Hari berganti. Ketidakhadiran Maretha di rumah Seno dan Aira rupanya lambat laun telah menjadi biasa bagi para penghuni rumah lainnya. Meski begitu, Seno selalu rutin mengunjungi anak gadisnya itu di tempat sahabat mantan istrinya, Jenna.Sementara Alif, lebih sering berusaha menemui Maretha di kampusnya. Meskipun kenyataannya gadis itu selalu menolak untuk bicara lebih banyak pada kakak tirinya itu.Seperti hari ini, Alif baru saja kembali dari gedung kampus Fakultas Ekonomi saat Aisha menghentikan langkahnya di taman kampus."Lif, ada waktu nggak?" tanya gadis manis berhijab lebar itu."Kenapa, Sha?" Alif berhenti di dekat sebuah bangku taman, lalu mendudukkan dirinya di samping teman sekelasnya itu saat melihat wajah serius Aisha yang sedang membawa sebuah buku tebal di tangannya.
[Lagi apa, Reth?]Sebuah pesan masuk saat Maretha baru saja sampai di apartemen Jenna.Gadis itu tak segera membalas pesan itu. Dia justru sibuk memperhatikan foto profil dari kontak yang mengiriminya pesan.Ahhaa, pucuk dicinta ulam tiba. Rupanya Abidzar bergerak lebih cepat dari dugaannya. Cowok itu malah lebih dulu mendapatkan nomer kontaknya. Jadi Maretha tak perlu repot-repot lagi berbaik-baik dengannya agar mereka bisa lebih dekat lagi. Namun begitu, tetap saja Maretha tak ingin terlihat terlalu murahan.[Siapa ini?]Akhirnya Maretha membalas pesan itu usai melempar tasnya ke sofa. Bibirnya tersenyum saat mengetikkan balasan itu.Tak menunggu lama, pesan balasan pun masuk.[Aku Abidzar. M
"Sophia nggak boleh gitu lagi. Mas Adnan lagi ada masalah. Sophia nggak boleh malah nambah-nambahin masalah.""Memangnya Adnan sama Gina kenapa sih, Buk?""Gina tadi siang pamit sama ibuk, katanya mau pulang ke rumah mama papanya. Ibu sudah nawarin buat nganterin tapi ternyata sudah pesen taksi online duluan. Dia bilang sih katanya sudah pamit sama Adnan. Eh ternyata kata Adnan belum. Ngambek sepertinya karena si Adnan nggak mau nganterin nonton kemarin.""Rumit juga ya punya istri," celetuk Alif usai mendengar penjelasan sang ibu."Makanya kalau belum sanggup punya istri jangan macam-macam," seloroh Sophia."Sophieee," ujar Aira mengingatkan."Iya nih Sophie kebiasaan. Jangan suka ngomong gitu, Dek. Nggak baik. Kan orang bisa tersinggung den
"Kata Alif sih begitu, Mas. Tiap hari Alif juga berusaha membujuknya untuk mau kembali ke sini. Tapi sepertinya Maretha memang tidak mau lagi pulang, Mas.""Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa nggak tau tentang semua itu, Ra. Bodoh sekali aku ini. Tidak memperhatikan anak sendiri.""Alasan Alif tidak memberitahu kita karena dia juga berpikir Maretha sudah bisa menerima semua itu, Mas. Tapi ternyata belum.""Jadi mereka berdua mengorbankan perasaan untuk kita, Sayang? Alif dan Maretha?""Sepertinya begitu, Mas. Alif ingin melihat aku bahagia setelah berpisah dari mas Dhani.""Dan dia mengesampingkan perasaannya sendiri? Ya Tuhan, anak anak."Seno mengusap wajahnya perlahan. Terlihat jelas sekali raut penyesalan mendalam dalam diri lelaki itu.
Usai jam kuliah, Alif sudah menunggu di depan kelas Maretha. Sementara Seno dan Aira rupanya telah menunggu mereka di taman kampus.Melihat dua anak muda yang berjalan beriringan menuju ke arah mereka, Aira dan Seno pun segera bangkit."Sudah selesai kuliah kalian?" tanya Seno basa-basi. Kedua anak itu nampak mengangguk. Maretha yang baru menyadari kehadiran Aira di tempat itu juga mendadak jadi sedikit canggung."Kamu mau ikut papa atau mobil Alif, Reth?" tanya Seno lagi."Retha ikut Alif aja," sahutnya cepat. Alif sampai kaget dibuatnya. Mungkin ini karena ada ibu tirinya bersama papanya, makanya dia memilih untuk ikut dengan mobil Alif.Setengah jam perjalanan, akhirnya keempatnya sampai juga di sebuah restauran lumayan mahal di kota itu. Seno sengaja memesan private ro
"Halo mas Dhani, apa kabar?" sapanya ramah saat melihat mantan suami dari istrinya itu memasuki ruangan. Seno sedikit keheranan melihat penampilan Dhani kali ini yang sedikit agak berubah. Lelaki yang juga merupakan ayah dari anak-anak tirinya itu sepertinya badannya semakin kurus saja."Alhamdulillah baik, Mas. Aku ke sini mau ketemu Aira," ucapnya meminta ijin."Duduk dulu, Mas." Seno mempersilahkan Dhani untuk duduk di sofa ruang kerjanya. Biasanya lelaki itu hanya akan menerima tamunya di sofa saat ingin melakukan pembicaraan yang lebih santai."Kebetulan hari ini Aira gak ikut ke kantor. Memang beberapa hari ini sengaja nggak aku suruh kerja dulu. Anak-anak sedikit rewel karena sering ditinggal," ucap lelaki itu sambil terkekeh ringan. Dhani pun berusaha mengimbangi guyonan suami baru mantan istrinya itu dengan baik.
"Nggak Bu, nggak bisa! Mana mungkin bapak membiarkan Soraya ketemu sama laki-laki yang tidak punya harga diri itu. Nggak akan bapak biarkan itu terjadi.""Tapi, Pak. Bagaimana kalau itu ternyata permintaan terakhir anakmu? Apa nanti kamu tidak akan menyesal?""Permintaan terakhir apa? Apa kamu mengharapkan kematian anakmu sendiri, Bu?""Bukan begitu, Paak. Aku hanya kasihan sama Soraya. Aku bisa merasakan betapa inginnya dia bertemu mantan suaminya itu. Dia minta ke sana hanya karena ingin ditemani si Dhani pergi ke makam anak mereka, Pak. Apa salahnya?"Pak Suherman pun terdiam. Lelaki tua itu memang tahu, segala upayanya selama ini untuk kesembuhan Soraya memang seperti sia-sia saja. Penyakit yang bagi sebagian orang bisa diatasi itu rupanya tidak berlaku untuk anaknya. Semakin hari tubuh Soraya semakin menderita digerogoti oleh p
Dua jam kemudian, Seno, Aira, dan Adnan pun sudah melaju menuju rumah Dhani. Ketiganya mendapat sambutan ramah dari Dhani dan Bu Salim. Wanita tua iu nampak berbinar kala melihat cucu keduanya datang bersama ibu dan papa sambungnya."Aira, ibuk kangen sama kamu. Kenapa nggak pernah main-main ke sini, Nduk?" sambut bu Salim sambil memeluk mantan menantunya itu dengan hangat. Sementara dari kursi rodanya, pak Salim yang beberapa waktu terakhir mengalami stroke hanya bisa memandangi cucu dan mantan menantunya dengan tatapan aneh. Matanya mendadak nampak berkaca-kaca, seolah ada yang ingin dia ungkapkan tapi mulutnya memang sudah tak bisa berkata-kata."Iya, maaf ya, Buk. Aira agak sibuk akhir-akhir ini. Anak-anak juga sibuk dengan sekolahnya. Ibu sendiri bagaimana, sehat?""Ya begini ini lah, Ra. Sudah tambah sering sakit sakitan aja. Dikit-dikit masuk angin," ucap