AS dan sekutunya gempar mendengarkan bahwa Presiden Larache yang merek dukung tewas dibunuh. Kini mereka sudah tahu bahwa Kermenchik akan jatuh menjadi negara kartel seperti negara Latin Amerika lainnya. Mereka dengan cepat meminta mata-mata mereka untuk segera mencari calon baru untuk menjadi negara boneka mereka. Jika tidak negara mereka jadi tidak aman berkat Kermenchik akan menjadi titik panas penyebaran mafia dan kartel.Herman kini berjalan di istana negara memenuhi panggilan Adler. Dipandu oleh sekretaris Adler dia memasuki kantor Adler. Dibuka pintu kantor Adler, terlihat Adler bersama beberapa mentri sedang berbicara.“Tuan-tuan, mari saya perkenalkan. Wakil presiden yang baru, Herman Friedrich Souer. Saya yakin Tuan Herman di sini orang yang handal dan cocok untuk posisi ini. Ditambah lagi dia seorang pengusaha handal, dia pasti bisa membantu kita dan mengarahkan pertumbuhan ekonomi kita.” Adler beranjak pergi dari mejanya dan memeluk Herman.Para mentri yang pro Adler berte
Hari sudah semakin sore, Ratha keluar dari kantor Herman di pelabuhan dan berniat untuk kembali menemui Lavrinda. Dia mendapatkan telepon dari Lavrinda.“Kamu ada di mana?” tanya Lavrinda.“Dalam perjalanan pulang.” Jawab Ratha.“Waktu untuk obatmu habis tinggal 2 jam. Cepat pulang,” balas Lavrinda.“Baik.” Ratha menjawab dan mematikan teleponnya.Mengingat hari ini mereka mau makan siang bersama. Ratha harus segera kembali menemui kekasihnya itu. Langit sudah berwarna kemerah-merahan. Segera diambilnya motor gedenya dari parkiran dan berangkat pulang ke rumahnya.Setelah setengah jam berlalu barulah Ratha sampai. Segera dipindainya kartu aksesnya di mesin pemindai lift dan menuju lantai rumah mereka berada. Pintu lift terbuka dan dia sampai di depan pintu apartemen mereka.Sebelum Ratha membuka pintu Lavrinda sudah membukanya dan memeluk dirinya. Layaknya kucing yang ingin bertemu dengan majikannya. “Aku pulang.”Lavrinda menuntunnya untuk duduk di ruang tamu. Setelah itu ia menyuruh
Maria menuju kantornya dan masih teringat jelas bahwa Ratha benar-benar meminta tolong padanya saat itu. Dia juga ingat dengan jelas bagaimana Ratha merebut hatinya begitu dia berusaha menolongnya melawan Herman.Tapi dia tahu dia tak bisa merebut kekasih putri tirinya itu begitu saja. Obat aneh yang dikonsumsi oleh Ratha sepertinya membuatnya lupa ingatan dan dikendalikan oleh Herman dan Lavrinda.“Nona Maria?” penjaga pintu berbicara dari luar.“Ada apa?” tanya Maria.“Ada perwakilan yang datang mau bertemu Anda.” Jawab penjaga itu.“Baiklah. Suruh dia masuk.” Pinta Maria dan menekan tombol buka kunci pintunya. Siapa sangka yang datang adalah Ratha.“Lho, ada apa kamu datang ke sini? Lavrinda tahu kamu datang ke sini?” tanya Maria.“Tidak, hari ini saya ke sini diam-diam dan juga belum mengambil obat saya.” Jawab Ratha. “Aku juga mengingatkan Anda untuk tidak ikut campur kalau berada di rumah. Karena nanti Lavinda bisa tahu kalau aku diam-diam sudah punya resistansi terhadap obat ba
“Agak berat ini Ratha. Papa bilang ada mafia baru dari Jepang ingin mencoba masuk ke negeri ini.” kata Lavrinda.“Tinggal kita eliminasi saja. Tidak ada masalah.” Jawab Ratha.“Kuharap bukan kamu yang disuruh Papa.” Gadis itu merangkul Ratha. “Aku berharap kamu hanya ekslusif menerima tugas dariku.”“Oke, kita sudah dari dokter. Sekarang kita harus ke mana?” tanya Agnes.“Mari kita melihat-lihat kota dan tempat tinggal calon musuh kita.” Jawab Lavrinda. “Ada di apartemen tempat orang asia berkumpul di pinggir pelabuhan.”“Anda tidak berencana untuk membunuh mereka semua kan?” tanya Agnes.“Tidak. Kita hanya mengingatkan bahwa di tempat ini kita yang berkuasa.” Jawab Lavrinda.Agnes mengemudikan kendaraan mereka menuju kompleks perumahan warga asia di dekat pelabuhan. Dia juga memanggil beberapa pengawalan tambahan dari polisi dan anggota mafia mereka. Lavrinda menelpon ayahnya soal rencananya dan Herman setuju. Dia juga memberikan pesan kalau bisa culik salah satu tokoh mereka untuk d
Setelah dari tempat eksekusi, mereka bertiga kembali. Lavrinda bersenandung kecil-kecilan dengan riang gembira. Ratha menanyainya, “Sepertinya kamu tampak bahagia sekali.”“Pastinya. Kita sudah mengirim pesan yang jelas kepada rival kartel kita.” Balasnya. “Sekarang tinggal tunggu kamu sembuh baru kamu dan Agnes menyusup kepada mereka dan menghancurkan kartel mereka.”“Atau kamu punya rencana lain Ratha?” tanya Lavrinda.“Kirim Agnes saja. Aku akan memandu Agnes,” jawab Ratha. “Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu Lavrinda.”“Hei,” tukas Agnes. “Outsourcing tugasmu kepadaku ya?”“Lalu bagaimana dengan permintaan saya Nona Lavrinda?” tanya Agnes.“Soal itu boleh-boleh saja. Asal kamu tidak cerita ke orang lain.” Jawab Lavrinda.“Kita menuju ke klub kalau begitu.” Kata Agnes.Tanpa banyak bicara mereka menuju klub. Mereka bertiga menuju kantor Lavrinda di sini dan mengunci pintunya. Lavrinda terlihat sedang membantu Agnes untuk meracik sesuatu minuman. Mereka sesekali tertawa dan berb
“Ini adalah daftar terduga mata-mata di negeri kita.” Adler menyerahkan sebuah berkas kepada Herman. “Kamu bisa menyusupkan nama musuhmu di sini.”“Terima kasih Adler.” Balas Herman dan membukanya. “Semua musuhmu ada di sini.”“Supaya tidak ada oposisi.” Adler membalas. “Bukannya lebih nyaman ketika kita memerintah nanti bila tidak ada oposisi.”“Apakah kita perlu memasukkan mafia-mafia baru dari luar yang ingin masuk ke Kermenchik? Aku lebih suka kalau ada pesaing. Tapi pasti akan merepotkan bagimu bila mereka nanti bisa merebut pengaruh masyarakat.” Herman berkata. “Untungnya Maria sudah aku nikahi. Jadinya dia tidak bisa melakukan apa-apa dan pendukungnya nurut kepadaku.”“Bolehkah aku menyusupkan Ratha ke kepolisian daerah? Kurasa bagus bila dia memimpin beberapa polisi dalam membersihkan pesaing.” Tanya Herman.“Masukkan lewat jalur akademi. Jangan terlalu mencolok, perbuatan kita masih diintai oleh para jurnalis luar negeri. Bila mereka tahu dan mendapati apa rencana kita, negar
Terasa sebuah kecupan hangat di dahinya. Ratha terbangun dan melihat wajah gadis manis di atas tubuhnya. Dielusnya rambut panjang putih halus gadis itu dan dipeluknya. “Tidur lagi yuk.”Lavrinda terasa senang dan menuruti permintaan Ratha. “Eh bukan, aku minta untuk dibersihin telingaku.”Pria tersebut memakai kaos polosnya dan segera menuju lemari untuk mengambil peralatan pembersih telinga. Dinyalakannya pendingin ruangan dan bersiap duduk di tepian kasur. Ditepuknya pahanya dan memberi isyarat bagi Lavrinda untuk meletakkan kepalanya.“Sebelah kiri dahulu.” Ujar Ratha.Ketika Lavrinda hendak berbaring, dia melihat sebuah tonjolan di celana Ratha. “Mmmm apa itu di celanamu?”“Namanya juga pria di pagi hari.” jawab Ratha.Lavrinda membuka celana Ratha dan mengintip. “Bagaimana aku buat kecil dahulu?”“Eh?” Ratha terkejut ketika tangan Lavrinda menjamah kemaluannya.“Selamat makan.” Lavrinda kemudian menyantap hidangan kesukaannya itu.Ratha mengerang keenakan dan tidak menghentikan t
Agnes membuka matanya dan melirik ke arah jam dindingnya. Masih jam lima pagi pikirnya, hari ini dia juga libur akibat Ratha dan Lavrinda sedang berada di laboratorium. Dia masih mengingat kejadian kemarin di mana dia bermain bertiga bersama Lavrinda.“Aaaaah. Aku jadi malu sendiri ingat kejadian kemarin.” Agnes membenamkan kepalanya di dalam kasurnya. Kakinya menendang-nendang kasurnya dengan tak teratur hingga rekan satu kamarnya Mai keheranan.“Nomer 4? Kamu baik-baik saja?” tanya Mai.Mengetahui itu suara rekannya, Agnes memfokuskan dirinya kembali. “Iya! Aku hanya terbentur kasur.”Ponselnya bergetar sekali lagi, ada pesan dari nomer yang tidak ia kenal mengajak untuk bertemu. Agnes memilih untuk tidak menjawabnya dan segera pergi mandi. Karena hari ini hari liburnya dia ingin berjalan-jalan sendirian.Selesai mandi dan menyiapkan perbekalan untuk jalan-jalan sendirian. Diapun berpamitan kepada nomer 5 untuk pergi. Dikendarainya motornya menuju hutan taman kota. Di sana terdapat
Melihat Ratha dan Agnes berhasil keluar dari laboratorium yang hancur. Herman mengambil radio komunikasinya dan menyuruh mereka berdua untuk ke arah helipad evakuasi. “Kalian berdua ke sini.”“Siap.” Balas Agnes dan menggendong Ratha yang terkapar.“Aku bisa berjalan sendiri.” Ratha menjatuhkan diri dari gendongan Agnes dan berusaha berdiri.“Tidak usah dipaksakan.” Kata Agnes, dia mengambil radio komunikasinya. “Ada yang bisa membantuku membawanya?”Para anggota medis laboratorium datang membawa tandu. Ratha dinaikkan ke atas sana dan mereka menuju helipad evakuasi. Di sana helikopter mereka bersiap untuk berangkat, Herman sedang berbicara dengan anak buahnya untuk mengatasi kejadian yang baru saja mereka buat.“Buat saja kalau ini bangunannya hancur karena ledakan bahan kimia. Jangan sampai pemerintah tahu. Presiden Adler juga jika bertanya apa yang terjadi jawab saja begitu.” Perintah Herman.“Baik.” jawab anak buahnya. Mereka kini menuju Kuba di mana di sana ada area rahasia perte
Hari ini Ratha diminta Herman untuk ke laboratorium. Ratha sudah tahu pasti ini berkaitan dengan virus yang ada di dalam dirinya. Setelah berpamitan kepada Lavrinda, dari rumahnya Ratha menuju ke provinsi sebelah tempat laboratorium berada.Perjalanan ke laboratorium itu panjang dan sunyi, memberikan Ratha banyak waktu untuk merenung. Ia tahu bahwa di dalam tubuhnya terdapat Virus Adam, sebuah virus awal yang akan mengendalikan virus mayat hidup yang sedang dikembangkan oleh Herman, bos organisasi tempat Ratha berada. Ratha telah menerima nasibnya untuk dijadikan percobaan bagi organisasinya, karena dia merasa berutang budi kepada mereka yang telah memberinya kehidupan yang bagus.Saat tiba di laboratorium, suasana di sana terasa mencekam. Ratha berjalan melalui koridor-koridor dingin yang diterangi oleh lampu neon, hingga akhirnya tiba di ruang operasi di mana Herman telah menunggunya.“Selamat datang, Ratha,” sambut Herman dengan senyum dingin. “Kami sudah siap untuk tahap berikutny
“Pikiranmu agak kosong, apa yang terjadi?” tanya Ratha saat Elaina menemuinya langsung.“Apakah ada kumbang di sekitar sini? Jika ia bisakah ke tempat yang steril?” balas wanita itu.“Di kantor yang ini tidak ada CCTV. Jadi aman saja.” jawab Ratha.Mereka duduk di meja yang dikelilingi oleh dinding kaca, pemandangan kota yang sibuk terlihat di luar. Sejenak, keduanya terdiam, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan yang sulit ini."Aku mendengar kabar tentang Lavrinda," Elaina memulai, matanya menatap lurus ke arah Ratha. "Selamat atas kehamilannya."Ratha terkejut sejenak, namun kemudian dia tersenyum tipis. "Terima kasih, Elaina. Aku tahu ini bukan kabar yang mudah untukmu."Elaina mengangguk, berusaha menahan gejolak emosi di dalam dirinya. "Aku senang untuk kalian berdua. Meski awalnya sulit, aku mencoba untuk menerima kenyataan ini.""Elaina, aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menghargai hubungan kita dulu. Apa yang terjadi antara kita tidak akan pernah aku
Elaina dan timnya bersiap untuk menyerang markas Jose. Semuanya sudah terkoordinasi, persiapan mereka sudah seperti rencana dan berjalan dengan mulus. Elaina meniup peluitnya dan memberikan aba-aba untuk menyerang secara bersamaan.Dari udara bantuan dari BKDN berupa helikopter penyerbu menembakkan tiga buah roket untuk menghancurkan gerbang markas kartel Jose. Kemudian mereka menembaki garasi Jose yang berisi mobil-mobil dimodifikasi dengan senapan mesin.“Ayo serbu! Kita balaskan dendam rekan organisasi kita yang telah dibunuh oleh kartel ini!” perintah Elaina.Pasukan darat bergerak cepat, memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh serangan udara. Elaina memimpin timnya dengan penuh percaya diri, gerakannya cepat dan pasti. Mereka memasuki kompleks markas melalui celah-celah yang ditinggalkan oleh roket. Dengan senapan di tangan, mereka maju melalui asap dan reruntuhan, mata mereka terfokus pada tujuan utama: menghancurkan kartel Jose.Pertempuran berlangsung sengit. Tembakan terd
“Pagi,” Ratha mematikan alaramnya dan memeluk tubuh Lavrinda. Dipeluknya erat dan diciumnya leher istrinya itu. Lavrinda tertawa kecil-kecilan dan menjadi agresif.“Kamu mau melakukannya? Aku ingin cepat hamil.” Lavrinda berkata.“He? Tidak, aku hanya ingin membangunkanmu.” Ratha membalas.“Tapi aku mau!” Lavrinda bangun dan menaiki tubuh Ratha.“Kalau kamu memaksa. Lakukan sesukamu, hari ini kita tidak ada jadwal hingga siang hari.” Ratha mengalah dan menuruti keinginan istrinya.“Siang hari ini kita ada acara makan siang bersama para pejabat negara ya. Mereka meminta informasi penting dari kita soal urusan organisasi kita.” Kata Lavrinda. “Masih ada waktu bagi kita untuk bermain.”Lavrinda mencium bibir Ratha dengan ganas. Pria tersebut terdiam dan membiarkan kekasihnya melakukan semuanya. Lavrinda mengambil obat perangsang dan meminumkannya secara paksa pada kekasihnya yang dicintai itu.“Jangan kasar-kasar.” Pinta Ratha.“Kamu sudah tahu jawabanku kan?” tanya Lavrinda. “Tentu saja
Elaina mempersiapkan barang-barangnya bersama Mai. Mai membantunya menaikkan peralatan ke dalam mobil van mereka. “Kehormatan bagiku bisa bertugas langsung bersama legenda organisasi."“Maaf karena aku menggunakan inisial nomormu, 05.” Tambahnya.“Ya, tidak apa-apa. Ke sini Mai, kita akan membuat rencananya dan mereview ulang rencananya.” Elaina menyuruh Mai untuk mendekat ke papan tulis putih yang ada di ruangan persenjataan ini.“Nama target kita Jose Luizzo beserta keluarganya. Sang ayah Jose, merupakan kartel rival kita di sini. Menggunakan anaknya sebagai kampanye anti narkoba dia kemudian menjual narkoba dilabeli obat sehat kepada masyarakat.” Kata Elaina.“Cukup menarik. Menipu masyarakat dahulu, lalu membunuh mereka perlahan dengan narkoba.” Kata Mai.“Biro Keamanan Dalam Negeri meminta bantuan organisasi kita untuk melenyapkannya. Karena kita sedang bekerja sama dengannya. Mereka menginginkan Jose hidup-hidup, tapi perintah dari Bos Herman kita adalah membunuhnya. Jadi bagaim
“Menikmati waktumu bersama Elaina?” tanya Lavrinda begitu suaminya masuk ke dalam rumah utamanya. Ratha melepaskan sepatunya dan menanggalkan jasnya di gantungan mantel.“Hmm, tidak. Aku lebih suka menghabiskan waktu bersamamu.” Jawab Ratha dan memeluk Lavrinda.Jawaban dari Ratha membuatnya senang. Gadis itu segera menyuruh kekasihnya untuk segera masuk. Dituntunnya kekasihnya itu ke ruang makan dan meminum teh bersama. Agnes bergabung dengan mereka.“Bos Herman memintamu untuk pergi ke laboratorium sebentar sebelum berangkat untuk mengurusi para pengganggu bersamaku.” Kata Agnes membuka pembicaraan.“Cek medis ya? Baiklah.” Balas Ratha. “Jadi agenda kita bertiga hari ini apa?”“Tidak ada, hanya mengerjakan tugas administrasi harian organisasi. Setelah itu kita bebas.” jawab Lavrinda. “Aku ingin kamu mengajariku menembak. Aku iri kepada Agnes bisa jadi sehebat itu dalam menembak.”“Kalau begitu kita bertiga ke lapangan tembak saja setelah bekerja.” Saran Ratha.“Ah ya ide bagus.” Bal
Mereka berdua berdansa diiringi lagu klasik. Kedua mantan kekasih tersebut beradu kelihaian dalam berdansa. Elaina tersenyum dan jatuh dalam pelukan Ratha. “Lavrinda dan Agnes saat ini masih pergi dalam waktu yang lama.”“Kamu mau keluar bersamaku untuk berjalan-jalan? Ini hari minggu, waktumu bersamaku seharian penuh.” Elaina bertanya.Ratha menatap lembut mata kekasih ketiganya itu. Dituntunnya mereka keluar dari ruang bawah tanah itu menuju kantornya lagi. “Sesampainya di atas kamu harus berpura-pura. Begitu juga denganku. Jika Herman memanggilku, itu pastinya ingatanku akan dihapus lagi. Gunakan kode itu lagi ya untuk membangkitkanku.”“Iya, aku tahu.” Elaina memeluk Ratha dengan erat sebelum mereka pergi dari ruang rahasia itu. Setelah keluar dari ruang rahasia, mereka bertindak seperti biasanya. Mereka berdua keluar dari gedung operasional organisasi mereka.Angin sepoi musim semi menerpa mereka. Jalanan lumayan sepi sore itu. Mereka berdua memilih berjalan kaki menuju taman di
“Perjanjiannya tidak begitu.” Ratha menggebrak meja di hadapannya. “Anda mau berkhianat kepada kami?”“1 Milyar nilai semua narkoba itu. Lalu kamu susah menjualnya? Tidak usah takut dengan kartel kacangan. Kita didukung oleh negara.” Tambah Ratha.“Maaf, kalau uang setorannya kurang. Ada seseorang yang menghambat kami.” jawab Diego. “Anak SMA di daerah kami pada berkumpul dan menolak narkoba.”“Baiklah. Akan aku beri waktu lagi. Sekarang pulang ke daerah.” Balas Ratha dan mengusir anak buahnya itu.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya. Kemudian mengunci dirinya di dalam kantornya setelah Diego pergi. Perasaannya tidak enak, ada sesuatu yang mengganjal tentang ingatannya.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya, pikirannya berkecamuk. Setelah Diego pergi, dia mengunci pintu dan duduk di kursi kerjanya, mencoba merangkai kepingan ingatannya yang terasa ganjil. Ada sesuatu tentang kelompok anak SMA yang menolak narkoba itu. Sesuatu yang membuatnya tidak tenang.Ratha mengh