Share

Bab 122

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 14:16:27

Olivia memutar kedua bola matanya malas. "Aku tahu, tapi bisakah kau sedikit bersabar?" tanyanya kesal.

Pria itu terkekeh pelan namun tatapannya tak beralih pada Lily yang sedang pingsan di atas ranjang.

"Baiklah, aku beri kau waktu sampai tengah malam nanti. Entah dia akan bangun atau tidak. Aku akan menggarapnya setelah tengah malam nanti."

Olivia mendengus pelan. "Iya, iya."

Setelahnya pria itu keluar dari rumah yang sudah disewa Olivia sebelumnya.

Suara pintu yang tertutup langsung terdengar. Olivia menatap lagi ke arah Lily yang masih pingsan dengan tersenyum menyeringai.

"Inilah akibat dari melawanku, Lily Orlantha," gumamnya.

Sepuluh menit kemudian.

Byurrr.

Guyuran air yang dingin menerpa wajah Lily hingga membuatnya kesusahan untuk bernapas.

Secara reflek Lily ingin mengusap wajahnya untuk mengusap air yang membasahi wajahnya, namun kedua tangannya diikat.

Jadi Lily berusaha membuka kedua matanya meskipun terasa perih.

Yang dilihatnya pertama kali adalah langit-langit kamar y
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 123

    Vina hendak menjawab namun sebuah mobil Toyota Fortuner milik kedua orangtuanya juga sudah datang.Begitu pintu terbuka, Sandra langsung keluar dan berlari ke arah Vina untuk memeluknya."Kamu yang sabar... Mama dan Papa sudah menghubungi polisi untuk meminta tolong," ujar Sandra setelah melerai pelukannya.Sudut mata Vina nampak memerah.Setelahnya Vins mendekat ke arah mereka. Yang disapanya duluan adalah Finley. Vins nampak begitu hormat karena bagaimanapun Finley adalah pengusaha sukses yang levelnya jauh berada di atasnya.Finley melambaikan tangannya. "Jangan begitu sungkan terhadapku, Tuan Vins. Bisa jadi kita akan menjadi rekan bisnis dalam waktu ke depannya nanti."Mendengar itu, Vins nampak berbinar-binar. "Baik, Tuan Finley. Saya tidak sabar untuk menunggu kerja sama dari Anda."Vina mendekati mereka berdua. "Finley, bisakah kita segera menuju ke titik lokasi? Aku lihat dari aplikasi maps, tempat itu membutuhkan setidaknya waktu lima jam jika mengendarai mobil.""Sebaiknya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 124

    Dengan napas yang tersengal-sengal, Lily masih mencoba untuk tetap tersadar meski sekujur tangannya terasa sakit dan perih luar biasa.Darah segar masih menetes dari pergelangan tangannya.Olivia menatap itu dengan senang. "Kenapa gunting ini susah sekali untuk memotong tali? Sepertinya aku harus menekannya lebih kencang lagi."Jleb!"Aaahh!!" Lily berteriak kesakitan dan tubuhnya gemetar hebat akibat tusukan gunting yang dilakukan Olivia pada tangan sebelah kanannya.Kini, kedua tangan Lily berlumuran darah akibat luka yang disebabkan gunting.Kedua mata Lily sudah nampak buram. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya saat ini. Penampilannya sangat kacau dengan darah segar menghiasi kedua tangannya.'Ini gila! Olivia ingin membunuhku!' teriak Lily dalam hatinya.Meski berpikir begitu, Lily masih bersyukur setidaknya yang mengalami bukan orang-orang terdekatnya. Olivia pernah menargetkan Arsan yang membuatnya harus pulang ke Tanah Air.Dia sendiri tidak bisa membayangkan kalau Arsa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 125

    Lewat tengah malam.Olivia terengah-engah setelah beberapa kali mengayunkan kayu ke arah kaki Lily hingga Lily sudah pingsan.Pintu rumah segera terbuka.Pria suruhan Olivia itu masuk dan mendekatinya."Kau gila? Kau sudah membunuhnya?" tanya pria itu dengan meremas rambutnya frustasi."Kan sudah kubilang kalau aku ingin menikmati tubuhnya dulu..."Wajah Olivia nampak datar dan tenang. Sama sekali tidak ada raut wajah penyesalan atau apapun itu. "Dia hanya pingsan," ujarnya setelah membuang balok kayu yang juga sudah berlumuran darah."Aku akan menyerahkan sisanya kepadamu, Ben." Olivia menepuk sisi bahu Benny lalu berlalu pergi.Benny masih terdiam, menatap kosong pada Lily yang sudah pingsan dengan berlumuran darah."Kalau begini kan aku jadi tidak bisa menikmatinya lagi," keluh Benny dengan kesal.Padahal Benny sudah pusing karena tidak menuntaskan hasratnya pada seorang wanita beberapa hari ini. Sekarang dia sudah ada seorang wanita tapi tetap juga tidak bisa menyalurkannya.Baga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 126

    Setelah berjalan beberapa langkah dari rumah usang, Max dan para polisi hutan mendengar suara berisik dan angin dari kejauhan.Mereka saling menatap dan berpikir ada sesuatu yang sedang datang ke arah mereka.Tak lama dari itu, muncul seseorang yang keluar dari pepohonan."Tuan Max!" Rupanya yang keluar adalah Andri. Di belakangnya terdapat beberapa petugas polisi yang mengikutinya.Melihat itu, Max bisa bernapas lega.Pikirnya, pasti Andri telah meminta bantuan pada polisi untuk menyelamatkannya dan yang lain."Untung Anda sudah selamat, Tuan." Lalu melirik Lily yang berada di gendongan Max dengan tatapan mengernyit."Apa yang terjadi pada Nona Lily?" tanyanya."Dia terluka parah dan harus segera mendapatkan penanganan. Apa ada transportasi yang lebih cepat untuk membawanya ke rumah sakit?"Tepat setelah Max bertanya, angin kencang yang diikuti suara berisik mendekat ke arah mereka.Begitu Max mendongak, itu adalah helikopter pribadi yang sedang berusaha untuk parkir, tak jauh dari t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 127

    Saat matahari akan terbit, Olivia yang baru saja menginjakkan kakinya ke apartemen memilih untuk menuju ke kamar mandi.Bau keringat yang bercampur dengan bau anyir darah membuatnya tak nyaman jika langsung menuju ke kasur untuk beristirahat.Setelah melepaskan semua pakaian, dia segera menuju ke bathtub yang sudah berisi air hangat dan juga sabun wangi aroma bunga-bunga.Untuk melepas rasa penat, dia mulai menenggelamkan diri ke air sabun dan menggosok badannya dengan perlahan.Terpikirkan dengan kerjaan Benny, Olivia pun mengambil ponsel yang dia letakkan di sisi bathtub.Olivia langsung menelepon Benny.Namun sudah beberapa saat Benny tak segera menjawab panggilannya.Mengabaikan Benny, Olivia meletakkan ponsel dan kembali menggosok tubuhnya.Sepuluh menit setelah itu, Olivia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe.Saat dia menyibak gorden, matahari sudah terbit dengan sempurna.Ini adalah saat yang tepat untuk merebahkan diri di atas kasur.Setelah mengganti bathrobe d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 128

    Dua hari kemudian.Lily yang tadinya masih terbaring di atas ranjang dan belum sadar, kini mulai menampakkan kesadaran dengan menggerakkan jari-jari tangannya.Seorang perawat yang sedang menjenguknya pun terkejut lalu dia segera berlari keluar untuk memanggil seorang dokter.Lily membuka kedua matanya perlahan dan merasa seluruh badannya terasa sakit.Sorot lampu berwarna putih membuat matanya menyipit dan terasa sangat berat untuk dibuka.Tepat setelah itu seorang dokter membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan. Dia memasang stetoskop dan memeriksa keadaan Lily.Setelah memeriksa, dokter itu melepas stetoskopnya dan bertanya dengan pelan, "Nona Lily? Apa Anda bisa mendengar saya?" Mendengar itu, Lily hanya terdiam dengan kedua mata yang masih terasa berat untuk terbuka lebar. Entah mengapa tubuhnya terasa lemah dan dia tidak memiliki tenaga untuk menjawab. Terlebih ada alat bantu oksigen yang membuatnya kesusahan untuk menjawab."Anda bisa menjawab saya dengan anggukan kep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 129

    Keesokan harinya.Lily mulai tersadar dan ingatannya sebelum pingsan perlahan menghantam benaknya yang masih lemah.Tetesan air mata membasahi pipinya. Bukan karena kesedihan melainkan karena terharu dia masih diberi kesempatan untuk tetap hidup meski kedua kakinya telah patah dan pergelangan tangannya mengalami luka berat.Tadi dokter berkata jika dia telah kehilangan banyak darah hingga mendapat transfusi darah sebanyak tujuh kantong.Ditambah dia telah menjalani operasi patah tulang yang membuat tubuh Lily terasa lemas saat bangun.Jika tidak dibantu dengan suntikan pereda nyeri, pasti Lily akan berkali-kali pingsan karena merasakan kesakitan yang luar biasa.Saat ini Inda yang menemani Lily di rumah sakit. Dengan telaten Inda menyuapi Lily yang sudah diperbolehkan oleh dokter untuk makan.Selain itu, Inda juga terlihat sabar menangani kebutuhan Lily yang lain seperti buang air kecil dan buang air besar.Sesekali terlihat oleh Lily, Inda mengusap sudut matanya yang memerah dan juga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 130

    Lily mendengarkan cerita Wina dengan seksama.Seketika pikirannya menjadi kosong dan juga bingung dengan kenyataan yang baru saja diterimanya.Melihat ekspresi itu, Wina segera berujar, "Mama tahu kamu pasti terkejut dengan semua ini karena fakta ini datang secara tiba-tiba. Tapi Mama memang sudah tidak sabar untuk kembali bersatu denganmu, Nak..." Setetes air mata membasahi pipi Wina. Tangannya membelai lembut puncak rambut Lily untuk pertama kalinya. Terdapat sorot mata sendu yang tersirat. Maklum saja, dia sudah menahan kesedihan selama bertahun-tahun dan telah menganggap putri satu-satunya itu telah meninggal."Mama?" lirih Lily bergumam.Kedua matanya mulai berkaca-kaca dan tenggorokannya tercekat. Selama ini Lily hanya mengetahui kalau ibunya telah meninggal sejak dia berusia sepuluh tahun.Siapa sangka sekarang dia kembali memiliki ibu namun dengan fakta yang berbeda.Tetesan air mata mulai menetes perlahan ke pipinya yang putih pucat. Fakta yang mengejutkan itu segera mengh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 135

    Pupil mata Olivia bergetar. "Jadi kau juga menyalahkanku, Max?" Suaranya juga terdengar bergetar."Olivia, sadarlah..."Olivia menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa kalau orang lain yang menyalahkanku, tapi kau juga?"Butiran kristal menetes melalui matanya. "Bukankah kau dan aku sudah seperti saudara? Kenapa kau jadi seperti ini?"Dulu semasa mereka tumbuh bersama, berulang kali para orang tua mengatakan kalau mereka adalah saudara yang harus saling membantu."Justru karena aku menganggapmu sebagai saudara, makanya aku harus membuatmu sadar. Bertobatlah selagi kau masih hidup, Olivia," tukas Max tegas. Olivia menatap Max dibalik matanya yang buram, berusaha mencari-cari rasa kasih sayang yang selama ini Max tunjukkan padanya.Tetapi nyatanya tidak ada."Apa semua ini karena wanita jalang itu kau jadi seperti ini? Lily Orlantha?" tanya Olivia geram.Max mengeraskan rahangnya. "Ini tidak ada hubungannya dengan siapapun dan-""Tapi kau tidak pernah seperti ini sebelumnya!" jerit Oliv

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 134

    "Nona..."Lily membuka kedua matanya yang masih basah oleh linangan air mata. Suara sesenggukan masih keluar dari mulutnya kemudian dia melihat Inda berdiri di sampingnya begitu dekat."Nona tidak apa-apa?" tanya Inda begitu khawatir. "Kenapa Nona berteriak dan menangis?"Lily mengerjapkan mata berulang kali, masih mencoba mencerna apa yang telah terjadi barusan.Kemudian dia menyadari kalau dia sehabis bermimpi bertemu ayahnya.Lily semakin terisak. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil menangis tersedu-sedu.Inda melihat itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Butiran kristal ikut turut meluncur membasahi baju Lily. Hatinya ikut sedih melihat Lily yang begitu sakit dan kecewa. Apalagi terdengar suara lirih yang bersamaan dengan suara tangisan itu."Ayah... ayah..."Inda tahu betapa kecewanya Lily terhadap kenyataan yang kemarin dia dapatkan.Perkataan saja mungkin tidak akan didengar oleh Lily, jadi Inda memilih untuk diam saja sembari memeluk tubuh Lily yang rin

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 133

    Pagi-pagi sekali, Inda datang setelah mengantar Arsan ke sekolah untuk dititipkan.Dia sudah mendengar kabar dari Finley soal keadaan Lily, jadi dia ingin menjenguknya sepagi mungkin.Dan disinilah dia sekarang, menatap Lily yang juga sudah bangun tapi tatapannya masih kosong mengarah ke luar melalui jendela.Hati Inda merasa sakit, melihat Lily luka yang belum mengering dengan wajah begitu pucat.Inda meletakkan tasnya di atas meja lalu menarik kursi, mencoba memulai obrolan."Nona, saya sudah ada di sini," lirihnya sambil memegang punggung tangan Lily.Tapi tidak ada respon apapun dari Lily.Inda menghela napasnya panjang. Sepertinya fakta soal dia merupakan putri kandung Kenneth benar-benar menghantam mentalnya.Hidupnya memang penuh dengan kejutan.Selang dua jam.Vina datang untuk kembali menjenguk Lily.Dia datang langsung duduk di atas kursi dan bertanya pada Inda, "Dia sudah makan?"Saat ini Lily sudah kembali tertidur karena efek obat yang dikonsumsinya.Inda menggeleng pelan

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 132

    Dengan tergagap Max menjawab, "I-iya, saya suaminya."Perawat itu tersenyum lalu mulai merobek kemasan berisi jarum suntik baru. "Dokter sudah meresepkan untuk istri Anda beberapa obat, salah satunya obat tidur melalui suntikan.""Baik, Sus."Setelah itu perawat memberi suntikan pada Lily lewat jarum infus. Tak butuh lama, perawat sudah selesai lalu mengemas barangnya dan berpamitan pergi.Fernita juga masih ada di dalam ruangan, bedanya dia terduduk di atas sofa."Sebaiknya ibu pulang dulu saja," ujar Max tanpa mengalihkan pandangannya dari Lily."Tapi-"Brak!!Ucapan Fernita terpotong oleh suara pintu yang dibuka dengan keras.Fernita terkejut begitupun dengan Max.Seseorang yang membuka pintu dengan keras itu adalah Finley.Dia menatap Max dengan tajam lalu berjalan cepat ke arahnya dan melayangkan tinju ke wajah Max yang tidak sempat untuk menghindar. Alhasil, tubuhnya tersungkur di atas lantai."Max!!" jerit Fernita karena terkejut."Brengsek kau!" umpat Finley penuh amarah dan m

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 131

    Lily melihat Max menggeser tubuhnya, tak lama dari itu Fernita terlihat muncul dan menatap Lily dengan tatapan canggung.Setelahnya pintu tertutup, mereka berdua saling bertatapan sebelum akhirnya berjalan mendekat ke arah Lily.Sedang Lily menatap mereka dengan mengernyit. Saat Lily hendak bangun, Fernita segera berkata, "Berbaring saja, tidak perlu bangun... kau kan lagi sakit."Lily tidak jadi bangun, malah menatap aneh pada Fernita yang sikapnya tiba-tiba berubah.Apa barusan dia mendengar Fernita berkata lembut padanya?Pasti sesuatu telah terjadi padanya."Apa kau sudah baikan?" tanya Fernita lembut namun matanya tak berani langsung menatap ke arah Lily.Bukannya menjawab, Lily malah menoleh ke arah Max yang membuang muka.Sebenarnya ada apa dengan anak dan ibu di depannya ini?"Saya sudah baikan, Nyonya. Kalau tidak ada Max yang menyelamatkan saya, pasti saya sudah mati mengenaskan di tengah hutan sana." Lily sudah mendengar kalau Max menyelamatkan dirinya meski pergelangan k

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 130

    Lily mendengarkan cerita Wina dengan seksama.Seketika pikirannya menjadi kosong dan juga bingung dengan kenyataan yang baru saja diterimanya.Melihat ekspresi itu, Wina segera berujar, "Mama tahu kamu pasti terkejut dengan semua ini karena fakta ini datang secara tiba-tiba. Tapi Mama memang sudah tidak sabar untuk kembali bersatu denganmu, Nak..." Setetes air mata membasahi pipi Wina. Tangannya membelai lembut puncak rambut Lily untuk pertama kalinya. Terdapat sorot mata sendu yang tersirat. Maklum saja, dia sudah menahan kesedihan selama bertahun-tahun dan telah menganggap putri satu-satunya itu telah meninggal."Mama?" lirih Lily bergumam.Kedua matanya mulai berkaca-kaca dan tenggorokannya tercekat. Selama ini Lily hanya mengetahui kalau ibunya telah meninggal sejak dia berusia sepuluh tahun.Siapa sangka sekarang dia kembali memiliki ibu namun dengan fakta yang berbeda.Tetesan air mata mulai menetes perlahan ke pipinya yang putih pucat. Fakta yang mengejutkan itu segera mengh

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 129

    Keesokan harinya.Lily mulai tersadar dan ingatannya sebelum pingsan perlahan menghantam benaknya yang masih lemah.Tetesan air mata membasahi pipinya. Bukan karena kesedihan melainkan karena terharu dia masih diberi kesempatan untuk tetap hidup meski kedua kakinya telah patah dan pergelangan tangannya mengalami luka berat.Tadi dokter berkata jika dia telah kehilangan banyak darah hingga mendapat transfusi darah sebanyak tujuh kantong.Ditambah dia telah menjalani operasi patah tulang yang membuat tubuh Lily terasa lemas saat bangun.Jika tidak dibantu dengan suntikan pereda nyeri, pasti Lily akan berkali-kali pingsan karena merasakan kesakitan yang luar biasa.Saat ini Inda yang menemani Lily di rumah sakit. Dengan telaten Inda menyuapi Lily yang sudah diperbolehkan oleh dokter untuk makan.Selain itu, Inda juga terlihat sabar menangani kebutuhan Lily yang lain seperti buang air kecil dan buang air besar.Sesekali terlihat oleh Lily, Inda mengusap sudut matanya yang memerah dan juga

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 128

    Dua hari kemudian.Lily yang tadinya masih terbaring di atas ranjang dan belum sadar, kini mulai menampakkan kesadaran dengan menggerakkan jari-jari tangannya.Seorang perawat yang sedang menjenguknya pun terkejut lalu dia segera berlari keluar untuk memanggil seorang dokter.Lily membuka kedua matanya perlahan dan merasa seluruh badannya terasa sakit.Sorot lampu berwarna putih membuat matanya menyipit dan terasa sangat berat untuk dibuka.Tepat setelah itu seorang dokter membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan. Dia memasang stetoskop dan memeriksa keadaan Lily.Setelah memeriksa, dokter itu melepas stetoskopnya dan bertanya dengan pelan, "Nona Lily? Apa Anda bisa mendengar saya?" Mendengar itu, Lily hanya terdiam dengan kedua mata yang masih terasa berat untuk terbuka lebar. Entah mengapa tubuhnya terasa lemah dan dia tidak memiliki tenaga untuk menjawab. Terlebih ada alat bantu oksigen yang membuatnya kesusahan untuk menjawab."Anda bisa menjawab saya dengan anggukan kep

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 127

    Saat matahari akan terbit, Olivia yang baru saja menginjakkan kakinya ke apartemen memilih untuk menuju ke kamar mandi.Bau keringat yang bercampur dengan bau anyir darah membuatnya tak nyaman jika langsung menuju ke kasur untuk beristirahat.Setelah melepaskan semua pakaian, dia segera menuju ke bathtub yang sudah berisi air hangat dan juga sabun wangi aroma bunga-bunga.Untuk melepas rasa penat, dia mulai menenggelamkan diri ke air sabun dan menggosok badannya dengan perlahan.Terpikirkan dengan kerjaan Benny, Olivia pun mengambil ponsel yang dia letakkan di sisi bathtub.Olivia langsung menelepon Benny.Namun sudah beberapa saat Benny tak segera menjawab panggilannya.Mengabaikan Benny, Olivia meletakkan ponsel dan kembali menggosok tubuhnya.Sepuluh menit setelah itu, Olivia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe.Saat dia menyibak gorden, matahari sudah terbit dengan sempurna.Ini adalah saat yang tepat untuk merebahkan diri di atas kasur.Setelah mengganti bathrobe d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status