Hai perkenalkan nama Aku Laras, saya seorang wanita biasa seperti yang lainnya. Tapi mungkin ada beberapa yang menarik dari kisah saya, yaitu kisah cinta ku.
Aneh tapi menarik buat ku untuk menceritakannya ke kalian, jadi aku Laras ayu Ningsih akan menceritakan keluh kesah dalam hidupku dalam kisahku.
Laras, itu nama yang orang tuaku berikan setelah lahir, Laras ayu Ningsih itu nama setelah Aku besar. Ya ada sedikit penambahan dalam namaku, tapi itu tidak mempengaruhi sikapku. Karna Aku tetap Aku
Damar, perkenalkan dia teman masa kecilku. Kami berteman dekat setelah kami bertemu saat sekolah dasar bersama, semenjak itu kami berteman sampai sekarang. Susah senang harus cerita satu sama lain, jika ada yang tidak cerita musuhan sampai salah satu dari kami mau menceritakan masalah yang belum di ceritakan
Banyu, dia pacarku. Ya bisa di bilang mantan pacarku, kenapa Aku bilang begitu? Dia sudah punya istri dan anehnya Aku masih mencintai dia sampai sekarang, susah memang tapi bagaimanapun harus tetap di paksa. Karna sesungguhnya mengikhlaskan itu tidak ada, hanya ada terpaksa lalu terbiasa
Ratih, ya dia istri mantan pacarku. Dia sebenarnya teman lamaku tapi karna suatu kejadian kami jadi sering mengabaikan satu sama lain dan tidak saling menyapa meski sering bertemu.
Tia, ouh dia mantan pacar dari mantan pacarku.ya bisa di bilang dia mantan kekasih Banyu yaps mantan pacarku juga. Dia orang pertama yang meluluhkan hati Banyu, dan karna ada masalah dan urusan tertentu Banyu dan Tia berpisah. Ya setelah itu aku dan Banyu menjadi sepasang kekasih.
Baiklah aku ingin mengajak kalian untuk tahu kisahku selanjutnya.
Hari Senin, tepat tanggal 2 April aku dan Banyu menjadi sepasang kekasih, dan tepat tanggal itu juga hari yang paling menyakitkan bagi ku. Hari dimana Aku ingin pergi sejauh-jauhnya dan menghilang begitu saja dari muka bumi.
Yah hari pernikahan Banyu yang sayangnya itu adalah hari dimana anniversary yang ke 1 tahun bagi hubungan Aku dan Banyu. Sangat menyakitkan tapi harus di lakukan.
Ini hari pertama masuk perguruan tinggi, ya Aku baru saja lulus SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Sekarang Aku lagi berada di lingkungan kampus, Yap tepat bersama Damar. Kenapa harus bersama Damar? Sebenarnya Damar yang ingin ikut satu perguruan tinggi bersamaku, jadi karna memilih kampus itu hal yang tidak di larang, jadi ya Aku biarkan saja Damar satu perguruan tinggi bersama saya. Toh kalo ada Damar lumayan bisa jadi penjaga Aku juga selama di kampus.
Kenapa Aku bilang Damar jadi penjaga Aku? Karna selama di kampus Damar bukannya belajar tapi yang ada dia malah memantau dan melihat segala gerak-gerik kelakuan Aku dan orang yang ada di sekitarku
Terdengar posesif? Mungkin sebagian orang menilainya sedikit posesif, tapi bagi Aku selagi tidak menggangu sesuatu yang Aku suka itu masih Aku anggap wajar.
Namanya juga temen waktu kecil, pasti ada lah masa-masa saat Aku terpuruk dan yang dia lakukan menghiburku. Tapi itu mustahil buat di lakukan, karna selama Aku terpuruk tidak ada seorangpun yang bisa memperbaiki keadaanku, terkecuali Aku sendiri.
Jadi mungkin karna sebab itu Damar sering menjagaku, dan melindungiku dari orang-orang yang mungkin membuat Aku terpuruk. Karna sekali Aku terpuruk hanya diri sendiri yang bisa memperbaikinya.
Laras terus melihat ke arah jam tangannya menunjuk pukul 16:00 WIB. Dan kembali melihat sekitaran kampus.
Kenapa masih ada di sekitaran kampus padahal sudah sore? Jawabanya hanya ada di Damar, salahkan saja kenapa waktu istirahat terus makan makanan yang pedas maka nya sampai sekarang terus bolak-balik ke WC kampus
Menyebalkan? Tentu, sangat menyebalkan. Padahal sudah Laras peringatkan jangan makan yang pedes saat istirahat tadi, tapi yang namanya Damar nggak ada yang namanya nurut yang ada hanya bantahan dan sekarang sukurin tau rasa sekarang bolak-balik ke WC jadinya.
“Sudah selesai.” Ucap Laras dengan nada sedikit acuh, dan terus melihat layar hp nya
“Sudah, kenapa tiba-tiba jadi cuek hm.” Ucap Damar sambil merangkul Laras
“Ish, jangan pegang-pegang kalo masih nggak mau nurut sama Laras.” Ucap Laras, lalu melepas rangkulan Damar dan berjalan menjauhi Damar
“Ish Laras maafin Damar ya.” Ucap Damar sambil terus memohon dan terus mengikuti Laras
Karena sudah muak dengan permohonan Damar, akhirnya Laras berhenti dan duduk di taman kampus sambil melihat ke arah Damar yang ingin menghampirinya dengan tatapan menusuk.
Damar pun menghampiri Laras dan duduk di sebelahnya lalu merangkul kembali Laras
“Maaf ya plis.” Ucap Damar lalu kembali memasang wajah memohonnya, tidak tau saja wajah itu begitu begitu muak jika di perlihatkan oleh Damar. Kalian belum tau saja, jika Damar sudah memasang wajah seperti itu bukan nya Laras kasihan, malah Laras akan menonjok atau menjauhkan muka Damar dari hadapannya.
Bukannya Laras tidak memiliki rasa iba, tapi kalo kalian liat sendiri Damar dengan muka memohon. Pasti kalian akan melakukan hal yang sama yang di lakukan Laras.
Bukannya rasa iba yang muncul, malah rasa jijik saat melihat muka Damar memelas seperti itu.
“Jijik tau nggak liat muka kamu kayak tadi.” Ucap Laras sambil menjauhkan muka Damar dengan telunjuknya. Seperti menjauhkan seonggok Sampah bukan? Ya memang kalo sudah berhadapan dengan muka memelas Damar Laras akan seperti itu. Terserah sang pemilik muka tersinggung atau tidak, yang pasti itulah yang Laras lakukan sekarang.“Ish padahal ini muka udah imut tau, kamu nya aja yang kayak gini.” Ucap Damar lalu membenarkan posisi duduknya di samping Laras“Memangnya tiap Damar keluarin muka kayak tadi Laras selalu iba? Nggak ya, jijik tau liat muka Damar kayak tadi.” Ucap Laras sambil kembali mengecek hp nya“Hm iya-iya Damar tau.” Ucap Damar sedikit nada sebal“Jangan ngambek, udah ayo pulang. Udah sore soalnya.” Ucap Laras sambil menunjukkan jam tangan yang menunjukkan pukul 16:30“Iya-iya nggak ngambek k
Ya bagaimana lagi, memang paras Laras bisa di bilang sangat cantik. Itu sebabnya banyak kakak senior mendekati Laras, pantas saja Damar sedikit posesif sekarang.“Syukurlah kalau tidak apa-apa, ouh iya. Kamu sendiri di sini?.” Tanya Banyu berusaha mencairkan suasana dan mencoba mencari topik obrolan.“Iya kak, saya sendiri.” Jawab Laras“Tidak minta di temani teman? Biasanya kalau cewek suka di temani sama temannya.” Ucap Banyu“Saya tidak punya teman cewek.” Ucap Laras to the points“Ouh begitu.” Ucap Banyu“Iya, baik kak. Makasih atas bantuannya tadi dan permisi, saya ada kelas sekarang.” Ucap Laras kemudian pergi meninggalkan Banyu sendirian di kantin“Ah baik, padahal saya belum tau nama kamu.” Ucap Banyu sedikit menyesal karena tidak mengetahui namany
Setelah selesai makan, Laras pun membersihkan bibirnya dengan tissue yang dia bawa sendiri dari rumah. Malu juga jika sehabis makan bibirnya ada bekas makanan kan kurang pantas di lihat.“Minta dong.” Ucap Damar“Ini.” Ucap Laras sambil memberikan tissue yang masih bersih, iyalah masih bersih ya kali bekas Laras di berikan ke Damar.“Makasih.” Ucap Damar lalu membersihkan bibirnyaBanyu yang melihat tingkah Laras dan Damar pun Cuma bisa berdehem dan berniat mencairkan suasana.“Eh kak, mau tissue juga?.” Tanya Damar baik-baik“Tidak terimakasih.” Ucap Banyu. Ya mungkin Banyu menolak karna dia k
“Ah sebenarnya bukan rumah, saya ngekos dan kos an nya ada di daerah ****.” Ucap Laras“Ouh ngekos, loh itu searah dengan rumah saya Laras.” Ucap Banyu“Eoh benarkah?.” Tanya Laras“Iya, Cuma beda beberapa blok dari kos an kamu.” Ucap Banyu“Eoh? Wah tapi itu kan daerah perumahan elit kak.” Ucap Laras“Sama saja rumah di sana, menurut saya tidak ada yang namanya rumah elit.“ Ucap Banyu“Eum.”“Jadi saya boleh kan antar kamu pulang?.” Tanya Banyu“Boleh kak kalau kakak tidak repot.” Ucap Laras“Baik, pulang nanti tunggu saya di parkiran, kakak permisi dulu ya. Habis ini ada pelajaran terakhir.” Ucap Banyu lalu berdiri dari duduknya“Eum iya kak.” Ucap Laras ikut bangu
Karena saat itu posisinya sepi tidak ada orang, maka Laras pun berinisiatif dan mempercepat langkahnya. Takutnya itu orang yang akan menjahati Laras, maka nya Laras segera mempercepat langkahnyaNamun semakin cepat langkah Laras, semakin cepat pula mobil itu mengikuti Laras. Ya Tuhan ini sangat menakutkan, bagaimana bisa dirinya dalam situasi se tegang ini. Bak di film-film yang di kejar orang jahat, seperti itulah situasinya.Setelah beberapa lama, karena posisinya Laras capek. Maka Laras pun menghentikan langkahnya sebentar, ntah sejak kapan pula mobil yang tadi mengejar tiba-tiba berada di depan Laras sekarang. Mengerikkan“Semoga saja itu bukan orang jahat.” Ucap Laras, sambil terus menetralkan nafas
“Nak, kamu itu cerdas dan teteh-teteh kamu juga cerdas, tapi sayang waktu teteh kamu ayah belum mampu membiayai mereka sampai kuliah. Dan sekarang giliran kamu, ayah ingin salah satu anak ayah bisa sukses dan membanggakan orang tua. Kalau ada yang mengejek kamu bahwa kamu anak petani bilang kepada mereka, saya bangga menjadi anak petani. Dan tunjukkan kepada mereka bahwa kamu anak seorang petani bisa sukses seperti anak lainnya.”Kata-kata itu terus saja Laras ingat, dan kadang Laras menangis saat nilainya turun. Laras merasa tidak berguna kuliah, setelah itu Laras mencoba belajar dan terus belajar supaya bisa mewujudkan impian ayah. Melihatnya menjadi seorang yang sukses dan membanggakan orangtuanya.Cita-cita Lara
"Eum iya mas, eh nggak papa kan aku panggil mas? Atau aku panggil sayang seperti yang lain?." Tanya Laras, sangat lucu. Nama panggilan saja harus tanya dulu ke Banyu."Terserah kamu aja sayang." Ucap Banyu lalu kembali mencium kening Laras"Eoh Laras panggil mas atau sayang saja ya." Ucap Laras sambil melihat ke arah Banyu"Iya sayang, yaudah ayo makan dulu. Semua makanan sudah siap." Ucap Banyu"Mas udah pesan makanannya?." Tanya Laras"Iya, yaudah ayo makan." Ucap Banyu"Ih mas, lain kali jangan asal pesan. kalo nggak di makan kan sayang mubazir." Ucap Laras"Astaga sayang, iya-iya nanti mas kalo ajak kamu jangan nggak kayak gini lagi deh." Ucap Banyu sambil mengusak rambut Laras"Ehehe makasih mas." Ucap Laras"Iya sayang, yaudah yuk makan."
Setelah sekitar 5 menit Laras menunggu, akhirnya ada sebuah mobil yang terparkir di depan kafe. Mungkin saja itu bosnya, kita liat saja.Saat sedang memperhatikan mobil tersebut, Laras seperti mengenal mobil itu. Tapi apakah benar itu Banyu? Ya mobil itu mirip sekali dengan mobil Banyu, tapi apakah mungkin dia pemilik kafe ini? Semoga sana itu bukan BanyuSetelah mobil itu terparkir, turunlah seorang lelaki tampan dengan setelan anak kuliahan."Itu Banyu, apakah dia hanya kebetulan mampir di kafe ini? Semoga saja iya. Kalau dia atasanku bagaimana?." Pikir LarasLaras berpura-pura tidak memperhatikan Banyu, tapi saat Banyu sampai kenapa kasir tadi menunjuk ke arah Laras? Apakah? Jangan-jangan benar Banyu bos dia nanti. Oh tidak, ini bisa kacau."Pagi." Ucap Banyu kepada kasir"Pagi juga, ouh iya bos ada yang melamar pekerjaa
"Dia pacar kamu?." Tanya ayah banyu"Iya pah." Ucap Banyu sambil merangkul Laras"Cantik, pantas kamu suka." Ucap ayah Banyu"Eh sini nak duduk." Ucap ibu Banyu"Iya tante." Ucap Laras"Mamah, panggil mamah saja hm." Ucap ibu Banyu, lalu merangkul karas dan duduk di ruang tamu bersama banyu, ibu dan ayah Banyu.Setelah beberapa waktu mereka berbincang-bincang, ibu Banyu pun mengajak Laras untuk memasak makan.Saat berada di dapur, Laras di tanyai masalah keluarganya. Tentang apa pekerjaan orang tua Laras, dan lainnya.Laras yang memang sangat jujur pun menjawab semua pertanyaan ibu Banyu, saat selesai masak. Tingkah dan sifat ibu Banyu seperti berubah kepada Laras, ntah kenapa.Saat akan pulang, Laras merasa sedikit agak aneh dengan tingkah dan sifat ibu Banyu, ingin bertanya kepada Banyu tapi takut di kira kurang suka sama ibunya. Maka Laras pun hanya diam saat perjalanan pulang.Saat sampai kos an, Laras pun seg
Laras yang menerima suapan dari banyu pun tersenyum senang, dia sangat perhatian. Beruntung sekali orang yang akan mendapatkan dia seutuhnya."Makasih mas." Ucap Laras, lalu kembali mengunyah makanan"Iya sayang." Ucap Banyu tersenyumSetelah menelan makanannya, Laras menatap mata Banyu dalam lalu tersenyum, dan memegang tangan Banyu.Banyu yang tangannya di pegang pun membalas pegangan Laras."Kenapa sayang hm, ada masalah?." Tanya BanyuSetelah pertanyaan itu, Laras menunduk mukanya."Hei kenapa hm." Ucap Banyu sambil mengangkat muka Laras."Mas, makasih untuk semuanya." Ucap Laras ambil melihat Banyu"Iya sayang, iya." Ucap Banyu"Bukan itu, makasih sudah hadir di hidup aku. Kalau nanti jodoh kamu bukan aku, aku beruntung bisa ketemu kamu." Ucap LarasBanyu yang mendengar perkataan Laras tadi terdiam, lalu melihat dalam mata Laras."Sayang, kenapa tiba-tiba bilang begitu? Ada masalah? Apa kamu rag
Di rumah Banyu. Sepulang dari restoran, Banyu langsung membersihkan badannya seperti biasa."Sayang, sini makan dulu." Ucap ibu Banyu yang sedang menyiapkan piring."Iya mah Sebentar." Ucap Banyu yang sedang menyisir rambutnya. Selesai menyisir rambut, Banyu pun segera turun dan berjalan ke ruang makan"Sini sayang." Ucap ibu BanyuLalu Banyu pun duduk di kursi dan melihat ibunya menaruh makanan di piringnya."Bagaimana keadaan restoran sekarang." Ucap ayah banyu"Baik pah." Ucap Banyu, setelah itu kembali memakan makanannya."Papah dengar ada sekertaris baru benar?." Tanya ayah Banyu"Iya, ada." Ucap Banyu lalu kembali makan"Sayang, mamah dengar kamu sedang dekat dengan sekertaris kamu? Benar?." Tanya ibu Banyu"Iya mah, dia pacar Banyu." Ucap Banyu"Jangan lupa kenalin dia ke mamah, mamah harus tau sikap dan etika dia." Ucap ibu Banyu"Iya, ini kenapa Banyu kaya di introgasi sih?." Selesai makan,
Mas, tapi aku belum kerja sama sekali hari ini." Ucap Laras"Nggak papa, ayo." Ucap Banyu, sambil mengulurkan tangannya"Heum yaudah, ayo mas." Ucap Laras lalu memegang tangan BanyuKe esokan harinya, Laras bersiap seperti biasa karena kuliahnya siang sekarang, Laras bersiap untuk kerja terlebih dahulu.Setelah bersiap, Laras menyiapkan perlengkapan untuk kuliah nanti karena saat selesai bekerja nanti Laras akan langsung berangkat kuliah dan agar tidak pulang lagi ke kos an nya."Pagi semuanya." Ucap Laras saat sampai di restoran"Pagi juga." Ucap sang kasir sambil kembali menyusun tempat kerjanya
Setelah sekitar 5 menit Laras menunggu, akhirnya ada sebuah mobil yang terparkir di depan kafe. Mungkin saja itu bosnya, kita liat saja.Saat sedang memperhatikan mobil tersebut, Laras seperti mengenal mobil itu. Tapi apakah benar itu Banyu? Ya mobil itu mirip sekali dengan mobil Banyu, tapi apakah mungkin dia pemilik kafe ini? Semoga sana itu bukan BanyuSetelah mobil itu terparkir, turunlah seorang lelaki tampan dengan setelan anak kuliahan."Itu Banyu, apakah dia hanya kebetulan mampir di kafe ini? Semoga saja iya. Kalau dia atasanku bagaimana?." Pikir LarasLaras berpura-pura tidak memperhatikan Banyu, tapi saat Banyu sampai kenapa kasir tadi menunjuk ke arah Laras? Apakah? Jangan-jangan benar Banyu bos dia nanti. Oh tidak, ini bisa kacau."Pagi." Ucap Banyu kepada kasir"Pagi juga, ouh iya bos ada yang melamar pekerjaa
"Eum iya mas, eh nggak papa kan aku panggil mas? Atau aku panggil sayang seperti yang lain?." Tanya Laras, sangat lucu. Nama panggilan saja harus tanya dulu ke Banyu."Terserah kamu aja sayang." Ucap Banyu lalu kembali mencium kening Laras"Eoh Laras panggil mas atau sayang saja ya." Ucap Laras sambil melihat ke arah Banyu"Iya sayang, yaudah ayo makan dulu. Semua makanan sudah siap." Ucap Banyu"Mas udah pesan makanannya?." Tanya Laras"Iya, yaudah ayo makan." Ucap Banyu"Ih mas, lain kali jangan asal pesan. kalo nggak di makan kan sayang mubazir." Ucap Laras"Astaga sayang, iya-iya nanti mas kalo ajak kamu jangan nggak kayak gini lagi deh." Ucap Banyu sambil mengusak rambut Laras"Ehehe makasih mas." Ucap Laras"Iya sayang, yaudah yuk makan."
“Nak, kamu itu cerdas dan teteh-teteh kamu juga cerdas, tapi sayang waktu teteh kamu ayah belum mampu membiayai mereka sampai kuliah. Dan sekarang giliran kamu, ayah ingin salah satu anak ayah bisa sukses dan membanggakan orang tua. Kalau ada yang mengejek kamu bahwa kamu anak petani bilang kepada mereka, saya bangga menjadi anak petani. Dan tunjukkan kepada mereka bahwa kamu anak seorang petani bisa sukses seperti anak lainnya.”Kata-kata itu terus saja Laras ingat, dan kadang Laras menangis saat nilainya turun. Laras merasa tidak berguna kuliah, setelah itu Laras mencoba belajar dan terus belajar supaya bisa mewujudkan impian ayah. Melihatnya menjadi seorang yang sukses dan membanggakan orangtuanya.Cita-cita Lara
Karena saat itu posisinya sepi tidak ada orang, maka Laras pun berinisiatif dan mempercepat langkahnya. Takutnya itu orang yang akan menjahati Laras, maka nya Laras segera mempercepat langkahnyaNamun semakin cepat langkah Laras, semakin cepat pula mobil itu mengikuti Laras. Ya Tuhan ini sangat menakutkan, bagaimana bisa dirinya dalam situasi se tegang ini. Bak di film-film yang di kejar orang jahat, seperti itulah situasinya.Setelah beberapa lama, karena posisinya Laras capek. Maka Laras pun menghentikan langkahnya sebentar, ntah sejak kapan pula mobil yang tadi mengejar tiba-tiba berada di depan Laras sekarang. Mengerikkan“Semoga saja itu bukan orang jahat.” Ucap Laras, sambil terus menetralkan nafas
“Ah sebenarnya bukan rumah, saya ngekos dan kos an nya ada di daerah ****.” Ucap Laras“Ouh ngekos, loh itu searah dengan rumah saya Laras.” Ucap Banyu“Eoh benarkah?.” Tanya Laras“Iya, Cuma beda beberapa blok dari kos an kamu.” Ucap Banyu“Eoh? Wah tapi itu kan daerah perumahan elit kak.” Ucap Laras“Sama saja rumah di sana, menurut saya tidak ada yang namanya rumah elit.“ Ucap Banyu“Eum.”“Jadi saya boleh kan antar kamu pulang?.” Tanya Banyu“Boleh kak kalau kakak tidak repot.” Ucap Laras“Baik, pulang nanti tunggu saya di parkiran, kakak permisi dulu ya. Habis ini ada pelajaran terakhir.” Ucap Banyu lalu berdiri dari duduknya“Eum iya kak.” Ucap Laras ikut bangu