Kerajaan Lidah Buaya. Mungkin terdengar seram, namun raja yang memimpin kerajaan ini tidaklah seseram nama kerajaan itu sendiri. Pria tua yang sudah berusia lanjut, dengan mahkota di kepalanya adalah tanda ia adalah seorang raja. Raja Eadric.
Kerajaan yang dikenal oleh Halbert sebagai seorang kesatria, kerajaan itu dikenal sangat damai dan tentram. Tidak ada musuh manusia yang berani melawan kerajaan Lidah Buaya. Sekalipun ada, maka raja akan memilih untuk bernegosiasi ketimbang harus berperang dan membuang nyawa sia-sia.
'Perang bukanlah tipikal Yang Mulia Raja. Apa yang sebenarnya terjadi pada kerajaan ini selagi aku tidak ada?' batin Halbert merasa syok. Ia mengepalkan kedua tangannya begitu erat saking merasa tidak nyamannya dengan berita perang ini.
“Perang akan semakin dekat, maka dari itu aku minta kalian semua untuk segera bersiap-siap. Jika kalian para pria ingin maju berperang demi membela keadilan maka ikutlah kami untuk memenangkan perang nanti!” seru Richardson, membuat semua para pria semakin bersemangat.
'Richardson, kau ...!' Batiniah Halbert terasa berat untuk mengatakan sesuatu, rasa sesak di dada membuatnya teringat akan kematian.
Richardson, adalah Ahli Pemanah. Ialah salah satu bagian dari kelompok Pedang Raja. Salah satu target Halbert yang ingin membalaskan dendam kematiannya ini.
Amarah yang bersulut membuat mata Halbert menatap benci pada pria tersebut. Antara dendam dan perang, di kedua pilihan itu ia akan kesulitan untuk memprioritaskan yang mana yang lebih dulu.
“Hei, ada apa denganmu?” tanya pemuda desa yang masih ada di dekatnya saat ini.
“Oh!” Halbert tersentak. Lantas memadamkan api amarahnya, dan kemudian menatap pemuda itu.
“Tidak. Aku hanya berpikir, kerajaan akan selamanya damai,” ujar Halbert dan melirik Richardson lagi.
“Hm ...ya, mau bagaimana lagi. Kerajaan ini sudah cukup lama berdiri dengan damai. Tapi kalau tiba-tiba berperang begini, bukankah kerajaan kita akan kalah?” pikirnya.
“Sudah sangat jarang banyak prajurit yang mengayunkan pedang untuk melawan manusia. Dan yang kau pikirkan benar,” balas Halbert.
Perang ini ada untung dan ruginya. Di mata seluruh penduduk maupun prajurit kerajaan adalah sebuah keuntungan yang mana mereka akan melihat Pedang Raja. Tapi di satu sisi lain, terdapat kerugian di mata seseorang yang benar-benar mengerti keadaan kerajaan di sini.
“Orang yang dulu mahir berpedang, lalu tidak lagi menggenggam pedang selama era kedamaian. Namun sekarang berperang, pasti orang itu akan dianggap amatiran.”
“Kita berpikiran hal yang sama. Paling-paling yang diuntungkan hanya Pedang Raja yang seringkali melawan mahluk dengan senjata di tangan mereka,” sahut pemuda desa dengan sedikit berbisik.
Halbert semakin resah. Ia jadi kesulitan bergerak saat tahu ada masalah sebesar ini. Karenanya, Halbert menunda sebentar keinginannya tuk berbalas dendam, dan ingin membuat suatu rencana guna menghentikan perang ini jikalau dirinya bisa.
“Tuan Richardson! Saya ingin bertanya sesuatu!”
“Oh, apa itu?”
“Perang ini ...akan kalian menangkan bukan? Kalian akan membawa kembali anak-anak dan istri-istri kami, iya?”
“Tentu saja!”
Peperangan yang mungkin didasari oleh suatu masalah di antara mereka. Penculikan, pembunuhan hingga mengakibatkan peperangan.
“Kalian semua sudah mengetahui ini dariku. Maka bersiap-siaplah. Pemimpin kami, Gaston Bruke akan selalu bersama dengan kalian!”
“Ya!!!”
***
Pembicaraan itu tidak disangka akan memakan banyak waktu seperti ini.
Richardson si Ahli Pemanah kemudian pergi meninggalkan kedai usai memberitakan peperangan yang akan datang. Dan lagi banyak orang mulai sibuk membicarakan peperangan itu sendiri, mereka terlalu bersemangat.
“Walau Halbert tidak ada. Kita masih punya Gaston. Anak itu juga kuat sama seperti Halbert bukan?”
“Iya, benar!”
Gaston Bruke ternyata sudah menjadi pemimpin kelompok Pedang Raja. Untuk sesaat Halbert menyunggingkan senyum di balik kain hitam yang membebatnya.
“Hei, apa kamu tahu Halbert Stanley?” tanya si pemuda desa.
“Halbert Stanley? Bukankah dia adalah pria yang hebat? Kudengar begitu,” jawab Halbert.
“Iya, begitulah. Tapi sayang sekali dia sudah lama tiada. Jujur saja aku sangat merindukannya.”
“Begitu.”
Entah bagaimana ia bisa menjawabnya sebagai orang asing sementara pembahasannya adalah mengenai Halbert sendiri.
“Oh iya, aku belum mengenalmu. Bolehkah kita perkenalan? Oh, sebelum itu —”
Pemuda desa tampak berantusias terhadap Halbert, Halbert sendiri pun kebingungan mendapati pria ini sampai sebegininya.
“Hei! Kemari!” Pemuda tersebut memanggil pelayan untuk datang. Ia memesan makan dan minuman untuk dua orang.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pesanan sudah sampai. Pemuda desa tersebut lantas menoleh dan berkata, “Aku sudah memesankannya dengan cepat. Jadi ...,”
Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya sebab Halbert sudah menghilang di tempat duduknya.
“Ha? Ke mana dia?”
Halbert tidak punya banyak waktu lagi. Ia lekas pergi dan membuntuti Richardson secara diam-diam. Ia tetap membaur di antara banyaknya orang-orang sampai ketika masuk ke kota kerajaan.
Tempat di mana kalangan atas, bangsawan tinggal.
“Kota kerajaan tidak berubah. Aturannya masih sama sebelum aku meninggal ya.”
Terdapat aturan tertentu untuk masuk ke kota kerajaan. Terutama jika penduduk desa biasanya akan diperbolehkan masuk apabila sedang berdagang atau memiliki urusan tertentu dengan seseorang yang ada di sana.
Tentu saja rumah Halbert juga ada, namun Halbert tidak tertarik untuk kembali ke rumahnya saat ini.
“Kau! Sedang apa berdiri saja di sana?” tanya salah seorang prajurit yang berjaga di gerbang utama.
Halbert tidak menjawab, justru berjalan santai mendekati gerbang utama.
“Hei! Berhenti sekarang juga!”
Ctak!
Halbert menjentikkan jari dan dalam sekejap keberadaannya tidak terlihat di mata prajurit yang sedang berjaga. Halbert membuat dirinya menyatu dengan warna sekitar sehingga takkan ada seorang pun yang sadar kecuali seorang yang memiliki sihir kuat yang setara dengannya.
Mudah bagi Halbert menyelinap ke kota kerajaan, hanya saja ia perlu memastikan waktu yang sekarang serta apa saja informasi yang tidak Halbert ketahui selama ini.
“Selain perang, lalu musuhku hanya Richardson saja yang aku temui sekarang. Oh itu dia!”
Kembali ia fokus pada tujuan pastinya. Selagi memastikan kebenaran tentang perang itu. Ia terus mengikuti langkah Richardson dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan.
“Perang sebentar lagi. Rencana Gaston akan mencapai puncaknya nanti. Ha, sungguh mendebarkan.”
Tidak ada ruginya Halbert susah-susah mengikuti selagi menahan diri agar tidak langsung menyerang orang itu dengan gegabah.
Halbert terdiam dengan amarah, tepat setelah mendengar perkataan Richardson barusan.
'Rencana Gaston 'kah?' batin Halbert.
Berpikir bahwa Gaston membunuhnya dan alasan mengapa perang akan segera terjadi kemungkinan adalah sebuah rencana besar, Halbert pun memutuskan untuk tetap melanjutkan ajang balas dendam di tengah peperangan itu nantinya.
'Nyali kalian bagus juga. Aku sudah tidak sabar melihat wajah kaget kalian saat melihat diriku di sini.' Halbert membatin sekali lagi.
Masa perang akan dimulai. Kerajaan Lidah Buaya yang dikenal akan kedamaian dalam buas telah menyatakan perang pada kerajaan tetangga, musuh. Banyak orang bertanya, sejak kapan ini dimulai? Sejak kapan kata "perang", mulai muncul di atas daratan? Jawabannya hanya satu, semua ini karena suatu insiden yang masih belum jelas terlihat. Adapun kebanyakan orang berkata bahwa ini semua bermula dari penculikan, serta pembunuhan yang dilakukan diam-diam oleh kerajaan musuh. Tetapi buktinya masih sebagai buah bibir, tidak ada bukti secara fisik juga sulit memperkirakan bahwa kata-kata itu benar atau tidaknya. Kerajaan Lidah Buaya, sekalipun cinta kedamaian mereka tetaplah buas. Dahulu kala, mereka yang paling unggul saat perang dunia. Persis seperti namanya, akan memakan bila terancam. Dan perang yang terjadi adalah sebuah hasil dari ungkapan tersebut. Raja ke-4— Eadric yang memimpin pun mengikuti ungkapan para leluhurnya hingga saat ini dan menerapkannya secara tidak langsung. Tetapi sekara
Kerajaan Lidah Buaya tak disangka mendapat serangan lebih awal. Sergapan langsung ke gudang makanan yang tampaknya dilakukan oleh penyusup. Namun karena ledakan itu membuat Komandan Earl teralihkan dari gerbang utama, sehingga pasukan musuh pun datang bertepatan dengan penyusupan Halbert ke dalam istana sukses. Alih-alih akan menyerang dari belakang, tapi ternyata meledakkan gudang makanan adalah cara untuk membuat komandan Earl teralihkan dari gerbang utama sehingga gerbang utama sekarang pun diporak-porandakan. Dalam lima jam, peperangan telah pecah dari gerbang utama atau bagian depan secara frontal tanpa mengenal ampun. Adapun garis pertahanan yang rapuh tetap bertahan dalam kesakitan. Sementara kota atau desa-desa yang berada di luar kota kerajaan tampak sudah dibakar. Terlihat dari kejauhan bara api yang merajalela seperti matahari telah terbit membuat komandang terkejut.“Cih, kenapa di saat seperti ini Pedang Raja tidak ikut turun tangan?! Apa yang mereka lakukan di saat gen
Ledakan di gudang makanan adalah sebuah peringatan besar. Tanda penyusup yang telah dikenali, pun membuat Komandan Earl turun tangan langsung dan menanganinya. Namun ternyata ledakan tersebut hanyalah sebuah pengalihan untuk membuat pasukan musuh dapat menyerang lebih baik dari depan gerbang utama. Tepatnya setelah semua kota atau desa yang berada jauh dari kota kerajaan, hampir seluruhnya dihabisi. Entah bagaimana keadaan para penduduk, terutama para pria yang nekat untuk ikut. Sementara di saat yang sama. Setelah 5 jam berlalu, Halbert menyelinap masuk ke dalam istana. Di sana ia mendapati sang raja dengan kelompok Pedang Raja yang memiliki anggota baru mereka—Noah. Setelah pertemuan guna merencanakan sesuatu demi kemajuan perang, para anggota kelompok Pedang Raja berpisah. Halbert memutuskan untuk membuntuti Richardson si Ahli Pemanah. Entah apa yang sebenarnya direncanakan, namun Halbert memiliki firasat buruk jika membiarkan keseluruhan anggota Pedang Raja berkumpul dan melak
Noah berkata dirinya ingin keadilan selalu menang, namun itu tidak lebih berharga dari nyawa. Tentu saja semua orang akan berpikir begitu, tapi menurut Halbert jika melihat posisi Noah, baginya mudah saja mengatakan fakta pembunuhan Richardson pada semua orang terutama sang raja. Tapi entah kenapa Noah memilih untuk bungkam. “Hei, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan.”“Oh, apa itu?”“Kenapa kamu memilih bungkam?”“Aku ingin bungkam saja. Karena dari auramu, kamu sungguh kuat tidak biasa. Kamu seperti orang yang aku kagumi, tapi sayangnya dia sudah tidak ada.”“Jangan bilang kau tahu siapa diriku?” pikir Halbert. “Mana mungkin. Dan lagi pula aku tidak benar-benar menyamakanmu dengan orang yang aku kagumi. Jujur saja kamu dengannya itu berbanding terbalik.”“Oh, benarkah begitu?”“Ya. Sekarang aku sudah berjanji akan tetap bungkam bahwa aku melihat pembunuh Tuan Richardson. Sebagai gantinya aku tidak kehilangan nyawa. Tapi apa boleh aku mengajukan pertanyaan padamu?” tanya Noah. “Kit
Peperangan telah lama dimulai, dan telah berlangsung selama satu hari penuh. Ketika fajar kembali datang, menerbitkan matahari yang terang dari arah timur, semua pasukan musuh yang terhitung tidak sedikit telah binasa dalam genggaman Halbert.Tidak ada siapa pun yang tahu. Bahwa puluhan lingkaran sihir terus mengeluarkan ratusan senjata fisik tuk menyerang pasukan musuh. Tidak ada siapa pun yang tahu. Siapa yang yang membuat perangkap semacam itu, bahkan mungkin mereka tidak akan sadar akan lingkaran sihir tersebut. Sebab, begitu semuanya terbangun secara bersamaan, semua pasukan musuh telah dihabisi bahkan tanpa mendapatkan kesempatan untuk mendekati gerbang utama yang sudah kebobolan. “Ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Begitu bangun, semuanya sudah ditumbangkan. Ternyata komandan Earl jauh lebih hebat dari rumor rupanya!”“YA!!! SUNGGUH HEBAT, KOMANDAN EARL!” seru mereka semua. Bersorak untuk kemenangan instan. Sementara orang yang dikira menglahkan mereka semua, hanya bis
“Maaf menyela, Komandan. Saya pikir, setelah melihat kebenaran di balik peti, saya memiliki pemikiran yang sama dengan Anda.”“Pemikiran kita rupanya sama ya.”Rasanya hari ini menganggur. Tidak ada pekerjaan lain selain memperkuat kembali dinding pertahanan. Selagi mencoba untuk mencerna situasi yang telah terjadi saat ini. Di samping itu, terdapat Komandan Earl dengan prajurit muda saling berbincang satu sama lain mengenai topik yang sama. “Setelah kita tidak sengaja melihat isi peti yang kosong itu, kita tidak berniat untuk memberitahukannya, kau tahu kenapa, nak?” Earl sengaja mengajukan pertanyaan yang diharap akan dijawab oleh prajurit muda itu. “Anda berpikir ada yang salah dengan kematian Tuan Stanley. Awalnya kita memang diperlihatkan jasadnya dengan kepala terkoyak, ada bekas gigitan monster besar yang diduga Raja Undead.”Earl mengangukkan kepala selama berulang kali. Lantas prajurit muda itu kembali bicara, “Tetapi, ketika ingin dimakamkan, secara tidak sengaja kita be
Bertemu dengan Yang Mulia Raja di kamar beliau sendiri, sungguh membuat hati Halbert terasa tidak nyaman. Sedikit gugup dan gelisah, tatkala ia tak tahu harus berkata apa setelah menundukkan kepala sebagai tanda hormat. “Apa yang terjadi? Dan kau siapa? Ada apa di luar sana?” Raja Eadric nampak mulai panik. Terlihat sangat jelas ia tidak tahu mengenai apa-apa. “Jelaskan padaku!” Ia berteriak, menyuruh Halbert menjelaskan semuanya. “Baik, Yang Mulia Raja. Saya Prajurit bawahan Komandan Earl. Datang kemari untuk menerima perintah kelanjutan peperangan yang telah terjadi.”“Apa katamu? Perang?” Kembali sang raja bertanya dengan tidak mempercayai. “Baik. 3 hari yang lalu, Anda mendeklarasikan perang dengan Kerajaan tetangga. Setelahnya kami mendapat serangan dadakan sebagai pengalih agar Komandan Earl tidak berada di garis depan. Siasat mereka berjalan lancar dan kemudian menghancurkan kami semua.”“Keadaan yang sekarang. Berapa kornannua?”“0 penduduk, 50 prajurit amatiran.”“Terlalu
Di hadapan Yang Mulia Raja Eadric, Halbert jadi tak kuasa menahan keraguan yang ada di dalam dirinya. Ia menyamar sebagai Prajurit bawahan Komandan Earl pun agar tidak dicurigai, ditambah saat menjelaskan semua yang telah terjadi. Namun masalahnya, Raja Eadric terlalu peka. Ia langsung tahu siapa orang yang menghadapinya sekarang. Tak lain dan tak bukan adalah Halbert Stanley. Halbert akui dalam hati, bahwa Raja Eadric sungguh luar biasa. Namun apa pun yang terjadi, Halbert merasa tidak perlu memberitahukan keadaannya yang sekarang ini. Ia selalu menyangkal, meski pada akhirnya semakin membuat diri sendiri gugup tak karuan. “Kau terlihat sangat lega, Halbert.”“Saya sudah bilang, bahwa saya bukanlah beliau. Lagi pula beliau sudah lama meninggal, Anda lebih baik merelakannya saja. Yang Mulia,” ucap Halbert berpura-pura tenang. Tapi tidak dengan kaki yang sedikit gemetar tanda takut jika ketahuan. 'Sepertinya tidak mudah membuatmu mengakuinya. Ya?' batin Sang Raja. “Baiklah, seseor
Aku Halbert Stanley. Sedari lahir, aku hidup sendiri. Entah siapa yang mengurusku saat masih bayi namun aku tahu siapa yang berada di sampingku sampai detik ini juga. Dia adalah Gaston Bruke. Kami berdua sama-sama tidak punya keluarga, hidup di antara tumpukan sampah di desa kecil yang sudah tak layak ditinggali manusia. Tetapi, kami berdua bisa hidup dengan bahagia. Saat perang kecil-kecilan datang, kami yang masih berusia belia justru merampas jatah perang. Beberapa pedang atau bahkan bahan makanan beku yang tertinggal akan kami ambil. Ketika ingat itu, aku jadi tersenyum dan merasa ingin kembali ke masa kecil meski dulu sangat buruk. Sekarang, aku di sini sebagai Halbert yang adalah mahluk undead. Aku adalah titisan Valkyrie, yang seharusnya bisa mengalahkan bencana dari awal. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Sementara yang kuingat hanyalah ingatan buruk saat Gaston membunuhku. Saat itu aku tidak menyangka itu akan terjadi padamu tapi sekarang aku mengerti. “Pemimpin Halber
Saat kepulan asap yang merupakan racun aktif, dan Halbert dibuat panik karenanya. Suara seorang dewi itu kembali didengarnya. Dewi itu berkata, “Janganlah takut. Baju perang akan menghalau segalanya, dan sayapnya dapat mengibaskan apa pun. Kau merasakan sakit karena aku membuatmu hidup sementara agar dapat menahan kekuatanku ini.” Dari kalimat itu ia akhirnya sadar, memang benar ia merasakan sakit tapi tidak lama setelah itu, racunnya menghilang sedikit demi sedikit. “Sayap? Kalau dipikir-pikir aku baru sadar kalau wujudku ini sangat berbeda,” tukas Halbert.Raja Dunia Bawah tertawa bahak-bahak, tampaknya ia berpikir bahwa titisan Valkyrie akan kalah. Tapi ia jelas salah. “Jangan tertawa sebelum tahu akhirnya akan bagaimana, hei, dasar bencana kurang ajar!” pekiknya selagi menunjuk ke arah Raja Dunia Bawah dengan tatapan kesal.Ia kemudian kembali berdiri tegak, mengenggam pedang besar namun terasa ringan di kedua tangan ini untuk menyerang sang bencana sekali lagi.“Hah? Dia masi
Pertarungan akhir telah dimulai! Halbert melancarkan sihir serangan yang berdampak cukup besar sampai membangunkan jiwa Gaston yang tertidur lelap. Dengan itu, Halbert mencoba untuk memperingatkan bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Gaston. Di samping itu, sihir serangan yang dilapisi tekad kuat pun membumbung tinggi. Raja Dunia Bawah kesulitan bereaksi lantaran kecepatan Halbert hampir menyerupai cahaya sehingga sulit diprediksi akan menyerang di bagian mana. Dengan tombak bercahaya sekaligus berselimutkan elemen petir tertancap di tubuh Gaston, sang Raja Dunia Bawah lah yang paling terkena dampak besar dari sihir serangan tersebut. Ia sempat tak sadarkan diri, namun sayang hanya berlaku beberapa detik saja. Setelah itu ia kembali terbangun. “Aku tidak akan lemah hanya karena serangan ini saja. Seharusnya kau tahu itu,” tutur sang Raja Dunia Bawah.“Aku tahu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menghabisimu dengan mudah begitu. Apalagi aku bukan orang yang suka berbelas ka
Raja Dunia Bawah lantas saling bertukar pandang. Kebencian dan amarah, saat itu Raja Dunia Bawah seakan sudah terdesak lebih awal. Ia merasa sesak saat melihat keberadaan Valkyrie di dalam dirinya. “Pria itu sampai ke tempat ini. Ck, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!”amuknya dengan gelisah.Amarah yang jelas terlihat itu membuat Halbert semakin ingin mempercepat serangannya sebagai awal mula. Rose dan Salamander hanya diam dan memperhatikan pria itu, sementara Halbert, ia benar-benar fokus pada musuhnya saja.“Mr. Undead tidak boleh diganggu 'kan? Aku yakin para bawahan yang diciptakan oleh bencana akan segera datang.”“Mereka akan segera datang? Bukankah mereka pergi lebih awal dari kita?”“Ya, kalau menurut Mr. Undead, mereka pergi saat tahu bahwa titisan Valkyrie dalam bahaya. Jadi mungkin, mereka sedang menikmati waktunya selagi bisa, dilakukan sebelum kembali ke majikan?”“Aku tidak yakin bahwa mereka sedang bersenang-senang.”“Aku juga berpikir begitu.”Entah apa maksud Ros
Halbert melirik ke segala arah. Sedang memastikan apakah musuh lain masih mengintai atau tidak. Ternyata ia sadar bahwa selama pertarungannya, para bawahan lain telah memperhatikan dirinya. Meskipun sadar ia tak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula di mata mereka, sekuat apa pun serangan fisik maupun sihir Halbert pada mereka, takkan pernah melukainya sama sekali. Mereka tidak tahu bahwa Penyihir Api Hitam telah benar-benar tewas di tangan Halbert dengan mudah. “Kenapa kau mau melawannya saja? Padahal dengan bertelportasi, kita bisa kabur,” ujar Salamander.“Jika aku kabur mereka akan mengejar. Jangan lupa kalau mereka termasuk ke dalam penyihir gelap tak peduli wujud aslinya seperti apa.”“Kau benar.”“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu kalau intinya ada di dada?” tanya Rose penasaran. “Padahal aku tidak tahu di mana itu.”“Aku selalu memotong tubuhnya menjadi dua dari pinggang. Kadang juga di lehernya tapi tak merasa sudah membunuhnya. Begitu tahu dia hanyalah Batu magma api, maka satu ha
Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi
“Kita terus memutarinya karena memang mustahil lari ya?” Rose bergumam.“Dia memang anak yang sulit diperhitungkan. Di samping dia kehabisan waktu, dia merasa ingin mengalahkan lawannya sebagai bahan uji coba,” sahut Salamander.Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Itu adalah makna dari sebuah api. Setiap api memiliki suhunya masing-masing. Api itu menakutkan dan sekalinya tersambar maka habis sudah. Mati dengan cara tersiksa begitu takkan membuat orang senang. Sihir api, sihir yang cocok untuk para bawahan Raja Dunia Bawah. Sihir api ini pun membuat Halbert kewalahan. Alhasil dirinya kembali disambar oleh api hitam yang terlihat begitu mengerikan. Namun di sana, dirinya sama sekali tidak berteriak justru berusaha untuk memadamkan, tapi tak perduli seberapa keras usahanya dalam mencoba untuk memadamkan api jahat ini, api ini tidak kunjung padam justru semakin membesar seiring waktu berjalan. Kenyataan yang mengerikan. Benar apa kata Halbert sendiri, ia sulit dilawan dan apa pun
Penyihir Api Hitam yang seharusnya takkan bisa bangkit kembali, justru ia kembali terbangun dengan keadaan tanpa luka. Semuanya pulih seakan ia tidak pernah terluka sebelum ini. Kejanggalan itu membuat Halbert tertegun, tanpa bisa mengatakan apa-apa. “Kenapa? Kaget ya?” Sementara ia seperti sedang mengejek dirinya. “Kau ...kenapa bisa bangun lagi? Seharusnya kau sudah tidak mampu.”“Coba tebak saja.”“Mana sudi aku menebak apalagi harus melawanmu. Aku sudah banyak dijahit, takkan aku merugikan diriku sendiri,“ tukas Halbert.“Ho, ternyata kau ingin secepatnya menyerah? Jangan harap!”Tidak hanya itu, kecepatannya semakin bertambah, sulit untuk mengikutinya dengan kedua mata. Halbert hanya bisa berfokus untuk bertahan sekalipun sampai harus terdorong mundur ke belakang akibat serangan barusan. “Sepertinya dia bukan manusia sungguhan. Tapi apa ya? Hm, aku merasa aneh dengan musuhnya Mr. Undead,” gumam Rose. Ia diam memperhatikan pertarungan antara Halbert dan Penyihir Api Hitam itu.
Rose berjalan dengan pelan, mendekati Halbert yang sedang beristirahat sekarang. Halbert menatapnya tajam, sebab ia merasa tak nyaman dengan keberadaan seorang wanita di dekatnya.“Kenapa dengan tatapanmu itu?” Rose bertanya selagi ia duduk di dekatnya dengan memeluk kedua kaki. Ia juga tersenyum. Halbert menyahut, “Kau baru dari mana saja? Aku sempat merasakan hal aneh.” Ia balas bertanya sembari menunjuk ke bawah leher. “Hal aneh? Hal aneh apa yang kau rasakan, Mr. Undead?” “Tandanya sempat tergores sesuatu. Tapi setelah itu tidak lagi. Kadangkala aku merasakan rasa sakit di tempat yang sama. Ini pasti berkaitan denganmu. Apa yang kau lakukan sampai nyawamu terancam?” Kembali Halbert bertanya. Rose mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit seakan merindukan suatu hal yang besar. Lantas wanita itu pun menjawab, “Aku sempat mati.”“Apa?”“Iya. Sempat mati,” jawabnya sambil menghadap wajah Halbert. Rose menjelaskan kejadian yang telah terjadi padanya dan beberapa orang yang meng