipis kedua wanita itu banjir dengan keringat dingin. "Katakan padaku, sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku padanya. Mulai menyelidik. Aku memperhatikan wajah Retno dan Mbak Rini secara bergantian. Aku merasa seperti ada sesuatu yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 14. Kekacauan yang tercipta

    "Tidak! Jangan laporkan Mbak pada polisi, Dito! Jangan ..." Mbak Rini langsung berlutut di kakiku. Ia memeluk kakiku erat seraya memohon, tak kupedulikan isak tangisnya yang terdengar pilu menyayat hati. Aku tahu dia takut dan merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada calon anakku. Tapi rasa bersalahnya tak mampu mengobati kepedihanku yang kehilangan buah hati. Sungguh tega ia melukai bayiku yang masih berada di dalam kandungan. Bayi yang aku harapkan kehadirannya dengan sepenuh hati."Itu memang pantas Mbak dapatkan! Tega sekali Mbak melakukan hal keji itu pada anak dan istriku!" Aku menyentak kakiku kasar, mendorong tubuh wanita itu menjauh dariku. Hingga dia terjerembak ke belakang. Masih dalam keadaan terduduk di lantai, Mbak Rini kembali memohon padaku. "Mbak mohon, Dito. Kasihan anak-anak Mbak, jika Mbak kamu kirim ke penjara, siapa yang akan mengurus mereka? Mereka masih kecil-kecil. Mbak khilaf, Dito. Ini semua juga karena istrimu yang memprovokasi Mbak, jika tidak ...

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 15. Mencari pelampiasan

    Setelah Mbak Rini dan Mama keluar, aku pun juga ikut melangkahkan kaki untuk pergi keluar. Dadaku terasa sesak dengan semua prahara yang terjadi. Aku butuh menghirup udara segar untuk menjernihkan pikiranku yang kusut saat ini. "Mas, Kamu mau ke mana? Mas tolong dengarkan aku dulu Mas!" teriak Retno.Aku menghentikan langkah kakiku, berbalik dan menatap tajam ke arahnya. "Apa lagi yang harus aku dengarkan, Retno? Menjaga anakku yang ada di dalam kandunganmu saja, kamu tidak becus! Tidak berguna!" sungutku padanya. Aku keluarkan juga uneg-uneg yang sedari tadi aku tahan agar tak meledak dan menyakiti hatinya. Namun setelah mendengar penjelasan dari Mbak Rini. Kebencianku padanya mulai terbit di hati ini."Tapi, Mas, ini semua bukan salahku, tapi salah kakak iparmu itu. Dia yang membuat anak kita ...," "Cukup Retno! Semua ini juga tidak akan terjadi jika kamu tidak membuat masalah sama Mbak Rini. Apa kamu mau aku usir juga seperti Mbak Rini, atau aku ceraikan seperti Indah?!" hardikk

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 16. Perasaan yang gamang.

    Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, perpisahan yang terjadi antara aku dan Mas Dito, tidak hanya menyisakan luka untukku tapi juga untuk Naira, putri kami.Setelah perceraian, atas bantuan Ibu dan Tuhan, aku bisa melalui hari-hari berat dalam hidupku ini, tapi tidak dengan putri kecilku.Setelah empat tahun, aku selalu berusaha menjadi Ayah serta Ibu yang terbaik untuk Naira. Namun ternyata, itu saja tidak cukup untuk Naira. Sempat terbesit dalam pikiranku untuk berumah tangga lagi, agar Naira bisa mendapatkan kasih sayang yang utuh seperti teman-temannya. Akan tetapi, rasa takut dan kecewa akan kegagalan berumah tangga itu kembali menghantuiku.Aku takut suatu hari nanti, suamiku akan meninggalkanku kembali, dengan alasan ketidak kesempurnaanku sebagai seorang wanita. Ketidakmampuanku memberikannya pelita hati."Bunda, mana ayah? Kenapa Naila tidak pelnah lihat ayah? Ayah Tasya setiap sole pulang ke lumah, kenapa ayah Naila tidak pelnah pulang ke lumah? Bunda, apa benal kata Tasy

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31

Bab terbaru

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 67. ending yang bahagia.

    pov. NinaAku menatap kebahagiaan dua anak manusia dari balik jendela. Awalnya aku ingin masuk, tapi melihat kebahagian dan keromantisan mereka berdua membuatku mengurungkan niat.Dari balik jendela ini aku melihat gurat-gurat bahagia itu begitu terpancar dari wajah Arman. Tentu saja ia bahagia, penantian panjangnya akan cinta Indah membuahkan hasil serta hadirnya seorang putra diantara mereka. Arman mengecup kening Indah lembut, penuh sayang.Membuat rasa iri ini kembali hadir di kalbu. Andai aku juga bisa seperti itu bersama Mas Rio. Namun sayangnya hanya bisa berandai, karena kenyatannya kini. Suamiku sedang berbahagia bersama istri mudanya. Tak kuat melihat kemesraan yang di tunjukkan mereka berdua, aku memilih pergi. Mungkin aku akan menemui Indah dan bayinya besok saja, setelah hati ini sudah mulai tenang.Jam batu menunjukkan jam sepuluh malam. Namun, lorong rumah sakit ini tampak begitu lenggang, bukan berarti tak ada orang

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 66. Kado terindah dari Tuhan.

    Perutku mulai terasa pedih, apa lagi efek obat bius yang mulai menghilang. Aku meringis menahan sakit saat jempol ini bergeser saja sakitnya sudah terasa sampai keubun-ubun. Dengan lembut Mas Arman memperbaiki letak bantal yang ada di punggungku. Tiba-tiba bayi yang ada di dalam box menangis kencang. Lengkingannya memekak telinga, Mas Arman meraih bayinya. Mencoba menenangkan.Aku merentangkan tanganku menyambutnya. "Sini, Mas! Mungkin dia haus, aku akan menyusuinya,""Apa kamu baik-baik saja, sayang. Perutnya masih nyeri?" tanyanya khawatir."Gak apa-apa, Mas. Mungkin dengan menyusuinya rasa nyeriku dapat sedikit berkurang. Kasihan dia, pasti sudah lapar," Ragu-ragu Mas Arman menghampiriku, Lalu menyerahkan bayi merah yang sedang menangis itu. Setelah terlebih dahulu mencium pipi anaknya dengan sayang.Aku mengambil alih bayi mungil itu, memasukkan puting susuku ke dalam mulut kecilnya. Mas Arman beralih duduk di seb

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 65. Akhir sebuah kisah.

    Aku memarkirkan taksiku di parkiran khusus rumah sakit. Rumah sakit Citra Medika, rumah sakit bersalin terbaik di kota ini. Aku tidak tahu kenapa aku membuntuti mobil mereka hingga sampai di sini.Perlu waktu yang lama untukku menimbang dan memutuskan untuk turun atau pulang. Aku merasa aku tak punya hak untuk datang ke sini. Tapi di sini lain, hati kecil ini begitu ingin menemuinya di saat-saat seperti ini.Dengan langkah gontai aku masuk kedalam rumah sakit, menanyakan ruangan Indah pada resepsionis. Setelah mendapatkan informasi aku langsung menuju ke tempat yang di beritahukan padaku.Setelah melewati 2 kali belokan dan lorong panjang, akhirnya kau sampai di tempat yang di tunjukan perawat tadi. Dari kejauhan aku melihat Arman dan Nina yang menunggu di depan ruangan. Mata Arman menatap kedatanganku dengan nanar. Ku kuatkan tekad untuk melangkah. Apapun yang terjadi, aku hanya ingin meliat Indah dan bayinya baik-baik saja. Lalu pergi.

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 64. Semua sudah terlambat.

    Matahari mulai meredup dan senja mulai menunjukkan kekuasaannya. Lelah tubuh ini belum juga terbayarkan dengan lembaran rupiah yang memadai. Seharian aku bekerja, baru dua pelanggan yang pakai jasaku. Dari pada melamun, aku putuskan untuk pulang saja."Taksi!" teriak seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan. Akhirnya, di penghujung hari aku mendapatkan satu orang pelanggan lagi, lumayan.Aku menghentikan mobilku tepat di depan mobilnya. Sepertinya mobil mereka mogok. Lama aku menunggu, tapi wanita tadi tidak juga masuk kedalam mobil. Kulirik sedikit kebelakang, pantas saja lama. Ternyata mereka berdua tampak kerepotan dengan banyaknya belanjaan di bagasi belakang. Dasar wanita kaya, menghambur-hamburkan uang saja kerjanya. Sangat berbeda dengan, Indahku. Entah mengapa akhir-akhir ini aku merindukan wanita yang telah aku sakiti itu.Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, sejak pertemuan terakhir, yang menyebabkan aku kecel

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 63. Berjumpa kembali.

    Kata orang pamali berbelanja perlengkapan bayi jika usia kandungan belum memasuki tujuh bulan. Itu sebabnya aku menginjakkan kaki di toko baby shop ini saat usia kandunganku sudah masuk bukan ke-delapan. Walau sebenarnya dari bulan-bulan yang lalu aku sudah tak tahan ingin sekali membeli baju-baju yang lucu untuk bayiku. Namun kata orang tua, walaupun hanya mitos, tidak baik diabaikan, kan?"Indah coba lihat ini? Lucu banget kan, aku suka ini. Ambil ini saja, Ya!" pinta Nina sambil menunjukkan gaun kecil berwarna peach. Ia tampak antusias sekali menemaniku berbelanja perlengkapan bayiku. Karena Mas Arman sedang sibuk jadi dia tidak ikut menemani, hanya aku dan Nina saja yang pergi.Selama beberapa bulan terakhir ini, aku sudah terbiasa bersama Nina saat Mas Arman tak dapat menemaniku.Nina juga sekarang, sudah banyak berubah. Ia jadi sangat penyayang dan perhatian. Membuatku seakan memiliki saudara perempuan saja. Apa lagi, kali i

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 62. Penyesalan Nina.

    Pagi-pagi rintik hujan sudah turun deras membasahi bumi. Aku berdiri di dekat jendela, menikmati dinginnya udara pagi. Memikirkan segala masalah yang terjadi. Aku masih berada di rumah Mama. Tidak seperti biasanya, di hari senin kami masih berada di sini. Semua karena keributan tadi malam, membuat kami batal untuk pulang dan melanjutkan menginap di sini.Aku terkejut, saat merasakan sepasang tangan memelukku dari belakang. "Kamu lagi mikirin apa, sayang? Bumil dilarang mikir yang berat-berat! Kasihan sama yang di dalam perut," ujar Mas Arman. Ia mengeratkan pelukannya, meletakkan dagu di atas bahuku. Aku menyenderkan punggungku di dada lebarnya, menghirup wangi sabun yang menguar dari tubuhnya. Harum dan menenangkan. Sejak hamil aku menyukai semua aroma yang keluar dari tubuhnya. Bahkan aroma keringat ia habis pulang kantor yang kata orang asam, justru tercium wangi di Indra penciumanku. "Aku hanya mengingat kejadian semala

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 61. Keputusan Nina.

    "Mungkin Mbak Indah benar, aku serakah! Tapi semuanya sudah terjadi, Mbak. Aku janji aku akan bersikap adil terhadap keduanya." jawab Mas Rio. Terdengar meyakinkan, tapi apakah ia mampu menciptakan kata 'adil' itu dalam rumah tangganya? Tanpa ada satu pun yang tersakiti."Berusaha adil seperti apa, Rio? Dengan membawa istri keduamu kerumah ini saja, kamu sudah bersikap tidak adil." timpal Mama tiba-tiba. Aku yakin Mama juga tidak setuju dengan sikap Mas Rio."Ma, Ambar juga menantu Mama. Jadi tidak ada salahnya jika ia datang kerumah ini. Biar Aisyah juga bisa mengenal Oma dari sebelah ayahnya juga." jawab Mas Rio. Entah kenapa, aku jadi hilang respect padanya. Kata-katanya santai tapi begitu menyakitkan. Nina masih tergugu menangis di pelukanku. Ia tak mampu lagi berkata walau sepatah katapun. "Nina mungkin memang salah, tapi yang lebih bersalah lagi itu adalah kamu, Rio! Kamu telah gagal sebagai seorang

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 60. Menguntai benang kusut.

    "Indah! Hey ... Indah! Kenapa kamu melamun?" ujar Dinda."Siapa juga yang melamun, Dinda. Aku lagi malas ngomong. Lihat nih! Mulutku sedang sariawan! Perih kalau dipakai ngomong." Jawabku. Aku menunjuk ke arah pipiku, agar Dinda tahu jika mulutku ini penuh dengan sariawan. Apalagi perempuan ini sedari tadi berceloteh, membahas kakak kelas yang tampan. Dasar perempuan ganjen. Aku dan Dinda sekarang sedang duduk di bangku, di bawah pohon rindang dekat lapangan yang ada di depan kelas kami. Lapangan multifungsi ini berada di tengah, di kelilingi bangunan kelas dua tingkat yang membentuk huruf U. Kelasku berhadapan dengan kelas 2 Ips 2, sedangkan kelas 1 di lantai atas dekat kelas 3."Din," aku mencolek bahu Dinda. Wanita itu sedang asik mengunyah tela-tela balado yang kami beli di kantin tadi."Apa sih, In? Pakai colek-colek segala, kamu pikir aku sabun colek," jawabnya lebay."Itu, kamu lihat perempuan dengan

  • Lebih baik janda, daripada menderita!ย ย ย 59. Rahasia yang terbuka satu persatu.

    "Cepat katakan, Ayah! Jangan buat bunda penasaran. Ramuan apa?" cercaku. Aku begitu penasaran, dari pada aku tak bisa tidur malam ini. Iya, kan?"Tapi Bunda janji jangan marah, ya! Aku cuma takut Bunda tersinggung.""Iya, cepat katakan, buat istri penasaran itu dosa loh, Yah!" sahutku cepat. Entah dalil dari mana membuat istri penasaran itu dosa'. Bodoh amat lah, yang penting suamiku mau cerita."Bunda, ingat ramuan yang setiap minggu Mama berikan pada, Bunda?" Aku mengangguk, bagaimana aku bisa lupa. Jamu pahit, yang pahitnya mengalahkan pahit Brotowali itu. Belum lagi bau langu Yaang di campur sedikit asam, pokoknya nano-nano rasanya. Aku memegang tenggorokanku sambil bergidik ngeri. Baru membayangkannya saja, rasa pahit itu langsung terasa di tenggorokanku. Namun tiba-tiba aku teringat akan sesuatu."Ehh ... tunggu dulu, Yah. Tumben hari ini, Mama tidak memberi Bunda jamu itu? Biasanya kalau Bunda datang, Mama langsung meny

DMCA.com Protection Status