“Memangnya kenapa? Aku bertanya padamu, kamu maunya bagaimana?” ucap Nyonya Setya.“Kamu sepertinya ingin sekali berpisah denganku ya?” balas sang suami, lelaki itu mulai bersikap manipulatif. Nyonya Setya memutarbola matanya malas, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.“Aku rasa percuma ya kita bicara, kamu tidak paham topik pembahasan kita,” ujar Ibu Harris. Perempuan itu lantas berjalan menjauh suaminya.. Baru beberapa langkah Nyonya Setya berjalan nyatanya tangannya ditarik oleh lelaki paruh baya itu, refleks ia membalikkan tubuhnya. Kini pasangan yang sudah menikah selama 30 tahun itu saling berhadapan, wajah mereka sama tegangnya.“Aku mau kembali ke kamar, Mas,” kata Nyonya Setya seraya melepaskan cengkraman tangan suaminya.“Kita belum selesai bicara!”“Tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan karena kamu bersikap seperti ini,” sahut perempuan paruh baya itu.“Aku? Bukannya kamu yang bersikap menjengkelkan?” sambung Tuan Setya, ia memulai pertengkaran lagi.“Kamu bilang aku
Lelaki paruh baya itu tampak bingung ketika data yang dilihatnya tadi tiba hilang dan website-nya tidak dapat diakses lagi.“Kenapa bisa begini,” gerutunya. Ia mencoba masuk ke database perusahaan lagi, ia mengulangi hingga beberapa kali. Namun hasilnya tetap nihil. “Ini pasti kerjaan Harris,” ujarnya, ia mendengus kesal.Tuan Besar itu lantas bangun dari kursinya dan berjalan menuju pintu, ia membukanya dengan kasar. Dengan langkah tegap ia berjalan menuju ke ruang kerja Harris yang ada di lantai dua. “Menganggu saja urusan orang tua,” gumamnya.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pria paruh baya itu membuka pintu kerja anaknya dan menghidupkan lampu. Nyatanya ruangan berukuran 4x4 meter itu kosong, tak ada Harris di sana. Semua perangkat komputer pun mati.“Pasti dia mengakses dari kamar tidurnya,” batin pria beruban itu. Tuan Besar itu kemudian berpindah tempat, ia menuju ke kamar Harris dan Anin. Padahal kenyataannya Harris sedang ada di luar, lelaki muda itu sedang bertanya kep
“Kamu memanfaatkan kebaikanku, Mas,” gerutu Anin, wajahnya berubah menjadi cemberut. Harris tertawa melihat ekspresi Anin, usahanya untuk menjahili Anin berhasil. Kedatangan Anin dan apa yang dilakukan perempuan itu mampu membuat dirinya lebih rileks.“Terima kasih sayang sudah menghiburku,” kata Harris, ia mengacak rambut Anin gemas.“Sama-sama, Mas. Ayo kita masuk ke dalam,” ajak Anin namun Harris menolaknya, lelaki itu masih ingin berada di dalam mobilnya.“Kita di sini saja, sayang,” tolak Harris.“Aku mau masuk ke dalam, aku tidak mau di sini lama-lama. Takuut,” ujar Anin, ia bergegas keluar. Sekali lagi Harris tertawa karena reaksi polos Anin, ia tahu maksud kata takut yang diucapkan oleh Anin adalah takut pada dirinya yang sewaktu-waktu bisa menjadi ‘liar’Harris kemudian menyusul Anin, ia keluar dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam rumah melalui taman samping. Salah satu tujuannya adalah melihat apa yang dilakukan ayahnya di dalam ruang kerjanya.Sayang, niat Harris tida
“Kenapa Ibu bisa seyakin itu? Bisa saja ayah pergi bersama temannya atau rekanan bisnisnya, Bu,” timpal Harris.“Memang benar, teman wanitanya,” sahut sang Ibu, Anin hanya menundukkan kepalanya. Ia tahu mengapa Ibu Harris sangat yakin akan hal itu karena Anin melihatnya secara langsung, di toko perhiasan.Pembicaraan tentang Tuan Setya terhenti karena asisten rumah tangga mereka memberitahu jika ada makanan pesanannya sudah datang. Ketiganya pun segera bergerak menuju ruang makan. Dilihatnya dua asisten lainnya sedang menata meja makan.“Kita makan sama-smaa, mbok. Ayo semuanya duduk sini,” ajak Nyonya Besar itu pada seluruh pegawainya. “Harris, panggil kedua supir dan security kita,” imbuhnya. Harris segera melaksanakan apa yang ibunya perintahkan. Moment ini benar-benar jarang terjadi.Kini semua orang sudah berkumpul di meja makan, mereka menikmati makanan yang sama dengan apa yang dimakan oleh majikannya. Suasana makan malam tersebut penuh kehangatan dan canda tawa. Mereka bisa me
“Kamu bilang apa tadi, Ris?” ujar lelaki paruh baya itu pada anaknya.“Aku tidak bilangapapun,” jawab Harris. Sebenarnya ia bisa saja mengulangi perkataannya namun mengingat hari sudah larut malam dan semua orang sudah beristirahat maka ia tak ingin memperpanjang masalahnya.“Jaga ucapanmu,” sambuh Tuan Besar itu, ia lantas meneruskan langkah masuk ke dalam kamar.“Dia menyuruhku menjaga ucapanku sedangkan dia tak menjaga sikapnya,” batin Harris, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan kesal. Suasana hatinya berubah secepat itu, semua karena ayahnya. Harris segera merebahkan dirinya di sofa yang empuk, tubuhnya lelah begitu pula dengan pikirannya. Tak perlu menunggu lama ia langsung tertidur.Ketika Harris sudah tertidur pulas, tiba-tiba saja Anin bangun. Ia mendapati lelaki itu tidur tanpa menggunakan selimut. Ia lantas turun dari ranjangnya, mengambil selimut yang biasa dipakai Harris kemudian menyelimuti pria yang dicintainya itu.Anin tak kembali naik ke ranajng melainkan pergi
“Aku lupa Mas apakah semalam aku bertemu dengan ayah atau tidak,” jawab Anin, ia berbohong kepada Harris.“Jadi kamu tidak tahu apa yang dilakukan ayah ketika malam hari?” tanya Harris lagi, ia menginginkan kepastian jawaban namun Anin tak merespon pertanyaan Harris, berpura-pura tidur. “Yasudah kalau begitu, kamu lanjut tidur saja,sayang,” ucap lelaki itu seraya mencium kepala Anin.Harris kemudian turun dari ranjang, ia emalkukan peregangan sebentar sebelum perg ke kamar mandi untu membersihkan diri. Begitu terdengar suara air shower, Anin membuka matanya. Ia menyudahi akting tidurnya.Ia merasa bersalah karena membohongi lelaki yang amat baik dan mencintainya sepenuh hati. Anin tampaknya terlalu malu untuk mengatakan jika ia ketahuan menguping dan juga memberitahu Harris tentang pertengkaran orang tuanya semalam.“Maaf ya Mas,” lirih Anin. Detik selanjutnya Anin menolehkan kepalanya ketika sang putra menangis, ia segera meraih Bhima, memeluk dan menenangkan bayi laki-laki itu. “Kam
“Benar Mas, kabel remnya terputus,” jawab supir tersebut.“Berarti ada yang ingin mencelakai anakku?”Semuanya diam tak merespon pertanyaan Nyonya Besar itu, meski tak ada yang berbicara namun mereka satu pemikiran. Bahwa ada yang melakukan sabotase terkecuali satu orang.“Kemarin bawa mobilnya masih aman ‘kan, Mas?” tanya si penjaga rumah. Harris menganggukkan kepalanya. “Mungkin bukan disengaja tetapi kabelnya saja yang sudah rusak.”“Untuk memastikannya mari kita lihat cctv,” ujar salah satu supir. Mereka lantas memeriksa video cctv sejak kedatangan Harris di rumah sore itu hingga pagi ini. Tak ada yang mencurigakan, tak ada yang mendekati mobil Harris yang ada justru sore hari kemarin dia dan Anin berada di dalam mobil tersebut.“Kamu sama Anin ngapain ada di sana, Ris?” tanya sang Ibu penasaran.“Harris sedang membicarakan masalah kantor tiba-tiba Anin datang dan ikut bergabung denganku,” jawab Harris. “Ibu jangan memikirkan hal yang tidak-tidak,” imbuhnya. Semua orang tertawa me
“Setuju Bu,” ujar perempuan itu antusias. Sang mertua kemudian mulai menjelaskan secara detail apa yang akan perlu mereka persiapkan agar surprise yang mereka berjalan lancar.Ketika Anin bertanya tentang menu makanan yang akan mereka bawa, Nyonya Besar itu berkata jika dia akan memasak makanan kesukaan Harris. “Kamu tidak usah membantu Ibu, urus saja Bhima. Tadi pagi Harris bilang kalau Bhima rewel ya?”“Biasa Bu, dia tiba-tiba saja rewel tetapi semuanya baik kok,” timpal Anin. “Ibu sungguh tidak mau Anin bantu?”“Tidak usah,” ulang wanita paruh baya tersebut. Ponsel Anin dan Nyonya Setya bunyi berbarengan, sebuah pesan datang dari Harris. Lelaki itu menepati janjinya untuk memberikan kabar pada Ibu dan juga kekasih hatinya.“Syukurlah, mereka sampai kantor dengan selamat,” ucap Nyonya Setya bahagia. Hal yang sama juga dirasakan oleh Anin, pria yang dicintainya itu memberikan kabar dan tak lupa emotikon hati berwarna merah jambu yang selalu mengakhiri kalimatnya.“Yasudah kalau begit