Hari hari terus berlalu dan tanpa terasa sudah satu minggu lagi terlewat. Morin masih dalam pengawasan ketat walaupun hanya untuk ke sekolah. Dia juga jarang berkomunikasi dengan omnya karena sepertinya omnya sedang sibuk, terkadang dalam satu hari omnya bisa berpindah tiga negara. Jadi mereka hanya sesekali berbalas chat yang sudah pasti sangat tidak memuaskan untuk Morin dan membuat moodnya jelek lagi. Sepertinya dia mempunyai kebiasaan baru, yaitu ngedumelin omnya sebelum tidur. Yang paling malang ada bantalnya yang suka dianggap sebagai pengganti omnya, jadilah si bantal dipukuli dan diomel omelin.Saat pulang sekolah, dia menemukan Diego dan Rose di ruang tamunya. Ternyata pria itu datang untuk pamit karena mau memulihkan diri di salah satu pulau pribadinya. Pria itu membawakan sebuah boneka kelinci berwarna abu untuknya, katanya Darius menitipkan boneka untuknya. Morin sedikit bingung tapi dia tetap menerimanya. Tapi yang membuatnya lebih bingung adalah Rose yang masih mengikut
“Hei muka datar. Kemana pemilikmu? Tidak pernah menelepon. Bahkan dia memberikan boneka dengan wajah sama kakunya dengan dirinya”“Tahu tidak, aku kan kangen. Bahkan mendengar suaranya sebentar saja sudah cukup”“Awas saja jika nanti bertemu lagi. Akan kubuat dia tidak bisa jauh jauh dariku. Kalau perlu aku cari dukun pelet paling ampuh! Ki Gandang kek, Ki Jojo kek, atau si Eang Bubur yang udah aki aja bininya puluhan. Kalau satu resep takut kurang karena si om terlalu kaku, sekalian kupakai tiga resep sekaligus. Pasti manjur!” Dasar bego! lu pikir ke dokter apa dapetnya resep? Lagian lu mau melet atau bunuh orang? Bisa mati si om dikasih tiga dosis pelet, beda empunya pula! Begitulah kira kira kalau si kelinci bisa jawab.Morin masih sibuk mengumpati omnya sambil terus menyentil boneka kelinci abu malang itu tanpa dia ketahui kalau di mata kelinci itu ada kamera yang merekam kegiatannya sejak tadi dengan kualitas gambar HD terbaik, bagian dalamnya ada lapisan waterproof sehingga tah
Adrian Lewis mengantar Morin kembali ke rumah jam lima sore, dimana jam enam sore Morin sudah akan berangkat untuk makan malam dengan dengan keluarganya. Adrian menyempatkan diri untuk bertegur sapa lagi dengan Donny dan Monika sebelum pamit.Morin langsung masuk ke kamarnya setelah pria itu pulang. Dia mandi dan berganti pakaian untuk pergi makan bersama keluarganya. Saat dia duduk di meja rias untuk berdandan, dia menyadari ada sebuah kotak perhiasan cantik berwarna hitam. Dengan penasaran dia membuka kotak itu, berpikir kalau ayah atau ibunya memberikannya hadiah lagi. Dia terdiam saat melihat cincin di dalam kotak itu. Di dalam kotak itu ada sebuah cincin berlian solitaire, di cincin itu ada ukiran namanya dan tanggal ulang tahunnya, dengan sebuah kartu bertuliskan selamat ulang tahun.Otaknya langsung memutar memori saat dia meminta cincin sebagai hadiah ulang tahunnya. Ternyata omnya ingat permintaannya.“Iya. Cincin sebagai hadiah ulang tahunku dari om, yang harus om pilih send
“Mungkin kak Darius mengutak atik cctv agar pelakunya tidak terlihat” kata Eloisa. Dia teringat kemampuan Darius yang luar biasa saat dulu saat berhasil menunjukkan rekaman cctv yang sudah dihapus, yang menunjukkan kalau Darren tidak pernah menyentuh mantan pacarnya itu.Dan sepertinya jawaban ELoisa memuaskan rasa penasaran semua orang yang memang berpikir kalau Darius bisa melakukan hal itu.“Tapi untuk apa om melakukan hal itu?” tanya Morin yang masih bingung.“Mungkin dia mau memberikan kejutan untukmu” kata Darren yang membuat wajah Morin cerah seketika.“Begitukah?” tanya Morin dengan mata penuh harapan yang membuat Darren mati kutu. Ini dijawab iya dan tidak sepertinya tidak ada yang benar.
Jeritan Morin membuat Donny dan Monika yang baru saja mau memulai aktivitas malam mereka langsung membatalkan niatnya dan kembali menggunakan pakaian. Donny membuka pintu tepat saat Morin sedang berlari ke kamarnya dan langsung menghambur padanya.“Papa, bonekanya Om Darius ada hantunya!” pekik Morin ketakutan.Donny dan Monika mengerutkan alis mendengar penjabaran tidak masuk akal Morin.“Morin, tenang dulu ya. Cerita pelan pelan ada apa?” tanya Donny.“Bonekanya Om Darius bisa jalan sendiri” jawab Morin sambil gemetar di pelukan ayahnya. Donny semakin mengerutkan alisnya.“Ayo sini dulu, cerita pelan pelan” Donny menarik pelan Morin menuju sofa yang ada di kamar itu. Monika keluar untuk meminta teh hangat diantarkan ke kamarnya.“Tadi aku kan mau tidur dan memeluk si muka datar. Terus aku merasa ada yang berbeda dari dia” Morin mulai bercerita.“Si muka datar?” Donny semakin bingung.“Itu nama boneka kelinci yang diberikan Om Darius” jawab Morin. Donny menganggukkan kepala. Dia baru
Darius langsung membuka laptopnya dan mengecek cctv di rumah Donny dari pagi. Dia menggertakkan giginya saat melihat Adrian Lewis memegang dan mencium tangan Morin saat pria itu melamar Morin. Rasanya dia ingin meninju layar laptopnya saat melihat wajah Morin yang merona karena Adrian Lewis. Dia bahkan bisa mendengar percakapan ketiga orang di layar laptopnya saat Donny datang. Dia bisa melihat kalau memang Morin yang menyetujui pendekatan Adrian Lewis. Dia lalu mengecek kemana Morin dan Adrian Lewis pergi dengan pelacak yang digunakan Morin, bahkan dia meretas cctv di taman hiburan. Emosinya semakin naik melihat tawa cantik gadis itu diberikan pada Adrian Lewis.Dia mulai berpikir apakah pada akhirnya Morin juga seperti Fiona yang berpaling darinya karena merasa tidak diperhatikan? Apakah semua wanita seperti itu?Darius diam dan terus melihat layar monitor itu dengan perasaan berkecamuk. Sampai saat Morin masuk kembali ke kamar setelah pulang dari makan malam, dia mengganti rekaman
Sekarang Morin dan Darius sedang saling memelototi, tepatnya Morin yang memelototi omnya, karena Darius masih menatapnya dingin.“Aku akan menikahimu” kata Darius tiba tiba.“Karena?” Morin melirik sinis omnya. Melihat wajah datar omnya, rasanya dia yang gila kalau berpikir omnya akan berkata mencintainya.“Sekarang” kata Darius lagi mengabaikan pertanyaan Morin yang membuat mata Morin terbelalak.“Hah?!” “Aku akan bicara pada mama” kata Darius lagi sambil berbalik. Berniat melaksanakan perkataannya. Morin langsung berlari dan menghalangi jalan omnya.“O-om mau a-apa?” tanya Morin panik. “Mengatakan pada mama untuk menyiapkan pernikahan kita” jawab Darius.“Ihhhh… tidak mau! Aku kan belum bilang aku mau menikah dengan om!” bantah Morin.“Kamu sudah mengatakan itu padaku selama hampir tujuh tahun” kata Darius.“Aku sudah bilang kalau aku mau menikah jika om mencintaiku. Titik! Ga pake tawar dan koma!” komplain Morin. Dia semakin cemberut, omnya kenapa bebal sekali sih, ngebet
Darius tiba di rumahnya satu jam kemudian dan langsung melempar dirinya ke kolam renang, berusaha berenang agar menurunkan efek obat perangsang yang sudah mulai menyerangnya lagi. Di tempat parkir tadi dia langsung mendorong Fiona dengan kasar dan menyalakan mesin mobilnya, dia lebih memilih kecelakaan daripada masuk jebakan mantan tunangannya itu. Setengah mati dia menyetir dengan kondisi mata yang terasa berkabut, memaksakan otaknya untuk konsentrasi disaat bayangan Morin dengan baju minim berseliweran di matanya, beberapa kali dia hampir kecelakaan hingga sekitar lima belas menit kemudian efek dari obat pereda nyeri yang dia minum mulai bereaksi untuk menurunkan efek obat perangsang itu. Dia tahu waktunya mungkin hanya setengah hingga satu jam sebelum efek obat perangsang itu mulai menggila lagi.Setengah jam kemudian Darius keluar dari kolam renang dan bergegas menuju kamarnya untuk mengunci diri di dalam kamarnya itu, karena otaknya mulai menyuruhnya untuk ke rumah Donny dan men
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Darius duduk dengan gelisah di depan ruang bersalin. Morin memilih untuk melahirkan dengan cara operasi caesar karena kata dokter bayinya besar. Operasi baru dimulai lima menit yang lalu dan paling lama setengah jam lagi dia sudah bisa melihat anaknya yang kata dokter berjenis kelamin laki laki. Semua anggota keluarga Hartadi juga menunggu disana. Tapi melihat wajah tegang Darius yang terlihat seperti ingin memakan orang, tidak ada yang berniat mengajak pria itu bicara. Mereka semua menunggui operasi itu dan berdoa agar operasi berjalan lancar. Di dalam ruang operasi, dokter ginekologi sedang menjahit bekas operasi di perut Morin setelah mengeluarkan bayi berjenis kelamin laki laki. Sekarang bayi itu sedang dibersihkan oleh dokter anak. Ruang bersalin itu menjadi tegang karena si bayi tidak kunjung menangis. Dokter anak sudah membalik tubuh bayi itu dan menepuk bokongnya untuk mendapatkan respon bayi itu. Namun bukannya menangis, bayi itu malah membuka matanya dan menatap tidak suka
“Ijsbeer” panggil Morin sambil mengguncang tubuh Darius yang masih tidur. “Ya Morin?” tanya Darius sambil mengucek matanya. Dia melihat kalau diluar masih gelap. “Aku ingin makan pai daging” kata Morin lagi. “Sekarang?” tanya Darius bingung. “Iya” jawab Morin. “Dimana pai daging yang buka jam segini?” tanya Darius sambil melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. “Tapi aku mau” kata Morin manja. “Baiklah aku akan bangunkan koki untuk membuatnya” jawab Darius sambil turun dari ranjang. “Ga mau itu. Maunya yang dijual di pasar malam di London saat natal” kata Morin lagi yang membuat Darius menatap istrinya dengan alis berkerut dalam. “Morin, sekarang bulan Mei, Desember masih enam bulan lagi. Kau tahu sendiri kalau pai daging itu hanya dijual saat natal” kata Darius bingung. Mengapa juga Morin tiba tiba aneh begini? Membangunkannya untuk meminta pai daging yang dijual saat natal sekarang. “Tapi aku kepingin banget” jawab Morin sambil menatap suaminya dengan puppy eyesnya yang
Kalimat itu seperti bom bagi Fiona, dia langsung menoleh pada mantan suaminya dan baru menyadari kalau banyak lebam dan bekas luka baru di wajah pria itu. Tangan pria itupun terluka karena dia melihat perban melapisi tangan pria itu. “A-apa maksudmu?” tanya Fiona pucat pada Rizky. “Aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini Fiona. Aku tahu kau fobia gelap dan anak kita membutuhkanmu. Biar aku menggantikanmu” jawab Rizky sambil memegang tangan Fiona. “Mengapa kau terluka” selidik Fiona. “Dia berusaha menyandera istriku agar aku membatalkan tuntutannya padamu. Dan Rizky pasti sudah berada dalam kubur sekarang jika istriku tidak menahanku” jawab Darius. Jawaban Darius membuat Fiona semakin pucat. “Dasar bodoh! Untuk apa kau lakukan itu! Sudah kubilang aku tidak bisa mencintaimu!” omel Fiona panik. Dia mulai menangis karena ketakutan, takut jika pria itu mati karenanya. Mengapa Rizky begitu bodoh! Dia sudah bilang berkali kali kalau dia tidak bisa mencintai pria itu! Pria itu terl
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi