Mereka berjalan keluar kantor dan akan menuju halte busway. Raisa melihat di trotoar ada tukang otak-otak ikan kesukaannya."Lin, beli otak-otak dulu ya. Perutku sudah lapar," kata Raisa seraya menunjukan jarinya ke arah tukang otak-otak. "Iya, sama," jawab Lina.Saat akan berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba ada motor yang berhenti mendadak."Ah." Lina dan Raisa berteriak, merasa kaget karena hampir saja tertabrak."Mas, naik motor gak bisa pelan? Ini masih area kantor," omel Lina pada orang yang masih duduk di motornya.Laki-laki itu pun membuka helmnya. "Raisa," ucap lirih laki-laki itu saat melihat Raisa di hadapannya."Kamu..." ucap Raisa yang langsung membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna. Dia sangat terkejut kalau laki-laki yang di hadapannya adalah Aldo."Siapa, Sa?" tanya Lina melirik Raisa sembari menyenggol lengannya.Lina belum mengenal Aldo, walaupun Lina juga tinggal daerah tempat rumah Faisal." Oh itu..." jawab Raisa gugup yang melirik ke arah Aldo. Raisa
Raisa mencari ruangan CEO yang berada di lantai 17. Karena di sana belum ada pegawai yang datang, maka dia mencari sendiri ruangan CEO.Tangannya menunjuk ke pintu lift, menekan angka 17. Pintu lift terbuka, terlihat lorong panjang tanpa sekat dan terlihat dari jauh di depan pintu bertuliskan huruf CEO."Itu pasti ruang CEO," Gumam Raisa seraya menunjukkan jari telunjuk ke arah depannya.Raisa melangkahkan kakinya, berjalan menyusuri lorong yang masih terlihat remang-remang. Karena belum ada satu orang pun yang datang kecuali dirinya yang berada di ruangan tersebut.Dengan serbet di pundaknya dan vacum cleaner ditangan, dia bersiap untuk membuka pintu ruangan CEO.Ruangan yang cukup megah dan mewah, sungguh desain yang artistik. Dengan perpaduan warna putih dan hitam menandakan bahwa CEO mereka adalah laki-laki.Raisa memulai pekerjaannya, hal pertama yang akan dia lakukan adalah membersihkan meja. Terlihat ada figura foto di atas meja."Oh, ternyata pimpinan di sini sudah tua. Opss..
Sudah sebulan Raisa bekerja di perusahaan Wisnutama Corp. Tapi dia tidak pernah melihat Aldo bekerja seperti yang diucapkannya."Aldo, aku tidak pernah melihat kamu bekerja bersama Dani?" tanya Raisa yang di bonceng oleh Aldo saat akan berangkat bekerja."Oh, aku--" bingung Aldo menjawab pertanyaan Raisa. Sebenarnya dia hanya ditugaskan kakeknya mengecek keuangan kantor. Kali ini Aldo harus berbohong pada Raisa."Apa kamu sering kabur saat bekerja?" tebak Raisa."Enggaklah, kalau kabur aku bisa di pecat. Aku hanya disuruh-suruh oleh CEO mengantarkan berkas ke kantor-kantor," jawab asal Aldo."Oh, enak dong banyak uang tipnya?" ucap Raisa yang sudah mulai akrab dengan Aldo."Iya, kamu mau aku traktir?" tanya Aldo."Enggak usah. Sebaiknya uangnya kamu tabung untuk masa depanmu," saran Raisa."Iya, bu bos," kata Aldo menoleh ke arah Raisa."Amin, semoga aku jadi bos." Raisa mengaminkan ucapan Aldo."Aku bisa kok jadiin kamu Bu bos," batin Aldo Mereka pun sampai di kantor dan Aldo pamit
Raisa memberi tahu suaminya kalau dia mendapatkan tawaran, untuk melanjutkan kuliahnya."Aku mendapat beasiswa untuk kuliah," ucap Raisa yang sedang bersandar di tempat tidur."Kuliah?""Iya, CEO memberitahu padaku kalau aku mendapatkan beasiswa dari perusahaan untuk melanjutkan kuliah," ujar Raisa.Faisal tampak ragu untuk menyetujui keinginan Raisa, namun istrinya sangat memohon kepadanya."Aku mohon, ini adalah kesempatan. Aku tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. Semua biaya perkuliahan di tanggung oleh perusahaan. Siapa tahu aku bisa naik jabatan sesudah menyelesaikan kuliah," rayu Raisa pada suaminya.Faisal masih berpikir, ada benarnya juga pemikiran Raisa. Dia pun tidak ingin menghambat cita-cita Raisa yang ingin berkerja kantor sejak mereka pacaran."Baiklah, tapi aku memintamu untuk tetap hati-hati. Jangan mudah tergoda oleh para pria." pesan Faisal yang kemudian membaringkan tubuhnya. Mereka berdua pun tertidur lelap, dan bersiap untuk melakukan aktivitas keesokan pagi
"Sa, tunggu!" panggil Aldo.Raisa menoleh ke arah Aldo. "Ada apa, Do?" tanya Raisa."Cepat naik ke motorku, agar tidak terlambat sampai ke kantor," ajak Aldo yang langsung memberikan helm pada Raisa"Aku naik busway saja. Enggak enak kalau numpang terus sama kamu." Raisa menolak dan langsung berbalik badan.Aldo turun dari motornya dan memasang standar miring agar tidak jatuh. Lalu dia menghampiri Raisa."Sa, ayo ikut aku. Aku akan senang jika kau naik motorku," kata Aldo dengan wajah memohon.Raisa kemudian berpikir, dalam hatinya berkata kalau akan lebih hemat jika dia naik motor dengan Aldo."Baiklah. Tapi aku gak bisa kasih uang ojek ke kamu ya," tutur Raisa menerima helm Aldo."Nah gitu dong, dari tadi kek. Kan kita jadi gak telat ke kantornya," ujar Aldo menuntun tangan Raisa.Raisa memanyunkan bibirnya seraya berkata, "aku cuma takut disuruh bayar ongkos ojek sama kamu," gerutu Raisa yang sudah duduk di jok belakang motor Aldo."Kalau lagi merajuk. Kamu tuh manis banget, Sa. Bi
Raisa pun berjalan menuju lift, kemudian Faisal keluar gedung dan menuju parkiran motor.Saat melewati taman kecil yang berada di area parkir, dia berpapasan dengan Aldo yang baru saja turun dari motornya."Hey, Do!" sapa Faisal yang mengenali wajah tetangganya itu.Aldo begitu terkejut saat mata Faisal begitu jeli melihat keberadaannya. Padahal dia sudah berusaha jalan mengendap-endap."Eh, Sal." "Kamu kerja di sini?" tanya Faisal yang sudah berhadapan dengan Aldo."Eh, iya. Cuma magang aja." Aldo menjawab pertanyaan Faisal dengan gugup. "Kamu sedang apa di sini?" tanya Aldo basa-basi. Padahal pemuda itu melihat Faisal menghampiri Raisa saat mereka ada di lobi kantor."Aku mengantarkan pesanan dan juga kebetulan istriku bekerja di sini," jawab Faisal.Malas membicarakan soal Raisa, akhirnya Aldo mengakhiri pembicaraan."Sal, aku masuk dulu ya. Sudah waktunya masuk jam kantor," kata Aldo seraya melihat jam di tangannya."Oh, iya." Faisal mempersilahkan Aldo menuju kantornya.Lalu Ald
Raisa menuju ruang CEO, ini kali kedua dia disuruh membersihkan ruangan itu. Biasanya hanya kepala cleaning servis yang di tugaskan untuk membersihkan ruangan CEO.Walaupun sudah setahun dia bekerja, namun kali ini ada perasaan yang berbeda saat memasuki ruangan CEO.Karena baginya ruangan itu sungguh sangat privat dan tidak boleh sembarang orang masuk ke dalamnya.Tangannya membuka knop pintu, lalu memutarnya. Pintu pun terbuka, Raisa sudah masuk kedalam dengan alat tempur kebersihan di tangannya.Langkah pertama, wanita cantik itu menuju ke meja tempat paling utama yang akan di tuju oleh CEO pastinya.Terlihat meja yang masih bersih tanpa ada debu yang menempel. Semua peralatan masih rapi tertata di tempatnya dan masih seperti baru.Sungguh sangat apik pemakai ruangan CEO, hingga semua alat masih tersusun rapi di tempatnya.Tugas Raisa sangat ringan, karena tidak seperti membersihkan rumah Faisal yang selalu berantakan akibat ulah anak Maria.Raisa mulai menyalakan vacum cleaner, me
Raisa masuk ke ruangan CEO dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.Pintu ruangan CEO terbuka, terlihat Aldo telah menyembulkan kepalanya."Sa, masuklah," kata Aldo yang sudah membukakan pintu untuk Raisa.Raisa masuk, kemudian dia mencari alat yang katanya tadi tertinggal. Menurut penuturan Aldo di telpon, ada barang yang tertinggal. Tetapi seingat Raisa, semua barang kebersihan tidak ada yang tertinggal."Dimana barangnya?" tanya Raisa seraya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan."Di kamar mandi, ada lap yang tertinggal," kata Aldo seraya menunjukkan jari.Raisa pun masuk ke toilet yang tadi dia bersihkan.Sementara Aldo mengunci pintu ruangannya, lalu menuangkan air sirop ke dalam gelas."Kayaknya serbet ini uda aku taruh di loker deh!" ucap Raisa sambil membawa serbet berwarna putih di tangannya.Kemudian dia keluar dari toilet CEO. Lalu melihat Aldo duduk di bangkunya."Serbet ini sepertinya sudah aku bawa tadi," kata Raisa sembari menunjukkan kepada Aldo."Ya, mungkin serbet
Raisa memang gadis yang polos, semua yang dilakukan sesuai dengan keinginannya. Pikirannya memang amat pendek, karena Raisa tidak kuat menanggung beban derita sendirian.Keesokan paginya Raisa baru tersadar, dia pun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.Berharap wanita cantik itu sudah meninggalkan dunia yang penuh kekejaman pada dirinya. Raisa berpikir bahwa dirinya sudah berada di neraka, karena orang bunuh diri pasti rohnya tidak akan di terima di akhirat.Tetapi wanita cantik itu merasakan suhu udaranya sangat dingin. Begitu juga ruangan disekitarnya berwarna putih semua. Tetapi dia merasa pergelangan tangannya sakit, terlihat perban dan jarum infus."Apakah neraka senyaman ini, berada di kasur empuk dan selimut yang tebal. Oh pantas saja orang pada bunuh diri kalau tertimpa masalah," batin Raisa."Kau sudah bangun?" Suara serak laki-laki terdengar dari sebelahnya.Apakah itu malaikat maut, atau malaikat penanya dalam kubur? Oh, tapi ini bukan kuburan, tetapi seperti di dalam ruanga
Kemudian supir dan sang majikan membawa Raisa ke dalam mobilnya."Tuan, apakah tahu rumah wanita ini?" tanya sopir."Tidak, aku tidak tahu. Sebaiknya kita bawa pulang dulu, setelah dia sadar baru kita antarkan pulang," perintah pria paruh baya yang mengenali Raisa "Baik, Tuan," jawab sopir yang langsung melajukan mobilnya.Selang setengah jam, Raisa sudah sampai di rumah Arifin.Dia di bawa menuju kamar tamu yang berada di sofa.Arifin mencari ponsel Raisa, dia akan menghubungi suaminya. Tapi tak juga di temukan ponselnya, apakah Raisa di jambret oleh perampok? Itulah yang menjadi pertanyaan Arifin."Sebaiknya kita biarkan dia istirahat," kata Arifin meninggalkan Raisa di kamar.Raisa tersadar, dan dia mulai membuka kedua matanya."Aku dimana?" lirihnya seraya memegang perutnya yang mulai berdendang."Ish, perutku lapar," ucapnya meringis.Kemudian Raisa pun bangkit dari tempat tidur, dia menuju pintu."Cekelek..."Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya.Raisa memundurkan langkahn
"Sa, aku ingin bertanya satu hal padamu?" tanya Faisal memandang ragu sang istri."Bertanya soal apa?" tanya Raisa sambil berbaring di sebelah suaminya."Apakah selama ini kamu puas dengan..." Faisal terlihat ragu, saat membahas tentang aktivitas mereka di tempat tidur."Dengan apa?" balik Raisa bertanya. Dia sungguh bingung dengan pertanyaan sang suami yang menggantung "Dengan kejantananku?" seloroh Faisal mengecilkan suaranya."Kejantanan apa maksudmu?" tanya Raisa seraya mendongakkan kepalanya kearah sang suami. Mereka sedang berbaring ditempat tidur berkomunikasi dari hati ke hati."Sebenarnya, aku memiliki masalah soal kejantanan. Itu yang selama ini aku khawatirkan," ucap laki-laki berkulit kuning langsat itu dengan cemas. "Maksud kamu apa sih? Aku masih belum gak paham," jawab Raisa yang langsung duduk lalu menatap Faisal.Wanita cantik itu memang masih sangat polos. Raisa belum pernah melihat bentuk kepemilikan laki-laki. Selama ini, dia hanya mengimbangi permainan sang suam
Mereka sudah sampai di warung bakso dan Faisal memesankan untuk Raisa."Ini Sa, bakso pakai bihun putih," kata Faisal yang sangat tahu kesukaan Raisa.Mereka makan dengan lahapnya, karena memang sudah waktunya jam makan siang.Selesai makan bakso, Raisa memesan es teler yang merupakan menu andalan di warung bakso tempat mereka makan.Sembari menunggu es teler, Faisal membuka pembicaraan."Sa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," kata Faisal dengan mimik wajah serius."Ada apa?" tanya Raisa.Butuh waktu beberapa menit untuk Faisal menceritakan perihal penyakit yang dialaminya.Karena Faisal sangat takut dengan jawaban kekecewaan dari Raisa."Kok kamu malah melamun?" tanya Raisa sembari menepuk tangan suaminya "Eh, aku ingin membicarakan hal penting padamu," ucap Faisal ragu."Hal penting apa?" tanya Raisa penasaran "Soal, soal...." ucap Faisal ragu. Dia masih belum siap berpisah dengan sang istri jika tahu dirinya impoten."Soal apa?" desak Raisa tak sabaran.Lalu sang pelayan datan
"Loh, istrimu kok uda pulang kerjanya?" tanya Bu Leha yang sedang merapikan mainan cucunya."Raisa hamil, Bu!" sahut Faisal memberikan kabar pada Ibunya."Hamil?" Seketika kedua bola matanya pun hampir keluar sempurna. "Apa betul, Raisa?" tanya Bu Leha meyakinkan dirinya."Iya, Bu!" jawab Raisa."Ya, sudah Sal. Lekas bawa ke kamar dan suruh istrimu istirahat," perintah sang ibu.Lalu Faisal membawa Raisa masuk kekamarnya.***Pagi ini Aldo sedang bersiap untuk berangkat kuliah. Aldo mendengarkan saran sang bibi, agar jangan pernah membantah dengan titah sang kakek.Saat akan menuruni anak tangga pertama, tiba-tiba perutnya seperti terguncang. Tak seperti biasanya, yang dirasakan saat ini sangat mual.Dengan langkah seribu, dia bergegas menuju kamar mandi."Huek, huek..."Terdengar Aldo sedang muntah lalu mengeluarkan semua isi perutnya.Bi Salma yang hendak memanggil Aldo, mendengar cucu majikannya itu sedang muntah-muntah."Den, Aden..." panggil Bi Salma seraya mengetuk pintu."Huek,
"Den, sebaiknya jaga kesehatan. Bibi sedih kalau Aden sakit begini," ucap Bi Salma cemas yang duduk di sebelah Aldo."Aku kecewa dengan keputusan kakek, Bi!" Tutur Aldo dengan gurat kesedihan di wajahnya."Mau gimana lagi Den. Toh mungkin itu pilihan kakek yang terbaik untuk Aden," ujar Bi Salma.Aldo pun menghabiskan makanannya, lalu bi Salma membawa piring kotor ke dapur.Aldo kembali duduk di pinggiran jendela, memandangi ke arah luar yang kini sedang musim salju.****Dua minggu sudah Raisa bekerja di sekolah dan sorenya dia mengajar les di rumah pak Arifin.Menjelang pagi, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan perutnya mual.Saat akan bangun dari tempat tidur, ada rasa tak enak di tenggorokannya. Kemudian Raisa merasakan ada dorongan dari perutnya, yang tiba-tiba ingin di keluarkan."Huek,, huek..." Raisa muntah, namun dengan cepat dia berlari menuju kamar mandi.Faisal panik saat mendengar Raisa muntah-muntah. Segera dia bergegas menuju kamar mandi, lalu memijat tengkuk leher Ra
Raisa sudah berada di sekolah tari, dia akan memulai pelajaran pertamanya."Anak-anak, perkenalkan nama ibu Raisa. Nama lengkapnya adalah Raisa Ekasuci," papar Raisa pada anak muridnya.Dia sangat gugup pada hari pertama bekerja, karena anak yang di ajarkannya adalah anak belasteran luar negeri. Ada anak yang berkulit putih dan hitam serta hidung yang mancung atau rambut bule.Bahasa yang di gunakan saat ini adalah bahasa Indonesia. Untuk selanjutnya Raisa harus fasih berbahasa Inggris.Jam menunjukkan pukul sembilan, waktunya istirahat. Dia harus mengganti kelas mengajarnya. Saat pagi adalah jadwal mengajar anak usia 5-12 tahun, selesai istirahat Raisa harus mengajar anak usia remaja."Kamu Raisa?" tanya salah seorang guru tari yang mengajarkan tarian tradisional."Iya," jawab Raisa."Perkenalkan namaku Niken, panjangnya Niken Widiastuti," sapanya mengenalkan dirinya."Iya Mbak Niken, salam kenal ya," tutur Raisa."Jangan Mbak dong, umurku belum tua. Tapi sepertinya kita seumur. Pan
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Aldo langsung menuju lantai 15. Dia mencari keberadaan Raisa, bermaksud ingin mengembalikan ponsel yang tertinggal.CEO muda itu mencari wanita pujaannya ke pantry, dan hanya menemui teman Raisa saja. Aldo tidak pernah tahu nama pegawai kebersihan selain Raisa."Maaf, mau nanya," sapa Aldo pada Lina yang sedang berkemas."Iya, mau nanya apa?" Jawab Lina tanpa memperhatikan Aldo"Raisa dimana, ya?" Tanya Aldo."Oh, kamu yang ngaku-ngaku office boy di lantai 17 ya?" Tanya Lina saat melihat seseorang yang sedang mencari Raisa."Eh, iya." Aldo terkekeh. "Dimana Raisa?" Aldo mengulang pertanyaannya, karena sedari tadi Lina tak menjawabnya."Dia udah berhenti kerja," jawab Lina. "Memangnya kamu ada urusan apa sama Raisa?" Tanya Lina menatap curiga."Bukankah, tadi siang dia kesini?" Tanya Aldo."Oh, tadi siang dia hanya pamit untuk mengundurkan diri," jawab Lina"Oh," jawab Aldo dengan wajah tertekuk"Memangnya kamu ada urusan apa?' tanya Lina sambil mempe
Pagi pun tiba, Raisa berencana untuk melamar pekerjaan sebagai guru tari.Karena kemarin gadis cantik itu, sudah menghubungi nomor penyelenggara yang terdapat di papan pengumuman.Raisa berangkat dengan Faisal, lalu turun di halte busway seperti biasanya.Dari kejauhan terlihat Aldo sedang mengamati Raisa, yang berjalan dengan cepat menuju halte.Dia tahu jadwal Raisa hari ini akan ke kampus lalu ke kantor. Sayangnya mata kuliah Aldo beda jurusan dengan Raisa, maka dia berada di gedung yang berbeda.Lalu Aldo menjalankan mobilnya, setelah melihat Raisa sudah naik busway.****"Selamat ya, kamu di terima. Besok sudah mulai bekerja," kata Melati pemilik sekolah tari."Terima kasih, Mbak. Saya memang ingin sekali mengajar tari pada anak-anak," kata Raisa seraya mengulas senyum."Baiklah, besok kamu harus datang jam delapan tepat. Lalu pulang jam dua belas. Kalau kamu ingin melanjutkan kuliah, nanti bisa ajukan beasiswa," kata Melati seraya menjabat tangan Raisa."Baik, Mbak. Terima kasih