Dengan mencurahkan seluruh kekuatan sihirnya, ia mampu mengambil banyak dari energi kehidupan alam di sekitar. Sosoknya pun berubah, dari tingkatan Elf petarung berkulit coklat matang, menjadi pria dengan kulit putih bersinar dengan mata terang dan tanduk biru cerah. Seolah ia adalah dewa, Dewa Alam. Meski begitu, kekuatannya memiliki resiko yang cukup tinggi. Selain menghancurkan alam, membuat tumbuhan layu, Alvaro tidak bisa berhenti menggunakan kekuatan itu sebelum kekuatannya sendiri benar-benar sudah terkuras habis.Yang itu berarti semakin lama ia bertarung dan menyerap energi alam dengan sendirinya, maka semakin lama pula lah ketika ia hendak kembali ke wujud aslinya.“Dengan niat membunuh. Bisa saja aku melakukan itu, membunuhmu. Tapi aku tidak mau membunuh lawan yang tidak punya kendali terhadap tubuhnya sendiri!” Pertarungan di antara mereka, saling menyerang dan bertahan secara bergantian. Tidak ada celah di antara mereka berdua. Earl pun terus mengayunkan pedang secara s
Rasanya hangat. Menyentuhnya membuat Halbert merasa tenang, aman dan damai. Perasaan yang sudah lama tak ia rasakan, saat ini ia sedang merasakannya.Bagi seorang Halbert, kehangatan itu hanya dimiliki oleh seorang wanita bernama Diana. Sebagaimana dengan pertemuan pertamanya dengan wanita itu, sudah terukir dengan sangat jelas. Membekas begitu dalam sampai tak bisa dilupakan. Hanya dalam sekali melihatnya saja, Halbert dibuat jatuh cinta. Akan tetapi, ia tak pernah mengungkapkan perasannya itu hingga akhirnya berakhir menjadi pengkhianatan yang membuat Halbert sendiri kecewa. “Sudah sejak lama aku memegang tangannya yang hangat,” gumam Halbert. Nyatanya ia hanya sedang melindur saja. Sebenarnya ia sedang terbaring di atas tetumpukan bunga, dan saat ketika ada seorang gadis hendak meletakkan setangkai bunga kepadanya, Halbert justru memegang tangannya. Sontak saja semua orang dibuat terkejut. Semua orang yang berpakaian sederhana itu terdiam melihat tangan mayat dapat bergerak. “
Wilayah pedesaan, sisa dari penduduk Kerajaan Timur yang bertempat. Terhitung puluhan warga menetap hanya untuk menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan tenang. Kebanyakan dari mereka yang selamat, adalah orang-orang yang sedari awal enggan bertarung. Mereka menanggalkan senjata, dan berubah dari waktu ke waktu. Sama halnya seperti gadis ini. Ia begitu ceria meski pemukimannya sedikit kurang layak. “Tuan, tuan, daripada menceritakannya aib Kerajaan ini. Bagaimana kalau menceritakan tentang dirimu saja?” tanya Rachel. “Tentang diriku? Baiklah, ini aku lakukan demi membalas kebaikanmu saja.” Sebenarnya Halbert hanya sekadar menguji orang ini saja.“Singkat cerita, aku adalah seorang kesatria yang kemudian dikhianati lalu mati terpenggal.” Sangat singkat sampai membuat Rachel terdiam membisu. Nampaknya Rachel tak tahu harus menjawab apa, setelah mendengarkan hal seserius itu.“Kau pasti kaget. Ya, itu wajar saja. Setelah mengatakan aku mati terpenggal, aku bisa dikatakan hidup.
Gadis desa yang hidup sendiri di rumah ini, terlihatnya sangat kesepian namun ia masih memiliki warga desa lainnya yang mau berkomunikasi. Itu saja sudah membuatnya tenang. Melihat gadis ini tidur dengan nyenyak, membuat Halbert mengambil kesempatan ini untuk segera pergi. “Tidak sopan jika aku terus berada di rumah seorang perempuan tanpa orang tuanya. Aku akan pergi dan melanjutkan peranku.”Begitu ia beranjak dari sana, hendak melangkah pergi namun gadis ini menahan tangannya. Seolah gadis itu tidak mau Halbert pergi darinya. “Gadis ini masih tidur 'kan? Apa dia bermimpi buruk?” pikir Halbert sembari dengan perlahan menyingkirkan tangan itu. Namun tidak bisa. Rachel memegang tangan Halbert dengan cukup kuat. Alhasil Halbert pun terdiam bingung.“Maaf, Nona Rachel. Bisa kau lepaskan tangan—”“Jangan. Jangan pergi. Kumohon.” Ia masih melindur dan mengatakan hal-hal itu dengan wajah sedih dan ketakutan. “Jangan pergi? Ternyata dia sedang bermimpi buruk ya. Ya ampun. Aku merasa ka
Sementara Halbert sedang bersama Rachel. Di sisi lain, di Kerajaan saat ini.Tulang belulang yang panjang dan besar. Tertanam di setiap bagian sendinya dalam keadaan berdiri melayang. Pedang besar yang ia pegang tampak akan menghunus pada sesuatu. Tapi itu hanya mengambang dan takkan bergerak selain aliran merah yang keluar dari lukanya. Raja Eadric, Raja di kerajaan Lidah Buaya atau biasa disebut sebagai kerajaan bagian barat telah tiada dengan cara yang cukup mengenaskan. Sosoknya yang jatuh mengambang terlihat seperti karya pahatan kelas atas. Terpoles dengan darah dan tulang, bau anyir membuat tertarik para serangga neraka. Sementara, di depannya terdapat seorang pria berpostur tinggi dan besar namun hanya setengahnya saja sebab sebagian dari tubuh pria itu telah mengasap hitam seakan terurai bagai bakteri jahat. Ia saat ini berdiri di hadapan banyak prajurit kelas tinggi, paladin. Mereka terhitung sangat kuat dan berada di tingkatan satu ke bawah dari Komandan Earl. Mereka sem
Berawal dari sebuah perintah, membuat semua kekacauan ini terjadi. Baik para penduduk biasa, prajurit maupun orang-orang penting, tak seorang pun selamat dari bencana. Prajurit elit sekalipun, bahkan Raja Eadric. Meskipun Raja Eadric sudah melemahkan Raja Dunia Bawah, ia tetap saja kalah. Kini mayatnya terpajang di ruang tahta. Namun di satu sisi, berkat Raja, sihir pengendalian jiwa tak lagi memengaruhi sebagian orang yang berhasil selamat. Walau pada akhirnya, mereka terbunuh karena melawan Raja Dunia Bawah. “Semua orang butuh waktu untuk beristirahat.” Pertemuan Halbert dengan Rachel di sebuah desa, sisa-sisa dari Kerajaan timur, tampaknya membuat Halbert tidak lagi kesepian. Walau sebenarnya ia tak berniat untuk terus berhubungan dengannya, namun akan tetapi perasaan rindu telah membelenggunya seolah enggan menjauhi Rachel. “Aku bernafsu. Balas dendam ini membuatku gila. Aku bernafsu untuk membalas dendam, dan berakhir seperti ini. Lalu siapa yang harus kubenci sekarang? Gast
Raja Eadric memerintahkan Earl sudah cukup lama, itu dimulai sebelum tugas Noah diselesaikan sebelumnya. Tugas yang berkaitan dengan Alvaro si Elf Petarung.Tapi tak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Kekacauan telah terjadi lebih cepat dari dugaan semua orang. “Kita harus memprioritaskan untuk menemukan Tuan Halbert Stanley kah? Jadi, Anda tahu bahwa beliau masih hidup?”“Sudah lama aku menduganya. Itu saat peperangan dengan Kerajaan tetangga. Terdapat reaksi sihir yang samar-samar aku rasakan itu miliknya.”“Kenapa Anda berpikir bahwa itu miliknya?”“Karena tidak ada lagi selain dia yang menggunakan ribuan musuh dengan ribuan pedang pula.”Ciri khas Halbert. Meski dirinya dijuluki sebagai penyihir jenius yang menguasai 5 elemental, ia tak pernah menggunakannya kecuali sihir yang mewujudkan pedang. Lantaran, sihir itu hanya membunuh musuh dan takkan merugikan bangunan benteng mereka sendiri. Pria yang penuh perhitungan. Karena selalu mementingkan keadaan sekitar untuk ke depan
Sejak kapan Rachel mulai menyadari asal penyakit hati Halbert?Adapun penyesalan yang membuat sesak di dada, ketika Rachel tahu penyebabnya, itulah mengapa sejak awal ia berpikir untuk segera menjauhi Halbert dari pria ini.Jika dipikir-pikir kembali, Rachel selama bertahun-tahun selalu mengintip setiap kegiatannya bersama dengan teman-temannya. Maka secara tak langsung, Rachel tahu siapa saja yang berkawan dengannya dan melakukan apa.Walau secara tidak detail, atau secara pastinya. Rachel tetap mengetahuinya. 'Dari sekian banyaknya sifatnya, aku tidak pernah tahu ada wajah seperti ini. Kebencian namun juga kesedihan, aku tahu ini bukan hal yang baik,' batin Rachel. Rachel, itulah nama gadis ini. Entah ia memiliki nama belakang atau tidak, hanya saja dirinya memiliki kenangan buruk. Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya dalam masa peperangan saudara, dirinya terus berkelana hingga tanpa sadar berasa dekat dengan wilayah bagian barat. Pernah terbesit dalam benaknya untuk segera
Aku Halbert Stanley. Sedari lahir, aku hidup sendiri. Entah siapa yang mengurusku saat masih bayi namun aku tahu siapa yang berada di sampingku sampai detik ini juga. Dia adalah Gaston Bruke. Kami berdua sama-sama tidak punya keluarga, hidup di antara tumpukan sampah di desa kecil yang sudah tak layak ditinggali manusia. Tetapi, kami berdua bisa hidup dengan bahagia. Saat perang kecil-kecilan datang, kami yang masih berusia belia justru merampas jatah perang. Beberapa pedang atau bahkan bahan makanan beku yang tertinggal akan kami ambil. Ketika ingat itu, aku jadi tersenyum dan merasa ingin kembali ke masa kecil meski dulu sangat buruk. Sekarang, aku di sini sebagai Halbert yang adalah mahluk undead. Aku adalah titisan Valkyrie, yang seharusnya bisa mengalahkan bencana dari awal. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Sementara yang kuingat hanyalah ingatan buruk saat Gaston membunuhku. Saat itu aku tidak menyangka itu akan terjadi padamu tapi sekarang aku mengerti. “Pemimpin Halber
Saat kepulan asap yang merupakan racun aktif, dan Halbert dibuat panik karenanya. Suara seorang dewi itu kembali didengarnya. Dewi itu berkata, “Janganlah takut. Baju perang akan menghalau segalanya, dan sayapnya dapat mengibaskan apa pun. Kau merasakan sakit karena aku membuatmu hidup sementara agar dapat menahan kekuatanku ini.” Dari kalimat itu ia akhirnya sadar, memang benar ia merasakan sakit tapi tidak lama setelah itu, racunnya menghilang sedikit demi sedikit. “Sayap? Kalau dipikir-pikir aku baru sadar kalau wujudku ini sangat berbeda,” tukas Halbert.Raja Dunia Bawah tertawa bahak-bahak, tampaknya ia berpikir bahwa titisan Valkyrie akan kalah. Tapi ia jelas salah. “Jangan tertawa sebelum tahu akhirnya akan bagaimana, hei, dasar bencana kurang ajar!” pekiknya selagi menunjuk ke arah Raja Dunia Bawah dengan tatapan kesal.Ia kemudian kembali berdiri tegak, mengenggam pedang besar namun terasa ringan di kedua tangan ini untuk menyerang sang bencana sekali lagi.“Hah? Dia masi
Pertarungan akhir telah dimulai! Halbert melancarkan sihir serangan yang berdampak cukup besar sampai membangunkan jiwa Gaston yang tertidur lelap. Dengan itu, Halbert mencoba untuk memperingatkan bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Gaston. Di samping itu, sihir serangan yang dilapisi tekad kuat pun membumbung tinggi. Raja Dunia Bawah kesulitan bereaksi lantaran kecepatan Halbert hampir menyerupai cahaya sehingga sulit diprediksi akan menyerang di bagian mana. Dengan tombak bercahaya sekaligus berselimutkan elemen petir tertancap di tubuh Gaston, sang Raja Dunia Bawah lah yang paling terkena dampak besar dari sihir serangan tersebut. Ia sempat tak sadarkan diri, namun sayang hanya berlaku beberapa detik saja. Setelah itu ia kembali terbangun. “Aku tidak akan lemah hanya karena serangan ini saja. Seharusnya kau tahu itu,” tutur sang Raja Dunia Bawah.“Aku tahu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menghabisimu dengan mudah begitu. Apalagi aku bukan orang yang suka berbelas ka
Raja Dunia Bawah lantas saling bertukar pandang. Kebencian dan amarah, saat itu Raja Dunia Bawah seakan sudah terdesak lebih awal. Ia merasa sesak saat melihat keberadaan Valkyrie di dalam dirinya. “Pria itu sampai ke tempat ini. Ck, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!”amuknya dengan gelisah.Amarah yang jelas terlihat itu membuat Halbert semakin ingin mempercepat serangannya sebagai awal mula. Rose dan Salamander hanya diam dan memperhatikan pria itu, sementara Halbert, ia benar-benar fokus pada musuhnya saja.“Mr. Undead tidak boleh diganggu 'kan? Aku yakin para bawahan yang diciptakan oleh bencana akan segera datang.”“Mereka akan segera datang? Bukankah mereka pergi lebih awal dari kita?”“Ya, kalau menurut Mr. Undead, mereka pergi saat tahu bahwa titisan Valkyrie dalam bahaya. Jadi mungkin, mereka sedang menikmati waktunya selagi bisa, dilakukan sebelum kembali ke majikan?”“Aku tidak yakin bahwa mereka sedang bersenang-senang.”“Aku juga berpikir begitu.”Entah apa maksud Ros
Halbert melirik ke segala arah. Sedang memastikan apakah musuh lain masih mengintai atau tidak. Ternyata ia sadar bahwa selama pertarungannya, para bawahan lain telah memperhatikan dirinya. Meskipun sadar ia tak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula di mata mereka, sekuat apa pun serangan fisik maupun sihir Halbert pada mereka, takkan pernah melukainya sama sekali. Mereka tidak tahu bahwa Penyihir Api Hitam telah benar-benar tewas di tangan Halbert dengan mudah. “Kenapa kau mau melawannya saja? Padahal dengan bertelportasi, kita bisa kabur,” ujar Salamander.“Jika aku kabur mereka akan mengejar. Jangan lupa kalau mereka termasuk ke dalam penyihir gelap tak peduli wujud aslinya seperti apa.”“Kau benar.”“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu kalau intinya ada di dada?” tanya Rose penasaran. “Padahal aku tidak tahu di mana itu.”“Aku selalu memotong tubuhnya menjadi dua dari pinggang. Kadang juga di lehernya tapi tak merasa sudah membunuhnya. Begitu tahu dia hanyalah Batu magma api, maka satu ha
Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi
“Kita terus memutarinya karena memang mustahil lari ya?” Rose bergumam.“Dia memang anak yang sulit diperhitungkan. Di samping dia kehabisan waktu, dia merasa ingin mengalahkan lawannya sebagai bahan uji coba,” sahut Salamander.Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Itu adalah makna dari sebuah api. Setiap api memiliki suhunya masing-masing. Api itu menakutkan dan sekalinya tersambar maka habis sudah. Mati dengan cara tersiksa begitu takkan membuat orang senang. Sihir api, sihir yang cocok untuk para bawahan Raja Dunia Bawah. Sihir api ini pun membuat Halbert kewalahan. Alhasil dirinya kembali disambar oleh api hitam yang terlihat begitu mengerikan. Namun di sana, dirinya sama sekali tidak berteriak justru berusaha untuk memadamkan, tapi tak perduli seberapa keras usahanya dalam mencoba untuk memadamkan api jahat ini, api ini tidak kunjung padam justru semakin membesar seiring waktu berjalan. Kenyataan yang mengerikan. Benar apa kata Halbert sendiri, ia sulit dilawan dan apa pun
Penyihir Api Hitam yang seharusnya takkan bisa bangkit kembali, justru ia kembali terbangun dengan keadaan tanpa luka. Semuanya pulih seakan ia tidak pernah terluka sebelum ini. Kejanggalan itu membuat Halbert tertegun, tanpa bisa mengatakan apa-apa. “Kenapa? Kaget ya?” Sementara ia seperti sedang mengejek dirinya. “Kau ...kenapa bisa bangun lagi? Seharusnya kau sudah tidak mampu.”“Coba tebak saja.”“Mana sudi aku menebak apalagi harus melawanmu. Aku sudah banyak dijahit, takkan aku merugikan diriku sendiri,“ tukas Halbert.“Ho, ternyata kau ingin secepatnya menyerah? Jangan harap!”Tidak hanya itu, kecepatannya semakin bertambah, sulit untuk mengikutinya dengan kedua mata. Halbert hanya bisa berfokus untuk bertahan sekalipun sampai harus terdorong mundur ke belakang akibat serangan barusan. “Sepertinya dia bukan manusia sungguhan. Tapi apa ya? Hm, aku merasa aneh dengan musuhnya Mr. Undead,” gumam Rose. Ia diam memperhatikan pertarungan antara Halbert dan Penyihir Api Hitam itu.
Rose berjalan dengan pelan, mendekati Halbert yang sedang beristirahat sekarang. Halbert menatapnya tajam, sebab ia merasa tak nyaman dengan keberadaan seorang wanita di dekatnya.“Kenapa dengan tatapanmu itu?” Rose bertanya selagi ia duduk di dekatnya dengan memeluk kedua kaki. Ia juga tersenyum. Halbert menyahut, “Kau baru dari mana saja? Aku sempat merasakan hal aneh.” Ia balas bertanya sembari menunjuk ke bawah leher. “Hal aneh? Hal aneh apa yang kau rasakan, Mr. Undead?” “Tandanya sempat tergores sesuatu. Tapi setelah itu tidak lagi. Kadangkala aku merasakan rasa sakit di tempat yang sama. Ini pasti berkaitan denganmu. Apa yang kau lakukan sampai nyawamu terancam?” Kembali Halbert bertanya. Rose mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit seakan merindukan suatu hal yang besar. Lantas wanita itu pun menjawab, “Aku sempat mati.”“Apa?”“Iya. Sempat mati,” jawabnya sambil menghadap wajah Halbert. Rose menjelaskan kejadian yang telah terjadi padanya dan beberapa orang yang meng