Share

Bab 121. Pertemuan

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-04-13 14:08:55

Tak pernah ia bayangkan akan melihat Yama, seorang penguasa di negara Matahari, seorang pewaris kerajaan, pria keras kepala itu, menangis seperti anak kecil yang kehilangan arah.

“Yama…” Frans menaruh handuk di tepi ranjang, lalu perlahan duduk di sebelahnya. “Kamu tidak bisa begini terus.”

Yama tak menjawab. Ia hanya memejamkan mata, dan suara seraknya terdengar.

“Dia pasti benci aku, Frans… Ratu pun memandang rendah diriku. Semua ini… hancur. Tapi, aku begitu merindukannya.”

Frans mengusap wajahnya kasar, menahan perasaan yang mulai campur aduk. “Kamu pikir aku nggak marah saat tahu Meisya menjebak kalian? Aku frustrasi karena Ratu melarangku bergerak, tapi... aku masih bisa lihat, kamu belum sepenuhnya gagal. Masih ada kesempatan.”

“Kesempatan?” Yama mendongak dengan mata memerah. “Dea nggak

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 122. Aku merindukanmu.

    Nafasnya tercekat. Ia berusaha bangkit, tapi pergelangan tangannya masih terikat lemah oleh sutra biru yang menggantung di sisi tempat tidur. Ia menyentak tubuhnya, dan Yama—yang duduk tak jauh di sisi ranjang—langsung menghampiri, menindih tubuhnya perlahan.“Aku merindukanmu, Dea...”Suaranya dalam, nyaris seperti rintihan. Kedua tangan Dea ditahan di atas kepalanya.Namun bukan rindu yang membuat Dea luluh—melainkan kemarahan yang seketika naik ke ubun-ubun.“Demi apa?! Tubuhku?!” serunya tajam, mata membara. “Kau merindukan tubuhku, Yama?”Yama tercekat. Ia ingin menjawab, ingin menjelaskan bahwa rindunya bukan sekadar hasrat. Tapi pikirannya sendiri bimbang—karena memang, dirinya pun tidak tahu bagaimana membedakan antara rindu pada tubuh dan rindu pada jiwa.Dia menyukai keduanya. Memuja keduan

    Last Updated : 2025-04-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 123. Bukankah ini yang kau mau?

    Dea menghapus air mata yang membasahi pipinya dengan kasar. Dia sungguh benci harus memperlihatkan sisi lemahnya kepada pria itu walau dia tidak mengerti mengapa hatinya terasa sangat nyeri pada saat yang sama.Yama hanya diam. Kedua matanya merah, bukan karena marah, tapi karena rasa bersalah yang nyaris membunuhnya.“Kenapa diam? Atau kau ingin aku membantumu?” Dea membuka kancing dress-nya satu per satu dengan tangan gemetar. “Bukankah ini yang kau mau? Tubuhku?”"Kemari, lakukanlah sepuasnya. Setelah ini, tinggalkan aku!" suara Dea bergetar seiring apa yang dia lakukan. Menanggalkan pakaiannya sendiri dengan semua rasa penghinaan yang teramat membuat hatinya luka.Air mata mulai membasahi wajahnya kembali saat dress yang dipakainya meluncur ke lantai dengan mulus, memperlihatkan tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman.Yama tersentak.Dea mulai membuka tali da

    Last Updated : 2025-04-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 124. Cantik sekali

    Frans mengganti jasnya dengan mantel panjang berwarna navy dan mengenakan kacamata hitam. Penampilannya jauh dari kata flamboyan kali ini.Darah bangsawan yang mengalir di dalam dirinya membuatnya terlihat tampan dann maskulin dengan rambut sedikit kemerahan dan mata berwarna biru.Tak kaIa ia keluar dari mansionnya yang berada tak jauh dari istana tanpa pengawalan besar, hanya membawa satu ajudan yang tak tahu harus berkata apa saat melihat pangerannya melangkah cepat ke arah mobil.Di dalam mobil, Pangeran Frans mengepalkan tangannya.“Aku tidak akan membiarkan ini berakhir seperti ini. Tidak untuk Yama. Tidak untuk Dea.”***Frans menekan gagang pintu kamar yang selama ini dijaga ketat oleh pasukan istana. Tapi dengan nama belakangnya, tak ada yang berani bertanya, apalagi menghalangi.Dea menoleh cepat saat pintu terbuka. Matanya melebar, tubuhnya refleks menegang. Dia mengenali Frans, tentu

    Last Updated : 2025-04-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 125. Kami hanya minum teh

    Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Frans merasakan sesuatu yang asing. Sesuatu yang mendesir halus di dadanya—mendebarkan tapi menenangkan. Wajah Dea begitu dekat, matanya yang bening memantulkan keraguan dan kemarahan, tapi juga kelembutan yang tertahan.Frans menelan ludah. “Kau… tidak apa-apa?”Dea buru-buru menarik diri. “Aku bisa berdiri sendiri.”Frans mundur, tangannya masih terasa hangat. Ia memalingkan wajah, menyembunyikan rona merah yang tak biasa di pipinya. Ia, yang biasa dikelilingi wanita, yang selalu bersikap flamboyan dan percaya diri—kali ini justru gugup. Tangannya sempat gemetar.“Aku… aku harus pergi,” katanya tergesa, hampir terdengar konyol.“Begitu cepat?” tanya Dea curiga.Frans tersenyum kecil, menahan canggung. “Aku hanya ingin tahu... bagianmu. Dan s

    Last Updated : 2025-04-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 126. Ide yang salah

    "Lapor, Yang Mulia.""Katakan.""Pangeran Frans mengurung diri di kamar dan ini sudah hampir malam. Dia menolak makanan dan minuman. Kami mengkhawatirkan kesehatannya," lapor salah seorang ajudan kepada sang ratu."Mari kira pergi menemui Dea dan mendengar pendapatnya.""Baik, Yang Mulia."***Langkah-langkah Ratu terdengar mantap menyusuri lorong-lorong istana yang senyap. Di balik senyum kalemnya, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang menggantung sejak sarapan pagi. Ia sudah terlalu lama memimpin untuk mengabaikan isyarat kecil seperti ekspresi gugup, kata-kata yang meleset, dan sorot mata yang menyimpan cerita.Dia ingin tahu—bukan sebagai ratu, tapi sebagai seorang pengasuh Pangeran Frans. Pria flamboyan itu diasuhnya sejak Kakaknya meninggal. Pangeran Frans memang sedikit feminim, tetapi hatinya sangat lembut dan Ratu sangat memahaminya. Bagaimanapun ceritanya, tidak ada seorang pun yang bisa menolak fakta bahwa

    Last Updated : 2025-04-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 127. Menemui Yama

    "Astaga, Yama harus tahu hal ini sebelum terjadi sesuatu kepada Dea. Es mungkin menelan nyawa wanita cantik, eh... beracun itu."Hari itu juga, Pangeran Frans menyuruh pengawalnya membawa mobil menuju bandara. Ia tahu di mana bisa menemukan Yama. Negara matahari.Yama sudah mengganti nomor ponselnya setelah meninggalkan Inggris. Pria itu memutuskan kembali ke negara matahari dan meneruskan kerajaannya sendiri.Dia sudah memutuskan untuk melupakan Dea dan segala kenangan yang pernah terjadi di antara mereka.Dua belas jam perjalanan dan Pangeran Frans sama sekali tidak ingin menunda waktu. Pintu dibuka dengan suara keras. Yama menoleh dari balik meja besarnya.“Aku ingin bicara.”Tanpa menunggu jawaban, Frans masuk dan berdiri di hadapan sahabatnya itu.“Aku… telah menyuruh Ratu untuk mengirim Dea ke wilayah pengungsi di Inggris

    Last Updated : 2025-04-14
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 128. Pertemuan

    Tangannya sibuk membalut luka di lutut seorang anak perempuan kecil, yang menangis tertahan. Pipinya merah membeku, rambutnya sedikit kusut, tetapi matanya tetap tenang dan lembut saat bicara pada si anak.“Tak apa, sebentar lagi selesai. Kamu hebat sekali, ya. Satu lagi, ya?” Dea berusaha membujuk agar anak kecil itu mau menelan pil anti nyeri untuk meringankan rasa sakit pada lukanya.Suara itu—masih sama. Sama seperti yang dulu ia dengar saat mereka duduk berdua di pinggir sungai kecil, saat dunia masih terasa sederhana. Tapi kini, dunia mereka penuh luka dan rahasia.Yama berdiri mematung. Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti. Dadanya sesak oleh sesuatu yang tidak bisa ia uraikan: rasa bersalah, harapan, dan kerinduan yang ia sembunyikan terlalu lama.Namun sebelum sempat ia membuka suara, langkah lain mendekat dari sisi tenda yang lain.“Sayang

    Last Updated : 2025-04-15
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 129. Longsor

    Yama tersenyum kecil. “Tapi setidaknya… kau tidak bilang ‘tidak mungkin.’”Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak lama, Dea tersenyum. Pangeran Frans yang mendengar percakapan mereka yang singkat itu, mengepalkan kedua tangannya di luar tenda. Dia mulai merasa marah dan sudah saatnya untuk bertindak.Namun, keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Pangeran muncul dengan semangkuk bubur di tangannya."Dea, Sayang. Bubur hangat untuk kesayanganku yang cantik," ucapnya dengan hangat lalu duduk di tepi ranjang Dea.Dea mengucek kedua matanya yang masih mengantuk dan meregangkan pinggangnya yang kaku."Hmm, ini terlihat enak dan hangat, tetapi mengapa harus mengantarkannya sampai ke tenda?" Dea segera menegakkan punggungnya."Dea, apakah kamu akan memberikan kesempatan lagi kepada Yama?"Dea sedikit terkejut pada saat mendengar pertanyaan Pangeran Frans, dia menghentik

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 132. Tak tahu malu!

    Pangeran Frans terhuyung dan terduduk di lantai es yang dingin. Bibirnya robek, darah mengalir. Tapi ia tertawa kecil. “Kalian benar-benar pasangan yang cocok. Satu keras kepala, satu impulsif.”Dea berdiri tegak di sisi Yama. “Pangeran Frans, mohon menjaga statusmu! Jika kamu datang lagi seperti ini, aku akan pastikan seluruh tim medis dan keamanan tahu siapa kamu sebenarnya, Frans.”Frans menatap Dea sekali lagi. Ada sesuatu yang berubah dalam matanya. Bukan lagi gairah atau keinginan, tapi kekecewaan dan luka dalam egonya.“Aku hanya... ingin kamu tahu bahwa aku juga adalah seorang pria sejati, aku ingin membuktikannya dengan memberikan keperjakaanku padamu, Sayang,” ucapnya lirih.Dea memalingkan wajahnya yang terasa hangat saat Pangeran Frans menunjukkan bagian intinya tanpa rasa malu."Tak tahu malu!" teriak Yama seraya merangkul Dea dalam peluka

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 131. Laki-laki sempurna

    “Aku lihat cara kamu menatapnya.” Suaranya rendah. “Aku tahu... kamu mencintainya.”Dea menghela napas. “Aku menganggapnya sebagai sahabatku.""Lalu aku?"Dea menatapnya dalam-dalam lalu menjawab, "sahabatku yang baik.”Frans tertawa kecil—pendek, tapi getir. Wajahnya tidak lagi bercanda.Ia mendekat, suara tertahan. “Sahabat baik?"Frans tertawa kecil.“Sahabat, ya?” Bibirnya miring mengejek. “Kamu sungguh tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan padakuDea bergeming. "Apa maksudmu?"“Aku tak bisa tidur sejak malam itu. Kamu masuk ke pikiranku seperti racun. Dan yang paling membuatku muak adalah… aku bahkan tidak tahu, kenapa harus kamu?”“Karena kamu sangat baik, Frans.” Dea berbisik. “Dan kamu tidak suka wanita, jangan lupa

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 130. Dia hanya butuh Yama

    Ia melompat ke atas kendaraan milik relawan, memberikan instruksi tegas, suaranya gemetar bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang lain. Ketakutan yang tak bisa ia mengerti.“Bawa kami ke lokasi! Siapkan alat-alat penggali manual! Semua tenaga medis ikut!”Pangeran Frans akhirnya menyusul, melompat ke kendaraan berikutnya. Tapi kali ini, tidak ada senyum jenaka, tidak ada komentar sarkastik. Ia hanya duduk diam dengan rahang mengeras, menyaksikan Dea mengurus semuanya dengan penuh kepanikan."Dia segelisah itu karena Yama?"Frans menggenggam lututnya, cemburu yang mendidih dalam dadanya mulai mengusik logika. Ia ingin percaya bahwa hubungan mereka hanya sebatas masa lalu. Tapi kekhawatiran yang ia lihat di mata Dea barusan... bukan kekhawatiran biasa.Sesampainya di lokasi longsor, senja mulai merambat. Embun sisa longsor masih membuat pandangan mereka dalam jang

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 129. Longsor

    Yama tersenyum kecil. “Tapi setidaknya… kau tidak bilang ‘tidak mungkin.’”Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak lama, Dea tersenyum. Pangeran Frans yang mendengar percakapan mereka yang singkat itu, mengepalkan kedua tangannya di luar tenda. Dia mulai merasa marah dan sudah saatnya untuk bertindak.Namun, keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Pangeran muncul dengan semangkuk bubur di tangannya."Dea, Sayang. Bubur hangat untuk kesayanganku yang cantik," ucapnya dengan hangat lalu duduk di tepi ranjang Dea.Dea mengucek kedua matanya yang masih mengantuk dan meregangkan pinggangnya yang kaku."Hmm, ini terlihat enak dan hangat, tetapi mengapa harus mengantarkannya sampai ke tenda?" Dea segera menegakkan punggungnya."Dea, apakah kamu akan memberikan kesempatan lagi kepada Yama?"Dea sedikit terkejut pada saat mendengar pertanyaan Pangeran Frans, dia menghentik

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 128. Pertemuan

    Tangannya sibuk membalut luka di lutut seorang anak perempuan kecil, yang menangis tertahan. Pipinya merah membeku, rambutnya sedikit kusut, tetapi matanya tetap tenang dan lembut saat bicara pada si anak.“Tak apa, sebentar lagi selesai. Kamu hebat sekali, ya. Satu lagi, ya?” Dea berusaha membujuk agar anak kecil itu mau menelan pil anti nyeri untuk meringankan rasa sakit pada lukanya.Suara itu—masih sama. Sama seperti yang dulu ia dengar saat mereka duduk berdua di pinggir sungai kecil, saat dunia masih terasa sederhana. Tapi kini, dunia mereka penuh luka dan rahasia.Yama berdiri mematung. Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti. Dadanya sesak oleh sesuatu yang tidak bisa ia uraikan: rasa bersalah, harapan, dan kerinduan yang ia sembunyikan terlalu lama.Namun sebelum sempat ia membuka suara, langkah lain mendekat dari sisi tenda yang lain.“Sayang

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 127. Menemui Yama

    "Astaga, Yama harus tahu hal ini sebelum terjadi sesuatu kepada Dea. Es mungkin menelan nyawa wanita cantik, eh... beracun itu."Hari itu juga, Pangeran Frans menyuruh pengawalnya membawa mobil menuju bandara. Ia tahu di mana bisa menemukan Yama. Negara matahari.Yama sudah mengganti nomor ponselnya setelah meninggalkan Inggris. Pria itu memutuskan kembali ke negara matahari dan meneruskan kerajaannya sendiri.Dia sudah memutuskan untuk melupakan Dea dan segala kenangan yang pernah terjadi di antara mereka.Dua belas jam perjalanan dan Pangeran Frans sama sekali tidak ingin menunda waktu. Pintu dibuka dengan suara keras. Yama menoleh dari balik meja besarnya.“Aku ingin bicara.”Tanpa menunggu jawaban, Frans masuk dan berdiri di hadapan sahabatnya itu.“Aku… telah menyuruh Ratu untuk mengirim Dea ke wilayah pengungsi di Inggris

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 126. Ide yang salah

    "Lapor, Yang Mulia.""Katakan.""Pangeran Frans mengurung diri di kamar dan ini sudah hampir malam. Dia menolak makanan dan minuman. Kami mengkhawatirkan kesehatannya," lapor salah seorang ajudan kepada sang ratu."Mari kira pergi menemui Dea dan mendengar pendapatnya.""Baik, Yang Mulia."***Langkah-langkah Ratu terdengar mantap menyusuri lorong-lorong istana yang senyap. Di balik senyum kalemnya, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang menggantung sejak sarapan pagi. Ia sudah terlalu lama memimpin untuk mengabaikan isyarat kecil seperti ekspresi gugup, kata-kata yang meleset, dan sorot mata yang menyimpan cerita.Dia ingin tahu—bukan sebagai ratu, tapi sebagai seorang pengasuh Pangeran Frans. Pria flamboyan itu diasuhnya sejak Kakaknya meninggal. Pangeran Frans memang sedikit feminim, tetapi hatinya sangat lembut dan Ratu sangat memahaminya. Bagaimanapun ceritanya, tidak ada seorang pun yang bisa menolak fakta bahwa

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 125. Kami hanya minum teh

    Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Frans merasakan sesuatu yang asing. Sesuatu yang mendesir halus di dadanya—mendebarkan tapi menenangkan. Wajah Dea begitu dekat, matanya yang bening memantulkan keraguan dan kemarahan, tapi juga kelembutan yang tertahan.Frans menelan ludah. “Kau… tidak apa-apa?”Dea buru-buru menarik diri. “Aku bisa berdiri sendiri.”Frans mundur, tangannya masih terasa hangat. Ia memalingkan wajah, menyembunyikan rona merah yang tak biasa di pipinya. Ia, yang biasa dikelilingi wanita, yang selalu bersikap flamboyan dan percaya diri—kali ini justru gugup. Tangannya sempat gemetar.“Aku… aku harus pergi,” katanya tergesa, hampir terdengar konyol.“Begitu cepat?” tanya Dea curiga.Frans tersenyum kecil, menahan canggung. “Aku hanya ingin tahu... bagianmu. Dan s

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 124. Cantik sekali

    Frans mengganti jasnya dengan mantel panjang berwarna navy dan mengenakan kacamata hitam. Penampilannya jauh dari kata flamboyan kali ini.Darah bangsawan yang mengalir di dalam dirinya membuatnya terlihat tampan dann maskulin dengan rambut sedikit kemerahan dan mata berwarna biru.Tak kaIa ia keluar dari mansionnya yang berada tak jauh dari istana tanpa pengawalan besar, hanya membawa satu ajudan yang tak tahu harus berkata apa saat melihat pangerannya melangkah cepat ke arah mobil.Di dalam mobil, Pangeran Frans mengepalkan tangannya.“Aku tidak akan membiarkan ini berakhir seperti ini. Tidak untuk Yama. Tidak untuk Dea.”***Frans menekan gagang pintu kamar yang selama ini dijaga ketat oleh pasukan istana. Tapi dengan nama belakangnya, tak ada yang berani bertanya, apalagi menghalangi.Dea menoleh cepat saat pintu terbuka. Matanya melebar, tubuhnya refleks menegang. Dia mengenali Frans, tentu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status