Share

4. PART EMPAT

Penulis: Eguh Setiawan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di kamar Eguh …

Selesai menghidangkan minuman yang dibuatnya di meja ruang tamu, Eguh langsung pergi ke kamarnya. Sambil berbaring terlentang di kasur, Eguh memainkan handphonenya, mencari nomor seorang cewek yang sangat dikenalnya di kotak telepon handphonenya. Setelah ketemu kontak nomor si cewek, Eguh pun mencoba untuk menghubungi si cewek.

Tutt … Tutt … Tutt …

Dan tak beberapa lama telepon Eguh diangkat sama si cewek.

“Hallo …, kalo cuma pengen gangguin orang doang nggak usah resek pakek telepon segala, Guh. Aku lagi sibuk ne, pless …,” bentak si cewek yang ternyata Cindy. Malam ini Cindy memang lagi beres-beres barang yang akan dibawanya besok di pesantren, memang dari sore sepulang nongkrong bareng teman-teman geng Cindy menyiapkan segala keperluan yang akan dibawanya nanti saat dirinya mondok.

“Santai dong tuan putri, ndak usah ngegas gitu napa. Emang lagi PMS ya?” goda Eguh.

“Iya kenapa emangnya, malahan aku pengen makan idup-idup cowok nggak peka kayak kamu,” bentak Cindy yang makin sebel aja sama Eguh.

‘Dasar cowok nggak peka, sebel …, sebel …,’ ucap batin Cindy.

Eguh yang mendengar ucapan amarah Cindy sedikit ketakutan.

“Ais, ngeri kali ne tuan putri, cantik-cantik galak dan sadis, takut …,” goda Eguh kembali.

“Biarin, daripada cowok nggak peka, ngeselin, nyebelin bin resek kayak kamu,” ejek Cindy dengan nada penuh amarah.

“Udah ya, kalo cuma mau godain orang doang, mending kamu matiin aja teleponnya daripada buang-buang paketanmu,” kembali Cindy berucap dengan juteknya.

“Cin, beneran ya kamu mau ngelanjutin di pesantren?” tanya Eguh dengan nada dibuat sedih.

“Iya, kenapa? Takut kehilangan ya?” ledek Cindy.

“Ish …, pede amat ne anak. Kalo kamu mondok, siapa nanti yang bisa aku godain dan isengin lagi, hihihi …,” ucap Eguh santai.

“Dasar …,” bentak Cindy dan langsung menutup teleponnya.

Tutt … Tutt … Tutt …

Dengan amarahnya Cindy langsung menutup teleponnya tanpa berucap salam sebagai akhir percakapan mereka berdua di jaringan seluler.

‘Aduh …, kenapa lagi ini anak. Tiba-tiba nutup telepon gitu aja, nggak pake ucap salam atau paling ndak say hello apa gitu. Eh, ini malah langsung tutup aja. Aduh, kenapa juga sih dia lebih milih untuk nerusin di pesantren? Kalo memang dia jadi mondok, berarti kita jauhan dong? Ah …, ndak mungkin, ini ndak boleh terjadi, aku harus sadar diri. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang terlahir di keluarga sederhana, sedangkan dia seorang anak perempuan yang terlahir di keluarga berada. Mana mungkin dia mau nerima cinta dari anak penjual mie ayam?’ gumam Eguh dalam hati yang mulai merasakan akan kehilangan seseorang yang dicintai dan disayangi.

Hati berkecamuk gelisah

Mengguncang ketentraman diri

Dalam kesedihan

Yang akan ditinggal pergi

Kemarin hadirnya masih bisa aku rasa

Hingga saat ini

Walau terkadang bagaikan Tom and Jerry

Kebersamaan kita terjalin

Namun siapa sangka

Hati memendam rasa padanya

Apa yang hatiku rasakan

Bukan hanya sekedar jalinan persahabatan

Tapi semua tentang kenyamanan

Yang aku rasakan

Ketika berada di sampingnya

Menumbuhkan benih-benih kasih

Memekarkan bunga-bunga cinta

Yang mulai menguncup di hati

Namun semua yang aku rasakan tentangnya

Hanyalah butiran mimpi

Mimpi yang sulit aku gapai

Karena tangan tak mampu menggenggam

Cinta yang ku rasakan di hati

Hanya bisa tersimpan rapi tanpa bisa kuucap

Sementara itu di sebuah kamar yang dihiasi oleh warna pink dan aksesoris bermotif hello kitty, terlihat seorang gadis cantik berkacamata sedang duduk di pinggiran tempat tidurnya dalam keadaan mata berkaca-kaca. Gadis cantik berkacamata ini adalah Cindy Eva Putri Fatimah. Cindy yang sebelumnya sedang ngobrol dengan Eguh lewat jaringan telepon, tiba-tiba dengan rasa sebel tingkat dewa menutup telepon begitu saja tanpa berucap salam.

‘Dasar cowok nggak peka sama sekali kamu, Guh. Aku ngerti kita udah sejak TK berteman dan bersahabat, tapi apa salahnya jika sahabatmu ini memiliki perasaan cinta dan sayang sama kamu? Sampai kapan batasan tembok persahabatan kita ini akan bisa menyatukan perasaan aku yang terlanjur mencintai dan menyayangimu, Guh? Ah …, bisa-bisa stress dan gila aku dengan perasaanku padamu ini, Guh. Aku ingin menenangkan diri dulu, semoga dengan aku melanjutkan di pesantren dan mengabdi disana sedikit banyak bisa menenangkan hati dan pikiranku yang diracuni oleh cintaku padamu, Guh. Sekalian aku ingin hijrah, bismillah …,’ guman Cindy dalam hati.

Sahabat …

Akankah selamanya sebagai sahabat

Hati yang mencintai

Akan selalu tersiksa

Bagaikan debu yang terhempas angin

Akhirnya menjadi luka

Tapi tak berdarah

Dengan hati yang sedih Cindy kembali merapikan beberapa barang yang belum dia masukkan ke dalam koper, sehingga semua yang dia butuhkan untuk di pesantren nanti sudah lengkap dan masuk di dalam 2 (dua) koper. Setelah membereskan semua barang-barang yang dibutuhkannya di pesantren, Cindy mencoba untuk membaringkan badannya terlentang di kasur. Dia pun mengambil handphonenya yang tergeletak diatas meja yang berada di samping kiri tempat tidurnya.

Lalu dengan jemarinya Cindy mencoba untuk mengetik pesan w******p pada seseorang yang disayanginya, meskipun bukan kekasihnya.

“Assalamu’alaikum. Maaf ya tadi aku kebawa emosi, habisnya kamu juga sih jadi cowok nggak peka banget,” ucap salam Cindy dalam pesan singkat smsnya.

“Wa’alaikumussalam. Iya nggak apa-apa tuan putri, aku juga minta maaf kalo candaanku tadi bikin kamu sebel dan jutek,” balas salam Eguh dalam pesan singkat smsnya.

“Sama-sama. Oh ya, Guh, gimana pengumuman Bidik Misinya?” tanya Cindy dalam pesan singkat smsnya.

“Alhamdulillah diterima, Cin. Gimana Cin, sudah ta ni beres-beres barang bawaannya yang akan dibawa ke pesantren?” balas Eguh dalam pesan w******p.

“Sudah kok, ini lagi rebahan di kasur sambil nunggu abah dan umik datang,”  jelas Cindy dalam pesan singkat smsnya.

“Ya udah met istirahat, dan jangan tidur terlalu malam,” ucap Eguh dalam pesan singkat smsnya.

“Siap bos. Oh ya, besok kamu ikut kan ngantar aku ke pesantren?” tanya Cindy berharap dalam pesan singkat smsnya.

“Pasti dong, sampai besok ya? Assalamu’alaikum,” jawab Eguh dalam pesan singkat smsnya, sambil mengakhiri obrolannya dengan Cindy di pesan singkat sms.

“Ok. Wa’alaikumussalam,” balas salam Cindy dalam pesan pesan singkat smsnya.

Hingga akhirnya kesedihan yang dirasakan oleh Cindy berangsur-angsur memudar, setelah tau kalo besok Eguh ikut mengantarnya ke pesantren.

‘Ya Allah …, Ya Robb …, semoga Engkau selalu menjaga perasaan hatiku ini pada seorang lelaki bernama Eguh Hendrawan Putra, agar suatu waktu nanti di waktu yang tepat Engkau menyatukan cinta kami berdua,’ gumam do’a Cindy dalam hati yang mulai bahagia.

Jam 9.00 malam tepat akhirnya kedua orang tua Cindy datang. Mengetahui kedatangan kedua orang tuanya, Cindy bergegas keluar kamar dan turun untuk membukakan pintu depan rumahnya. Setelah kedua orang tuanya pulang, barulah Cindy pergi tidur dikarenakan besok dirinya akan berangkat ke pesantren.

Sebelum beranjak tidur Cindy menyempatkan diri untuk mengirim sebuah pesan melalui pesan w******p smartphonenya pada lelaki yang dicintai.

***

Kembali ke kamar Eguh …,

‘Alhamdulillah, sepertinya Cindy sudah tidak marah lagi denganku, terima kasih Ya Allah …, atas pertolonganMu aku bisa kembali beraikan dengan perempuan yang kucintai,’ gumam Eguh dalam hati.

Cinta selalu datang dengan seketika

Tanpa harus permisi pada sang pemilik hati

Seperti apa yang aku rasakan saat ini

Tidak tahu kapan datangnya cinta di hati ini

Perasaan hati

Tak bisa dipungkiri

Engkau yang aku anggap sebagai sahabat

Telah menumbuhkan benih cinta di hati

Jujur aku mencintaimu

Jujur aku menyayangimu

Tapi,

Aku hanya bisa menyimpannya

Memendamnya dalam hati

Dan mungkin akan selamanya terdiam dalam hati

Tak bisa aku ungkapkan

Karna aku hanyalah manusia biasa

Tak mungkin bisa memeluk gunung

Hanya bisa menikmati kemegahannya

Tak mungkin bisa menggapai bintang

Hanya bisa mengagumi keindahannya

Bagaikan ilusi yang terbayang dalam angan

Merangkai mimpi-mimpi

Karna kuingin memiki hatimu seutuhnya

Agarku bisa menam benih cintaku disana

Dengan segala gejolak yang mendera hatinya, malam pun semakin larut dan esok dirinya juga harus mengantarkan sahabat yang dicintainya ke pesantren, Eguh akhirnya memilik untuk merebahkan tubuhnya di kasur untuk pergi menjemput sang bunga tidur.

‘Dua insan manusia yang sebenarnya saling jatuh cinta namun sulit untuk berkata jujur tentang perasaannya karena sesuatu hal yang mengombang ambingkan pikiran masing-masing, sehingga membuat mereka berdua membelenggu perasaan cinta mereka berdua di hati hingga datangnya waktu yang tepat untuk mereka berdua bisa berkata jujur tentang perasaan hatinya, bahwa mereka saling mencintai dan menyayangi,’

***

Bab terkait

  • LUKA TAK BERDARAH   5. PART LIMA

    Gara-gara permintaan dari Cindy semalam membuat hati Eguh senang dan bahagia, sehingga membuat dirinya melupakan janjinya yang pernah dibuat dengan Pak Sodik wali kelasnya. Sehingga membuat Eguh bingung memilih janji mana yang harus dia dahulukan, karena dua-duanya begitu penting baginya. Jika dirinya kembali mengecewakan Cindy mungkin gadis yang dia cintai ini akan marah dan benci padanya, itu pasti. Dalam kebimbangan hatinya ini, akhirnya Eguh lebih memilih untuk menghubungi Pak Sodik wali kelasnya, untuk menggalkan dan menunda janji dengan beliau. Eguh mencoba untuk menghubungi Pak Sodik pagi sebelum siap-siap untuk berangkat mengantarkan Cindy ke Pesanten. Saat Eguh menghubungi wali kelasnya untuk membatalkan janjinya dan menjelaskan atas pembatalan janjinya, Pak Sodik ternyata juga tidak bisa datang ke sekolah dikerenakan ada kepentingan keluarga mendadak, ada keluarganya yang meninggal sehingga beliau sekeluarga pergi takziah ke rumah saudaranya itu. Setelah mengakhiri

  • LUKA TAK BERDARAH   6. PART ENAM

    Selesai melaksankan ibadah shalat Isya’ dan makan malam bersama, kembali Kyai Ali, Nyai Nurul, Hendra dan keluarga, serta H. Mansur dan keluarga berkumpul di ruang keluarga, mereka semua kembali terhanyut dalam obrolan keakraban sebuah keluarga bahagia. Dengan ditemani segelas teh hangat dan juga beberapa piring gorengan dan kue basah, obrolan mereka semakin seru aja di ruangan itu. “Maaf Kyai sebelumnya, kedatangan saya dan istri kesini ingin menitipkan anak kami mondok dan ngabdi di pesantren,” jelas H. Mansur mengutarakan tujuannya kemari disela-sela obrolan. “Mmm, iya aku sudah tau Sur, semalam putriku Aisyah ngabari kalo dirinya mau ngantarkan anakmu sekaligus berlibur,” balas Kyai Ali. “Tapi bagaimana dengan putrimu, apakah dia sudah siap dari hati untuk mondok? Kalo belum jangan dipaksa,” tambah Kyai Ali menegaskan. “Insya Allah Cindy siap Kyai, Nyai. Selain ingin berhijrah, Cindy juga ingin sekali mendalami ilmu agama,” jelas Ci

  • LUKA TAK BERDARAH   7. PART TUJUH

    Sementara itu di sebuah ruang tamu yang megah rumah milik Kyai Ali, terdengar obrolan santai dari beberapa orang yang sedang ngumpul di ruangan megah tersebut. Dalam obrolan orang dewasa ini, tiba-tiba abinya Aisyah menanyakan hal terkait hubungan cucunya dengan putrinya H. Mansur. Mendengar pertanyaan dari Kyai Ali, membuat seluruh orang yang ada di ruang tamu terkejut. “Abi tau dari mana kabar ini? Pasti umik ya yang mengadu ke abi?” tanya Aisyah penasaran dan sedikit kebingungan karena dirinya waktu hanya mengabari terkait hal ini pada umiknya, waktu dia mengabari umiknya melalui jaringan telepon. “Abi gitu, hihihi …,” ucap abinya Aisyah dengan canda khasnya. “Benar Kyai, kami sudah mengikat kedua anak kami dalam jalinan pertunangan walaupun tidak terikat. Namun kami belum memberi tahu mereka berdua Kyai,” jelas H. Mansur. “Mmm …, sebenarnya abi setuju-setuju aja sih dengan niat baik kalian berdua untuk menjodohkan kedua anak k

  • LUKA TAK BERDARAH   8. PART DELAPAN

    Selesai sarapan dan ngobrol-ngobrol satai di ruang keluarga, Cindy dan kedua orang tuanya pergi mandi dan siap-siap. Karena pagi ini rencananya H. Mansur dan Hj. Fatimah akan mendaftarkan sekolah putrinya di SMK. Setelah berpakain rapi dan berdandan, Cindy melangkah keluar kamar sambil membawa sepatu kets hitam di tangan kanannya dan tas rangsel yang berisi berkas persyaratan mendaftar di punggungnya. Saat Cindy sedang melangkah berjalan ke ruang keluarga rumah Kyai Ali, pandangan mata Eguh seakan tak berkedip melihat Cindy yang saat ini terlihat begitu cantik. “Cu, nanti kalo kamu cari istri, carilah istri seperti nak Cindy ini ya Cu, udah cantik, sholehah lagi,” goda Nyai Nurul. “Aduh males nek, Cindy memang cantik dan sholehah, tapi cerewet dan paling suka nyubit pinggang Eguh,” rengek Eguh. Mendengar pernyataan Eguh itu membuat telinga Cindy menjadi panas, hatinya melepuh, dan amarahnya pun memuncak. Fix Cindy marah pada Eguh.

  • LUKA TAK BERDARAH   9. PART SEMBILAN

    Setelah menerima hasil pengumuman anaknya, barulah H. Mansur dengan ditemani istrinya mengurus segala administrasi pembayaran yang menjadi tanggungan putrinya. Sementara itu Cindy memilih pergi meninggalkan ruang sekretariat pendaftaran dan mencari tempat yang nyaman untuk dirinya bisa mengobrol dengan sahabat yang dicintainya melalui jaringan pesan singkat aplikasi W******p. Cindy pun memilih untuk duduk santai di taman sekolah yang ditumbuhi pepohonan yang rindang. *** Sementara itu di rumah orang tua Aisyah … Disebuah ruang keluarga yang cukup besar, terlihat empat orang sedang mengobrol santai tapi serius. “Maaf ni Nak, sebelumnya. Boleh Abi tanya sesuatu,” ucap Kyai Ali sedikit sungkan. “E … eh, iya Abi, boleh,” jawab Eguh sedikit gelisah. “Begini Nak, udah berapa tahun kamu tidak pulang dan menjenguk keluargamu?” tanya Kya Ali. Hendra yang mendengar pertanyaan dari ayah mertuanya Kyai Ali, tiba-tiba

  • LUKA TAK BERDARAH   10. PART SEPULUH

    Menjelang sore … tepat jam 2.30. “Assalamu’alaikum,” ucap salam Kyai Ali saat sudah berada di depan pintu rumahnya. “Wa’alaikumussalam,” balas semua orang yang berada di dalam rumah. Lalu masuklah Kyai Ali ke dalam rumah yang diikuti oleh Nyai Nurul, Aisyah dan Hendra, serta beberapa santri putra yang membawakan barang-barang belanjaan. “Wah, banyak amat itu belanjaannya mbak,” tanya Hj. Fatimah. “Biasa dek kaji kalo sudah di rumah orang tua, hihihi …,” ucap Aisyah tersenyum. “Buk, titipan Eguh tidak lupakan?” tanya Eguh yang tadi sempat nitip sesuatu ke ibunya. “Beres, emang buat siapa sih?” balas sang ibu sambil bertanya balik. “Ada deh, Ibu kepo ih …,” ucap Eguh. “Iya … iya, barangnya masih di mobil, ibu taruh di bangku tengah,” balas sang ibu. “Siap Buk, makasih ya Buk,” ucap Eguh. “Oh ya, ini dek kaji buat ole-ole,” ucap Aisyah sambil memberikan dua kresek besar. “Waduh, ngrepotin aj

  • LUKA TAK BERDARAH   11. PERTEMUAN (part 1)

    ‘Maafkan aku ya …, jika kamu akan membenciku setelah ini, aku menerima keputusanmu itu. Kini aku hanya bisa pasrah dengan penghakimanmu nanti, karena aku tahu apa yang aku ucapkan tadi padamu tak pantas. Iya tak pantas aku ucapkan pada orang yang benar-benar aku cintai dan sayangi,’ gumam Eguh dalam hati, saat mengetahui sahabat yang dia cintai sudah tak terlihat dari pandangannya. “Nak, ayah kecewa sama kamu, tidak seharusnya kamu nyakitin hati perempuan, apalagi di depan banyak orang seperti barusan. Ayah yakin pasti Cindy kecewa dan sedih. Kalau memang kamu tidak suka sama dia, cukup kamu selesaikan berdua dengannya, ndak usah seperti tadi,” tegur sang ayah dengan raut muka kecewa. “Ibu juga kecewa Nak, sama sikap kamu tadi. Ingat Nak, penyesalan datangnya belakangan dan jangan sampai kamu menyesal nanti. Kalau tiba-tiba kamu jatuh cinta pada Cindy tapi dia menolakmu, gimana perasaanmu? Pasti akan sama seperti yang dirasakan Cindy saat ini,

  • LUKA TAK BERDARAH   12. PERTEMUAN (part 2)

    “Maaf Ayah, Bunda. Ini kita dimana ya? Itu rumah apa istana ya? Pasti pemilik rumah ini orang terkenal. Kalo bukan pejabat pastilah artis,” tanya Cindy yang penasaran karena mobil yang disupiri ayah Hendra berhenti di depan rumah mewah dan megah bak istana. “Iya Yah, Buk. Ini sebenarnya rumah siapa yang kita datangi?” tanya Eguh yang juga heran kenapa sang ayah berhenti di halaman rumah mewah dan megah bak istana. “Nanti pasti kalian akan tau siapa pemilik rumah yang mewah dan megah bak istana itu,” ucap ibnya Eguh menjelaskan. Kembali suasana di dalam mobil menjadi hening. Cindy dan Eguh pun mulai bermain dengan imaji dalam pikiran masing-masing tentang siapa pemilik rumah yang berada dihadapan mereka. “Mas, sepertinya sedang ada acara deh. Lihat ada terop dan juga kursi-kursi di halaman depan rumah,” ucap Aisyah sambil menunjuk kearah terop dan kursi yang sedang ditata oleh para pekerja. “Iya benar sayang, pasti abah akan lama

Bab terbaru

  • LUKA TAK BERDARAH   105. PART LIMA PULUH TUJUH

    Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga

  • LUKA TAK BERDARAH   104. PART LIMA PULUH ENAM

    Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas

  • LUKA TAK BERDARAH   103. BERTEMU SESEORANG (BAGIAN 2)

    Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as

  • LUKA TAK BERDARAH   102. BERTEMU SESEORANG

    Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be

  • LUKA TAK BERDARAH   101. MOVE ON

    Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen

  • LUKA TAK BERDARAH   100. MENCOBA MOVE ON

    Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan

  • LUKA TAK BERDARAH   99. PART LIMA PULUH LIMA

    Malam pun semakin larut dalam hening kesunyian, hanya suara merdu makhluk-makhluk malam menemani. Hati yang galau akibat putus cinta membawa luka namun tak berdarah. Kini diri yang fakir ini, hanya bisa berpasrah pada jalan takdir semesta. Berdamai hati ini dengan kesedihan, merasakan pilu yang mendalam. Hujan tangisnya hati tak bisa terbendung, hanya memberikan luka kegalauan di hati. Bukan sebuah kata putus yang aku tangisi, tapi jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tak ada lagi keindahan yang menyisakan cerita cinta kita. Kesedihan akibat kata putus menghadirkan mimpi horor ending percintaan. Sungguh tragis seorang fakir cinta yang hanya memiliki kesederhanaan. Tak punya kemewahan untuk dibanggakan sebagai bukti cinta. ‘Aku tahu cinta yang aku berikan padamu hanya sebuah kesederhanan dari seorang fakir. Karena aku hanya ingin mencintaimu secara sederhana. Tapi kenyataan yang menyakitkan kamu berikan kepadaku. Aku yang hanya

  • LUKA TAK BERDARAH   98. PUTUS (BAGIAN 2)

    Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang

  • LUKA TAK BERDARAH   97. PUTUS

    Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a

DMCA.com Protection Status