Di pagi hari kepanikan terjadi karena semua orang menyadari kalau Morin berada di dalam kamar bersama Darius dan pintu kamar Darius terkunci, bahkan ponsel pria itu ada diluar kamar. Keributan dimulai saat Morin tidak kunjung pulang, padahal jika menginap di rumah Rosaline di hari sekolah, gadis itu akan pulang jam enam pagi untuk bersiap ke sekolah. Namun sekarang sudah jam setengah tujuh dan mereka semua berada di depan kamar Darius, sedang menggedor pintu kamar Darius. Dari rekaman cctv, mereka tahu kalau Morin tidur di kamar Darius, masalahnya adalah beberapa jam kemudian Darius pulang dan tidak ada yang keluar dari kamar itu sampai sekarang. Dan mereka semua tahu kalau Darius sudah terkontaminasi virus Morin dalam skala akut dan sangat berbahaya jika mereka menghabiskan malam bersama di satu kamar.Darius terbangun karena suara berisik di depan kamarnya dan hal pertama yang dia lihat adalah kepala yang tertidur di lengannya. Tubuhnya menegang saat ingatan semalam muncul, dia ber
Morin terus mengurung diri di kamar, dia bahkan tidak mau sekolah. Dan Darius dilarang oleh semua orang untuk menerobos masuk ke kamar gadis itu. Pelayan hanya boleh meletakkan makanan di depan pintu kamar gadis itu, yang sesekali akan dimakan oleh Morin.Sedangkan Darius mulai kembali bekerja dari Indonesia. Dia tidak bisa meninggalkan Morin dalam kondisi seperti ini. Setiap hari dia akan mampir ke rumah Donny untuk mencoba bicara dengan gadis itu, namun Morin tidak pernah mau bicara dengannya.Dia pergi sekali ke London untuk menghadiri meeting tahunan yang memang sudah diatur sejak dua bulan lalu dan langsung kembali ke Indonesia begitu urusannya disana selesai.Morin akhirnya keluar dari kamar hampir dua minggu kemudian. Tubuhnya kurus dan wajahnya muram. Dia duduk di meja sarapan dan berkata ingin pergi ke sekolah. Donny dan Monika tidak melarangnya. Hanya menyuruhnya memberitahu jika tubuhnya kelelahan karena hanya makan sedikit selama dua minggu ini.“Aku baik baik saja, mama p
Darius baru saja melempar laporan ke atas meja. Suasana di ruangan meeting itu semakin mencekam saat Darius menatap pria yang membuat laporan itu. Selama sebulan ini hidup karyawan disana sudah seperti di neraka. Darius mempercepat deadline mereka dalam semua hal yang membuat mereka bekerja semakin keras, karena selama ini kerjanya juga sudah berat.“Ini kedua kalinya bulan ini anda membuat laporan yang tidak lengkap. Sekali lagi saya terima laporan semacam ini, angkat kaki anda dari sini” kata Darius.“Maafkan saya Pak. akan segera saya bereskan” jawab pria itu panik. Darius melirik semua peserta meeting.“Saya tidak terima kesalahan dalam bentuk apapun” katanya final sebelum dia berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan meeting. Setelah pintu ditutup, barulah mereka bisa bernafa
Morin membuka matanya dan menyadari kalau dirinya berada di ruang perawatan. Dia menoleh dan melihat ayah dan ibunya yang sedang mengobrol dengan omah dan opah di sofa. Ternyata dia ada di rumah sakit, awalnya dia pikir dia berada di UKS sekolahnya.Tidak lama dia mendengar suara pintu diketuk dan dokter masuk bersama perawat. Dokter langsung menghampiri ranjangnya.“Anda sudah sadar nona Morin. Bagaimana perasaan anda? Apakah ada yang sakit?” tanya dokter. Pertanyaan dokter membuat semua yang di sofa segera menghampiri ranjang, mereka baru menyadari kalau Morin sudah sadar.Morin menggeleng, karena memang rasanya tubuhnya masih lemas, jadi bicara juga malas.“Morin bagaimana keadaan kamu, sayang? Kamu terlalu memaksakan diri belajar hingga pingsan begi
“Kau harus membantuku membuat ide brilian, Sissy” kata Morin dengan nada berkomplot sambil menarik tangan Sissy untuk segera duduk di sisinya.“Memang kau mau apa, Morin?” tanya Sissy penasaran.“Kita harus membuat Om Darius menyadari perasaannya padaku dan mengatakan kalau dia mencintaiku” kata Morin serius.“Hah?! Apa kepalamu terantuk saat kau pingsan tadi siang?” tanya Sissy sambil memegang kening Morin.“Aish. Serius ini. Tadi omah, opah, papa dan mama bilang kalau Om Darius sebenarnya mencintaiku, hanya saja dia lola, jadi ngak ngeh ngeh. Gitu loh” kata Morin sambil menepis tangan Sissy.“Lah, biasa kan kau buat ide sendiri kalau urusan si om” kata Sissy.“Aduh, Waktunya mepet sekarang! Kalau kandunganku semakin besar, nanti mereka pasti memaksaku segera menikah” jawab Morin.“Apa?!” jerit Sissy sambil berdiri seakan dia baru menduduki paku. Dia melotot pada perut rata Morin yang tertutup selimut.“Itu.. itu… ada baby disitu” kata Sissy sambil menunjuk perut Morin dan Morin meng
Dua minggu kemudian…“Kau yakin si om ga akan membunuhku?” tanya Albert untuk kesekian kalinya.“Gaklah. Nanti setelah om datang, kamu berdiri di belakangku saja” jawab Morin yang juga sedang nervous. Ayahnya sudah mengirimkan undangan pernikahannya satu minggu lalu, tapi sampai sekarang omnya tidak kunjung muncul. Dia bahkan sudah didandani seperti pengantin sungguhan. Tidak mungkin omnya tidak datang kan? Nanti kalau pendeta beneran menikahkan dia dengan Albert bagaimana? Itu dokumen semua sudah atas nama dirinya dan si om loh, kalau kalau nanti dia memang harus langsung menikah setelah si om menyatakan perasaannya. Padahal dia berharap si om datang sejak papa mengirimkan undangan pernikahannya. Tapi koq malah ga ada kabar sampai sekarang yang membuat dirinya jadi pengantin begini? Apa mungkin perkiraan keluarganya salah? Ternyata si om sudah lupa pada dirinya? Ih amit amit, jangan sampai deh!Rosaline dan Monika masuk ke dalam ruang tunggu pernikahan di gereja dan melihat Morin y
“Ya ampun Morin! Hati hati kandunganmu!” bentak Darius panik saat Morin sudah berlari dan sekarang berlindung di belakang Rosaline. Dia tahu omnya tidak akan berani pada omah. “Ba-bagaimana om bisa tahu?” tanya Morin panik dan menoleh pada anggota keluarganya yang semua menggeleng. Tidak ada yang terkejut karena Darius tahu, mereka malah bingung kalau Darius tidak tahu, karena mereka yakin selama ini Darius pasti memata matai Morin. “Su-sudah kubilang aku tidak mau menikah dengan om jika om tidak mencintaiku!” kukuh Morin. Dia berusaha menutupi kegugupannya. Karena omnya sudah tahu, dia pasti akan diseret untuk menikah walaupun omnya itu belum bilang mencintainya. “Sudahlah kak. Katakan saja kau mencintainya dan akhiri drama ini” kata Darren sambil tertawa. Dia merasa lucu dengan aksi kejar kejaran di depannya ini. Kakaknya si papan jati yang bilang tidak mau nikah seumur hidup sekarang sedang berusaha menyeret gadis abege ke altar. “Aku mencintaimu” kata Darius datar, sedatar waja
Acara selanjutnya berjalan seperti yang sudah direncanakan Morin. Mereka makan siang di tempat yang sudah disiapkan di Volle Hotel sambil membahas tema acara resepsi yang akan dilangsungkan nanti. Soal resepsi belum direncanakan Morin karena fokusnya saat membuat rencana adalah pernyataan cinta Darius. Bahkan dia tidak berpikir kalau dia akan langsung menikah. Pada saat malam H-1 dan si om belum kelihatan, barulah Morin merencanakan acara makan siang ini, yang dengan optimis dia berpikir omnya akan langsung menikahinya setelah deklarasi cinta yang dia tunggu itu. Dan ternyata memang itulah yang terjadi.Morin sedang duduk di meja teman temannya sambil mengobrol saat Diego menghampirinya untuk pamit karena dia harus segera kembali ke Italia.“Diego. Dimana Rose?” tanya Morin. Setelah pertemuan terakhir mereka, malamnya Rose mengirimkan pesan dan mengatakan kalau dia masih harus menemani Diego hingga pria itu benar benar sembuh. Nah, sekarang Diego sudah terlihat baik baik saja, tapi Ro
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Darius duduk dengan gelisah di depan ruang bersalin. Morin memilih untuk melahirkan dengan cara operasi caesar karena kata dokter bayinya besar. Operasi baru dimulai lima menit yang lalu dan paling lama setengah jam lagi dia sudah bisa melihat anaknya yang kata dokter berjenis kelamin laki laki. Semua anggota keluarga Hartadi juga menunggu disana. Tapi melihat wajah tegang Darius yang terlihat seperti ingin memakan orang, tidak ada yang berniat mengajak pria itu bicara. Mereka semua menunggui operasi itu dan berdoa agar operasi berjalan lancar. Di dalam ruang operasi, dokter ginekologi sedang menjahit bekas operasi di perut Morin setelah mengeluarkan bayi berjenis kelamin laki laki. Sekarang bayi itu sedang dibersihkan oleh dokter anak. Ruang bersalin itu menjadi tegang karena si bayi tidak kunjung menangis. Dokter anak sudah membalik tubuh bayi itu dan menepuk bokongnya untuk mendapatkan respon bayi itu. Namun bukannya menangis, bayi itu malah membuka matanya dan menatap tidak suka
“Ijsbeer” panggil Morin sambil mengguncang tubuh Darius yang masih tidur. “Ya Morin?” tanya Darius sambil mengucek matanya. Dia melihat kalau diluar masih gelap. “Aku ingin makan pai daging” kata Morin lagi. “Sekarang?” tanya Darius bingung. “Iya” jawab Morin. “Dimana pai daging yang buka jam segini?” tanya Darius sambil melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. “Tapi aku mau” kata Morin manja. “Baiklah aku akan bangunkan koki untuk membuatnya” jawab Darius sambil turun dari ranjang. “Ga mau itu. Maunya yang dijual di pasar malam di London saat natal” kata Morin lagi yang membuat Darius menatap istrinya dengan alis berkerut dalam. “Morin, sekarang bulan Mei, Desember masih enam bulan lagi. Kau tahu sendiri kalau pai daging itu hanya dijual saat natal” kata Darius bingung. Mengapa juga Morin tiba tiba aneh begini? Membangunkannya untuk meminta pai daging yang dijual saat natal sekarang. “Tapi aku kepingin banget” jawab Morin sambil menatap suaminya dengan puppy eyesnya yang
Kalimat itu seperti bom bagi Fiona, dia langsung menoleh pada mantan suaminya dan baru menyadari kalau banyak lebam dan bekas luka baru di wajah pria itu. Tangan pria itupun terluka karena dia melihat perban melapisi tangan pria itu. “A-apa maksudmu?” tanya Fiona pucat pada Rizky. “Aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini Fiona. Aku tahu kau fobia gelap dan anak kita membutuhkanmu. Biar aku menggantikanmu” jawab Rizky sambil memegang tangan Fiona. “Mengapa kau terluka” selidik Fiona. “Dia berusaha menyandera istriku agar aku membatalkan tuntutannya padamu. Dan Rizky pasti sudah berada dalam kubur sekarang jika istriku tidak menahanku” jawab Darius. Jawaban Darius membuat Fiona semakin pucat. “Dasar bodoh! Untuk apa kau lakukan itu! Sudah kubilang aku tidak bisa mencintaimu!” omel Fiona panik. Dia mulai menangis karena ketakutan, takut jika pria itu mati karenanya. Mengapa Rizky begitu bodoh! Dia sudah bilang berkali kali kalau dia tidak bisa mencintai pria itu! Pria itu terl
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi