Paginya, keluarga Buana berkumpul dimeja makan untuk sarapan. Jujur, Marcel merindukan suasana makan di meja makan bersama keluarganya. Sejak kecil, inilah yang selalu dilakukan bersama keluarga. Sarapan dan makan malam bersama sambil bercerita. Tapi seraya waktu berlalu, Marcel dan Michael bertambah dewasa dan memilih tinggal diapartemen saat genap berusia 20 tahun.
“Ma, kenapa kita tidak ajak Michael sarapan?” saran Marcel langsung membuat mata Ribka berbinar-binar.
“Anak tidak berguna itu tidak perlu diajak!” balas Elmand dingin.
“Pa, tolong bersikaplah lebih baik lagi. Michael itu butuh kita, bukannya obat ataupun dokter.” Marcel tak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya itu.
“Aku setuju dengan Marcel,mas. Aku akan bawa Michael.” Ribka berdiri dan berjalan menuju kamar putra bungsunya itu supaya mereka bisa sarapan bersama.
“Pagi ayah, dimana ibu?” Mikaela baru selesai bersiap dan duduk dimeja makan untuk sarapan. Tapi, Mikaela duduk bersebrangan dengan Marcel.
“Duduklah disamping suamimu,nak! Lihat Selena, dia langsung mendekat kepada ayahnya. Lagipula, hanya kamu kan yang bisa suapin Selena.” suruh Elmand membuat Mikaela terdiam.
“Selena, sini sama mama. Kamu kan harus mama suapin.” pinta Mikaela lembut pada Selena. Tapi Selena menggeleng dan memeluk Marcel sambil berkata,"Mau dicuapin papa!”. Sontak ucapan Selena membuat Mikaela terdiam.
“Duduklah sayang, papa suapin ya.” Marcel langsung menyuapi putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Siapapun yang melihatnya, semua pasti menyebut mereka ayah dan anak yang saling menyayangi padahal baru semalam mereka bersua.
‘Ikatan mereka semakin kuat, kalau begini apa artinya aku akan terus berstatus sebagai istrinya? Ini tidak adil! Aku tidak mau seperti ini terus!’ batin Mikaela kesal tapi dia tetap tersenyum didepan semua orang.
“Ayo kita sarapan, Mike. Semuanya udah disini.” ucap Ribka membawa Michael ke meja makan. Michaelpun duduk dan mengambil piringnya.
“Mama ambilkan ya sayang. Kamu suka roti rasa coklat kacang kan?” Ribka langsung mengoleskan selai coklat kacang di roti Michael.
“Aku harap kau bisa bertindak normal,” ucap Elmand menyindir putra bungsunya itu.
“Papa tidak perlu bertanggung jawab apapun soal Michael. Biar aku saja yang melakukannya”, balas Marcel kesal dengan sikap sombong ayahnya.
“Mike, kamu kelihatan lebih baik.” Mikaela berusaha mengakrabkan diri. Sebenarnya, dia agak takut karena beberapa kali pernah mendengar dan melihat langsung bagaimana mengerikannya kalau Michael sedang kumat.
“Kakak, aku kesini hanya untuk mengingatkan janji kakak. Kuharap kakak bisa kembalikan Michelle padaku!” ucap Michael membuat Marcel, Ribka dan Elmand terdiam. Sedangkan Mikaela malah bingung.
“Michelle, maksudnya yang adalah…”
“Mantan kekasihnya Michael” potong Marcel sebelum Mikaela membocorkan hal yang tidak boleh diketahui oleh Michael.
“Dia kekasihku kak, bukan mantan. Kami tidak pernah putus! Hanya keadaan yang membuat kami terpaksa terpisah! I-ini semua karena kalian, papa dan mama!”, Michael mulai berteriak dan tiba-tiba ‘PRANG!!’ Michael menjatuhkan piringnya ke lantai meluapkan emosinya. Marcel langsung menjauhkan Selena dari Michael dan berdiri berusaha menenangkan adiknya itu.
“Tenanglah! Kau dan Michelle akan bersama! Jangan takut ada kakak.” Marcel berusaha menenangkan adiknya sebelum dia emosi dan depresinya kumat.
“Percuma kak! Mereka berdua ini akan menghalanginya! Apa jangan-jangan kalian sudah membunuh Michelle hah?!!KATAKAN PADAKU!!!KENAPA MICHELLE TAK BISA DITEMUKAN HAHH!!” teriak Michael dan Marcel kembali berusaha menenangkan adiknya.
“Jangan berpikir seperti itu. Michelle baik-baik saja. Tolong tenanglah!” Marcel berusaha mengendalikan amarah Michael.
“BAGAIMANA KAKAK JAMIN MICHELLE BAIK-BAIK SAJA HAH? KAKAK KENAL DIA? TIDAK,KAN? MEREKA PASTI SUDAH MENGHABISINYA KAK!!HIKS…HIKS…MEREKA…MEREKA YANG MENCELAKAI AYAHNYA MICHELLE. ORANG TUA SATU-SATUNYA YANG DIMILIKI MICHELLE KAK!!!MEREKA JAHAT! KEJAM! IBLIS!!” Michael berteriak penuh emosi. Marcel tak dapat menahan air matanya dan memeluk erat Michael. Sedangkan Mikaela terkejut mendengar bagaimana keluarga Buana memperlakukan Michelle.
‘Sial sekali si Michelle itu berhubungan dengan keluarga ini.’ batin Mikaela merasa kasihan.
“Michael percaya pada kakak, kan? Kakak akan cari dan segera bawa Michelle kesini. Kalian akan bersama dan orang tua kita gak akan halangi kalian lagi. Tenanglah.” bujuk Marcel diangguki oleh Michael.
“Kita ke kamar ya, kakak akan bawa sarapanmu sekalian. Mikaela, tolong suapi Selena.” suruh Marcel sambil berlalu ke kamar Michael.
“Nak, ayo makan lagi” Mikaela sudah menyodorkan sendok pada Selena tapi anak itu menggeleng.
“Celena atut ma…” ucap Selena sambil menangis.
“Sssshh…jangan takut. Ada mama, papa, kakek dan nenek.” hibur Mikaela sambil memeluk dan menenangkan anaknya.
“Sudah kubilang jangan bawa anak itu kesini. Dia tidak normal!” marah Elmand sambil meninggalkan meja makan. Ribka hanya menangis dan pergi ke kamarnya. Mikaela dan Selena pun beranjak untuk keluar. Mikaela akan menitipkan putrinya pada kakak iparnya, Anyelir untuk bermain dengan keponakannya, Anastasya. Sedangkan Mikaela akan mengajar di Universitas Esa Unggul sebagai Dosen Senior termuda untuk Prodi Manajemen Bisnis.
Saat sedang mengajar, tiba-tiba sebuah panggilan masuk dari nomer yang tidak dikenal. Mikaela me-rejectnya dan mematikan ponselnya karena tidak mau diganggu saat mengajar. Dan setelah selesai, Mikaela menghidupkan ponselnya dan panggilan dari nomer yang sama masuk lagi.
“Halo, ini siapa?” tanya Mikaela.
“Ini aku Marcel, dimana kau sekarang? Selena bersamamu?” tanya Marcel membuat Selena memutar bola matanya.
“Dia bersama kakakku. Disana ada Anastasya, keponakanku yang sebaya dengannya. Sepulang mengajar aku akan menjemputnya.” jawab Mikaela seadanya.
“Begitukah setiap hari?” tanya Marcel lagi.
“Tidak untuk akhir pekan. Lagipula, siapa yang bakal jaga Selena? Aku sendirian, mamamu juga sibuk dengan teman-teman sosialitanya. Aku tidak percaya baby sitter. Oh iya, jangan telpon aku di jam sibuk,” ucap Mikaela langsung memutus sambungan telponnya dengan Marcel.
Perumahan Permata Buana,Jakarta Barat
‘TING-TONG’
Marcel menekan bel sebuah mansion di perumahan itu. Dia yakin kalau yang inilah rumah Keluarga Djuanda. Semua orang kalangan atas mengenal mereka sebagai Keluarga Jenderal. Tentu saja terpandang, karena selain terkenal sebagai Jenderal, Tuan Adinata Djuanda terkenal sebagai pembisnis yang luar biasa, apalagi dibidang saham dan property. Tidak heran, kalau ayahnya sampai mengotot supaya Marcel menikahi Mikaela. Memang bukan berarti kalau Keluarga Buana dibawah mereka. Bisa dibilang setara, tapi Keluarga Buana berprinsip untuk tidak pernah mencari musuh dan lawan bisnis.
“Bapak siapa ya?” tanya seorang asisten Rumah Tangga yang membukakan pintu.
“Saya Marcel Arya Buana, saya ingin menjemput Selena.” jawab Marcel dengan sopan. Ya, entah kenapa, Marcel sangat ingin bersama Selena. Lagipula, dia tidak ada kesibukan hari ini. Tidak tahu besok apakah ayahnya akan menyuruhnya memegang kendali Perusahaan seperti dulu. Marcel masih menunggu didepan pintu sampai tiba-tiba…
‘BUGH!!’ Heinry datang keluar dan langsung meninju wajah Marcel.
“Oh, sudah datang rupanya. Kapan sampainya, Adik ipar brengsek?!” ejek Heinry sambil menarik kerah baju Marcel. Marcel hanya diam tak melawan karena sadar ini memang kesalahannya.
“Masih diam hah?!” teriak Heinry lalu memukul perut Marcel lagi.
‘BUGHH!!’
“ARGHH!!’ Marcel tentu saja kesakitan. Lalu, Heinry mendorongnya sampai tersungkur ke lantai. Marcel sangat sadar kesalahannya, diapun berusaha bangkit dan berlutut dihadapan Heinry.
“Sa-saya minta maaf. Saya sangat menyesal atas semuanya,” Marcel minta maaf tetapi hati Heinry sangat sakit melihat penderitaan adik perempuan satu-satunya yang sangat dia sayangi. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah berlalu. Tidak ada yang bisa diulang, yang ada harusnya adalah diperbaiki.
“Jadi kau sudah bertemu Selena ya. Kau sadar itu anakmu ya, harusnya kau tidak mencoreng wajah kami waktu dan buat Kaela menderita. Tapi…kau harus bersumpah padaku untuk tidak menyakiti Kaela lagi. Kalau kau melakukannya, habis kau!” titah Heinry dibalas anggukan oleh Marcel.
“Jadi kau kesini?” suara Mikaela menginterupsi kakak dan suami (palsu)nya itu.
“Kau sudah selesai mengajar?” tanya Marcel pada Mikaela.
“Sudah, aku mau jemput Selena. Oh, kakak habis memberi salam penyambutan padanya? Tapi menurutku itu sih kurang. Kakak terlalu baik,” ucap Mikaela sambil melangkah ke rumahnya diikuti Marcel dibelakangnya. Saat masuk, ternyata Selena sedang bermain dengan Adinata dan Anastasya disitu.
“Selena sayang!” kata Mikaela dan langsung disambut oleh putrinya itu.
“Mama!! Papa!!” ucap Selena girang. Tapi, mendengar Selena memanggil papa, membuat Adinata berbalik. Tentu saja, dia geram melihat Marcel disitu.
“Sejak kapan bajingan itu disini!”teriaknya tapi berusaha ditenangkan oleh Heinry.
“Sudahlah pa, tadi aku sudah memberinya pelajaran.” Heinry berusaha menenangkan ayahnya.
“Kau cuma memberi sedikit pelajaran, biar kuberi tahu apa yang diajarkan padaku di Kepolisian saat seseorang membuat kesalahan!” tegas Adinata menghampiri Marcel.
“BUAGHH!!”
“Akhh!” teriak Marcel saat Adinata menendang perutnya. Lalu Adinata menendang wajah pria itu tanpa ampun. Mikaela hanya diam saja melihat adegan kekerasan itu.
“Opahh! Hiks…jangan pukul papa hiks…” tangis Selena menghentikan Adinata. Seketika dia tersadar dan melihat keadaan menantunya itu sudah cukup menyedihkan.
“Ingatlah ini Marcel! Luka yang saya berikan bisa sembuh, tapi luka yang kau berikan pada keluarga kami sukar bahkan mungkin tak bisa sembuh. Apalagi Mikaela, dia melalui semuanya sendirian. Dia nyaris mati karena mengetahui kalau didalam rahimnya ada anakmu. Tapi, kami berusaha agar dia mau melahirkan Selena. Sedikit saja putriku menagis karena kau sakiti, akan kulobangi kepalamu itu!” ancam Adinata. Marcel terdiam mendengar penuturan Adinata. Ya, memang benar dialah yang salah disini.
“Selena, main sama tante Anye dan Tasya ya. Mama mau bicara sama opah sama papa.” suruh Mikaela pada putrinya.
“Tapi jangan pukul papa lagi ya opah.” pinta Selena pada Adinata dan pria itu langsung berjongkok didepan Selena dan berkata,"Iya cucu opah sayang”.
“Janji?” Selena memastikan.
“Iya sayang, main dulu ya.” suruh Adinata dan Selenapun berlari untuk bermain dengan Anastasya dan Anyelir.
“Aku sudah berpikir dan buat keputusan, pa. Aku mau bercerai saja dengan Marcel. Tidak mungkin kami bersama sementara dia punya wanita lain diluar sana.” ucap Mikaela sambil menyodorkan surat cerai ke hadapan Marcel.
“Kaela, ini gak baik untuk Selena. Kau bisa lihat dia sayang sama Marcel walaupun baru bertemu.” Heinry terkejut dengan ucapan adiknya itu.
“Bukan masalah yang penting kau benar-benar sudah buat keputusan yang matang, nak. Jangan lakukan hal ini hanya karena emosi sesaat.” tambah Adinata.
“Tidak ada perasaan atau emosi ayah. Kami tidak saling mencintai dan itu sudah pasti. Tidak ada alasan untuk kami bersama. Lalu Selena, hak asuhnya tentu jatuh padaku, Marcel!” jawab Mikaela.
“Ini tidak adil, aku baru saja bertemu Selena dan kau ingin memisahkan kami? Apa kau tidak sadar, ikatan batinku dengan Selena begitu kuat. Bagaimana kau berpikir untuk memisahkan kami?” Marcel tidak terima dengan keputusan sepihak yang dibuat Mikaela.
“Aku ingin bebas dan hidup tenang, Marcel! Lagipula, aku bisa mendapatkan ayah yang lebih baik buat Selena.” balas Mikaela dengan nada sombong.
“Tidak ada ayah lain untuk Selena! Kalaupun kita berpisah, aku ingin hak asuh Selena ada ditanganku!” Marcel tak terima dengan ucapan Mikaela.
“Apa maksudmu hah? Mikaela yang mengandung dan membesarkannya sendirian, lalu hak asuhnya jatuh padamu? Kau sudah gila ternyata ya!” kesal Heinry pada Marcel.
“Saya menyayangi Selena. Saya rela melakukan apapun demi dirinya. Mikaela, tolong beri saya kesempatan”, mohon Marcel pada Mikaela.
“Apa kau seperti ini karena kau akan menyerahkan Michelle pada adikmu hah? Memangnya, aku ini barang cadangan yang bisa kau simpan dan pakai sesukamu? Sungguh rendah caramu memandang wanita. Kau memang bajingan!” marah Mikaela pada Marcel.
“Mikaela, harusnya kamu juga mengerti posisi saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi padamu dan tentang Selena tidak ada yang memberi tahu kalau saat itu kamu hamil. Kalau saya tahu, mungkin saya tidak akan lari bersama Michelle saat itu.” Marcel membela dirinya karena memang dia juga tidak tahu yang sebenarnya.
“Aku tidak tahu aku hamil saat kita akan menikah. Tapi harusnya kau sadar apa yang sudah kau lakukan padaku! Tapi memang, aku juga salah karena berkeras tidak mau bersamamu. Kumohon, aku ingin bebas hiks…! Aku tidak mencintaimu, kita hanya akan saling melukai jika bersama,” pinta Mikaela sambil menangis. Memang dia tidak bisa menyalahkan Marcel sepenuhnya disini.
“Tuan Adinata dan tuan Heinry, saya memohon pada kalian tolong beri saya kesempatan menjadi ayahnya Selena. Saya ingin menebus kesalahan saya di masa lalu. Mikaela, saya tidak bisa jauh dari Selena.” Marcel memohon-mohon pada keluarga Djuanda untuk memberinya kesempatan. Marcel sangat sayang pada Selena, tentu saja. Tidak mungkin dia berpisah dengan Selena sementara dia belum memberi kasih sayang seorang ayah yang sepenuhnya untuk gadis kecil itu.
“Kaela, kakak rasa berikan dia kesempatan satu kali lagi. Ini demi Selena. Dia berhak mendapat kasih sayang ayah kandungnya.” usul Heinry.
“Ayah setuju dengan Heinry, cinta bisa tumbuh kalau terbiasa nak. Jadi berikan saja dulu dia waktu. Tapi, tetap saja keputusan ada ditanganmu, nak.” Adinata setuju dengan saran Heinry.
“3 bulan! Saya kasih anda waktu 3 bulan! Kalau akhirnya kau bisa melepaskan Michelle sepenuhnya, saya akan memikirkan keputusan saya untuk bercerai.” putus Mikaela.
‘Setidaknya ini demi Selena’ Mikaela membatin
“Terima kasih! Saya benar-benar berterima kasih kepada kalian semua. Saya akan buktikan bahwa saya pantas menjadi ayah bagi Selena.” Marcel berterima kasih.
“Bukan saja untuk Selena, saya harap kamu bisa bahagiakan anak saya.” titah Adinata diangguki oleh Marcel.
“Ayah, ini sudah malam. Kami pamit dan kau naik mobilku saja. Kau terluka!” pamit Mikaela sambil membawa Selena yang sudah tidur dalam gendongannya.
“Terima kasih” Marcel berujar pada Mikaela.
“Ya, terserah.” balas Mikaela tak acuh.
Perumahan Puri Indah, Jakarta Barat
Sesampainya di mansion, merekapun berjalan masuk. Tapi, ketika Ribka melihat Marcel terluka dia langsung mengambil kotak P3K untuk mengobati Marcel.
“Jadi ini bogeman dari keluarga Djuanda?” tanya Ribka kesal sambil mengobati putranya itu.
“Ini salahku, ma. Biar sajalah.” Marcel menerima dan tidak kesal sedikitpun pada keluarga Djuanda.
“Mikaela, harusnya kamu bicara pada ayah dan kakakmu. Memangnya suamimu ini hewan sampai harus disiksa seperti ini?” kesal Ribka tetap saja tidak terima.
“Dia tidak perlu dibela, bu. Dia pantas mendapatkannya!” Mikaela berkata dengan tak acuh.
“Kamu itu istrinya! Mana ada istri yang biarkan suaminya di lukai seperti ini!” Ribka semakin kesal dengan sikap Mikaela.
“Hubungan kami palsu nyonya Buana! Kalau pun kami harus pisah, saya tidak masalah.” jawab Mikaela pada mertuanya lalu langsung ke kamarnya meninggalkan Marcel bersama ibunya.
“Anak itu! Ah! Sebenarnya, Michelle memang lebih baik.” tanpa sadar Ribka memuji Michelle.
“Jangan dibandingkan, ma. Memangnya ibu mau menerima Michelle? Tidak pernah kan? Lagipula, Michelle seharusnya bersama Michael. Aku harus merelakan Michelle bu. Lagipula sekarang aku sudah punya Selena. Bagiku dia yang terpenting buatku. Aku yang salah pada Mikaela. Dan sudah seharusnya aku menebusnya. Aku akan terima semua sikapnya.” ucap Marcel berusaha berbesar hati.
“Bagaimana dengan perasaanmu nati nak? Hiks…! Mama gak bisa bayangkan bagaimana kamu harus merelakan wanita yang sangat kau cintai itu. Mama masih ingat kalau kamu dulu menentang keluarga habis-habisan demi dia. Apa mungkin kamu bisa setegar itu?” sejujurnya Ribka tidak tega dengan Marcel yang harus mengorbankan perasaannya.
“Ini semua salahku. Seandainya aku mendengarkan kalian dan tidak kawin lari dengan Michelle semuanya tidak akan begini. Mikaela menghadapi ketidakadilan karena aku. Michelle juga demikian. Tapi aku sudah memutuskan untuk mengutamakan apa yang memang keluargaku dan apa yang memang seharusnya jadi milikku. Michelle, dia seharusnya milik Michael, bukan aku.” tanpa sadar Marcel menangis kala membayangkan bagaimana dia harus benar-benar melepaskan dan merelakan Michelle, cintanya.
Tanpa mereka sadari, Mikaela mendengar percakapan mereka. Mikaela sadar kalau memberikan kesempatan pada Marcel memang pilihan yang tepat. Sejak mengenal Marcel, Mikaela tahu kalau dia memang pria yang baik. Tapi, sejak awal Marcel menegaskan bahwa dia mencintai orang lain membuat Mikaela tidak berharap apapun pada perjodohan mereka. Sebenarnya, ini baru awal permainan hidup untuk mereka baik Marcel dan Mikaela serta Michael dan Michelle. Tidak tahu kedepannya apa memang Mikaela akan bisa bertahan dengan pernikahan palsu yang ingin mereka buat menjadi nyata demi Selena.
***
Luka dihati membutuhkan waktu lama untuk sembuh - Genie Claresta 2k21
Mansion Keluarga Buana “Mikaela, hari ini saya yang akan jaga Selena.” Marcel meminta izin untuk menjaga anaknya sementara Mikaela bekerja. “Marcel, ayah rasa kamu harus kembali menjalankan Perusahaan kita.” Elmand berbicara sebagai perintah buat putranya. “Iya nak, sudah waktunya bagi kamu ambil kendali Perusahaan Keluarga Buana.” tambah Ribka menyetujui perkataan suaminya. “Bukan masalah bu. Aku akan bawa Selena ke kantor sekalian menjaganya,” jawab Marcel. “Ah, tapi Selena akan bosan dikantormu.” Mikaela merasa kalau tidak cocok seorang balita dibawa ke kantor. “Saya akan bawa dia ke taman saat jam istirahat. Tenang saja.” Marcel masih berusaha supaya bisa bersama Selena hari ini. “Eumm…baiklah. Jaga dia baik-baik ya.” pesan Mikaela pada Marcel. “Oh iya, aku mau antar sarapan buat Michael dulu ya,” Marcel berdiri membawakan sepotong roti buat adiknya itu. Tadi dia sudah mengajaknya sarapan bersama, t
Mansion Buana “Mikaela, malam ini ada acara kantor untuk penyambutan saya sebagai direktur baru Perusahaan. Saya ingin mengajakmu jika kamu mau.” ajak Marcel pada Mikaela yang baru saja selesai menidurkan Selena. “Kenapa kau tiba-tiba begini? Ada apa?” Mikaela heran Marcel tiba-tiba mengajaknya ke acara resmi. Lagipula, mereka baru bersama beberapa hari belakangan ini. Dan juga, Marcel bisa dibilang tidak banyak bicara pada Mikaela. “Akan ada reporter disana. Banyak gosip tentang pernikahan kita, jadi dengan kedatangan dan penjelasanmu kita bisa membersihkan nama kita di depan publik." jawab Marcel jujur. “Eum…baiklah, aku akan bersiap dikamarku.” Mikaela beranjak ke kamarnya untuk berganti baju dan mempoleskan sedikit make up ke wajahnya. Memang tanpa make up wajahnya sudah sangat cantik, dia hanya sedikit mempertegas dibagian mata, hidung dan bibirnya. Mikaela juga memilih gaun malam berwarna hitam panjang tanpa lengan yang berkilau
Marcel mengajak Michelle ke mansion keluarga Buana. Saat masuk, Ribka dan Elmand melihat Michelle dan wajah mereka langsung berubah tegang. Tetapi, Ribka mengesampingkan egonya dan menyamperin Michelle. “Michelle, akhirnya kamu datang juga! Saya sangat senang akhirnya kamu bisa mengerti bagaimana keadaan Michael saat ini.” sambut Ribka membuat Michelle diam. Dia tidak datang untuk Michael tetapi untuk Marcel. “Apa kamu mau lihat keadaan Michael?” tanya Marcel lembut diangguki pelan oleh Michelle. Ribka ingin ikut dengan mereka tetapi Elmand menahan istrinya. “Aku diam bukan berarti aku menerima wanita itu! Kalau Michael sembuh, akan kusingkirkan wanita itu bahkan melenyapkannya.” ucap Elmand dengan nada sombongnya. “Mas, kamu gak pernah berubah. Kesombongan masih menjadi sifat utama kamu. Maaf mas, aku menyesal sudah mendukung kamu dulu. Tapi sekarang, kebahagiaan anak-anakku lebih penting.” balas Ribka lalu menyusul Marcel dan Michael.
Di sebuah taman Mikaela tengah mengawasi Selena yang sedang bermain di bak pasir sambil membuat karya dari pasir tersebut. Dia memutuskan untuk tidak ke kampus karena hari ini kepalanya sakit memikirkan masalahnya. Ya, tentu saja memikirkan tentang kembalinya Michelle. Dia bukan mencintai Marcel, tapi dia memikirkan Selena. ‘Apa mungkin Selena bisa hidup berjauhan dari pria itu? Melihat kedekatan mereka beberapa hari ini saja, aku sudah tidak tega memisahkannya. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?’ pikir Mikaela. “Sendirian aja, mbak?” seorang pria paruh baya membuyarkan lamunan Mikaela. “Kok melamun? Suaminya selingkuh ya,mbak? Sini, sama saya aja, kalo saya sih gak bakalan nyakitin cewek secantik kamu.” ucap preman itu lagi. “Pergi, saya tidak mau diganggu.” ucap Michelle tak acuh. “Cantik-cantik sombong banget sih!” pria itu dengan kurang ajarnya mul
Mansion Keluarga Buana“Marcel, jangan terlalu lama melamun. Ibu sudah suruh turun untuk makan malam.” panggil Mikael menyuruh Marcel yang sedari tadi terdiam untuk makam malam. Pria itu masih diam tetapi dia segera beranjak dari duduknya. Mereka pun berjalan menuju meja makan.“Selena sudah kamu bangunin?” tanya Marcel dijawab anggukan oleh Mikaela.“Marcel, ayo makan malam.” ucap Ribka sambil tersenyum. Wanita paruh baya itu sangat senang hari ini.“Kak, kenapa wajah kakak lesu sekali?”itu suara Michael! Mendengar itu, Marcel langsung mengalihkan perhatiannya pada adiknya itu karena agak terkejut melihat Michael mau ikut makan malam dengan mereka.“Papa! Cuapin Celena ya.” kata Selena dengan nada celatnya. Marcel langsung tersenyum pada putrinya itu dan duduk disebelahnya. Mikaela ingin duduk, tapi dia enggan duduk disebelah Marcel. Tapi ketika melihat Michelle, dia langsung duduk disebelah pria itu.“Nyonya, saya sudah buatkan makanan untuk semuanya.” ujar Miche
Klinik Praktek Ahli Psikologis “Jadi , apa yang menjadi keluhan ibu?” dokter psikolog memulai proses mediasi dengan bertanya keluhan Mikaela. Dia hanya bersama sang dokter disini sedangkan Marcel menunggu diluar.“3 tahun yang lalu, aku ingin membatalkan perjodohan dengan seorang pria. Tapi, aku menemuinya di waktu yang salah. Dia sedang mabuk karena patah hati dan dia mengira aku kekasihnya. Dia…tanpa sadar melakukan hal yang tidak pantas padaku. Semenjak itu, aku berusaha melupakannya. Tapi tidak bisa! Aku selalu merasa menjadi wanita yang rendah karena tidak bisa membela diriku sendiri. Bayang-bayang kejadian itu terus menghantuiku setiap malam dan aku meredakannya dengan obat tidur. Tapi, semenjak aku tahu bahwa aku hamil anaknya, semua kejadian itu seperti video yang terus berulang dikepalaku. Aku pun menambah dosisnya dan juga meminum obat penenang,” Mikaela menjelaskan keseluruhan keluhannya kepada sang dokter.“Anda menimum obat penenang ketika hamil? Bagaimana
Mansion Keluarga Buana“Kami pulang!” Marcel menyapa orang-orang didalam rumah.“Nenek!!! Tadikan, tami tadi main kuda-kuda, putal-putal, cama mobil-mobil! Papa juga tadi beli esklim.” cerita Selena saat bertemu neneknya, Ribka.“Beneran? Seru banget!” Ribka ikut senang dengan Selena yang bercerita dengan sangat bahagia. Ribka menatap Marcel dan Mikaela bergantian dengan bahagia.“Kalau beginikan, semuanya senang. Kalian bisa memulai semuanya dari awal. Lihat hal-hal baik dalam diri pasangan kalian dan jangan egois. Lama-lama kalian akan saling membutuhkan dan cinta akan hadir diantara kalian.” ucap Ribka dengan senang.“Iya, bu. Saya juga sudah lelah mau istirahat.” Mikaela undur diri dan pergi ke kamarnya untuk mandi dan istirahat.“Nenek! Malam ini matan apa?” tanya Selena pada Ribka.“Eumm… kita buat kesukaan Selena yuk!” ajak Ribka dan mengajak Selena ke dapur. Marcel cukup senang karena melihat Selena bahagia hari ini. Dia pun berjalan menuju kamarnya untu
Paginya seperti biasa, keluarga Buana bersiap dan berkumpul di meja makan untuk sarapan. Mikaela menyuapi Selena dengan cekatan dan anehnya dia terlihat rapi di hari Minggu pagi. Biasanya Mikaela hanya akan menggunakan baju santai di hari Minggu.“Mikaela, kamu mau kemana? Ini hari Minggu kalau kamu lupa.” Ribka mengingatkan siapa tahu Mikaela berpikir ini hari kerja.“Enggak kok ma, aku mau ibadah.” jawab Mikaela membuat semua orang disitu tersedak karena shock.“Tumben?” sahut Elmand. Bukan tanpa alasan sih mereka shock, soalnya di rumah ini yang rajin ibadah adalah Ribka itupun sekali sebulan, dulu Marcel juga rajin sih walaupun cuma menemani ibunya. Kalau Elmand, lebih sibuk dengan hal duniawi. Bisa dibilang agama KTP aja, dan Michael sama saja dengan ayahnya. Mikaela sih, setiap Minggu paling main sama Selena atau kerumah ayahnya. Kalau pun keluar, dia bakalan bilang pergi sama teman-temannya.“Emm… terkadang saat kita di titik terbawah, disitulah kita mengingat Tuh
Beberapa bulan kemudian… Mikaela kini berdiri di sebuah tempat pemakaman umum sambil membawakan sebuket bunga lily. Dia kini berada tepat di makam William Simon. Dan hari ini, dia memang sengaja datang sendiri kesini. “Hari ini harusnya kamu berusia genap 28 tahun, Willy. Tapi kamu pergi terlalu cepat meninggalkan semuanya,” gumam Mikaela sambil meletakkan bunga itu di makam Willy. Wanita itu lalu menyentuh foto Willy yang ada di makam itu lalu tersenyum. Tanpa sadar, air matanya mengalir begitu saja. Mikaela masih ingat semuanya! Bahkan sampai akhir hidupnya, Mikaela ada disisinya tanpa melepas genggaman tangannya. Mikaela sangat sedih setelah tahu kebenarannya bahwa selama ini Willy mengidap penyakit kronis. “Kamu tidak berkata apapun agar aku tidak khawatir. Kamu selalu begitu! Tapi sekarang kamu sudah tenan
Mansion Keluarga Buana“Apa ini, Pa?” tanya Marcel ketika sang ayah memberikannya sebuah amplop berisikan tiket ke Venesia.“Untuk bulan madu. Kalian itu sudah menikah dan secara hukum kalian sudah menjalani hubungan sampai 3 tahun. Kenapa kisah kalian tidak diwarnai dengan bulan madu? Benar gak, sayang?” jawab Elmand sambil mengerling pada Ribka istrinya. Marcel hanya memijit pelipisnya karena terkejut dengan kelakuan kedua orang tuanya itu. Dia senang sih, tapi dia gak tahu gimana menyampaikannya pada Mikaela. “Kapan Papa memesan ini? Malah penerbangan besok lagi. Kita belum ada pembicaraan soal itu! Gimana dengan Selena?” tanya Marcel lagi.“Selena sama kami aja!” Michelle keluar bersama Selena dan langsung menjawab Marcel.“Tapi kan-“ Marcel masih belum menyelesaikan kalimatnya tetapi Selena langsung memotongnya,” Kata aunty Michie, papa dan mama pelgi untuk buat adik! Jadi Sele
“Makasih, Mbak! Saya bersyukur mbak mau maafin saya!” Michelle benar-benar berterima kasih pada Mikaela. Wanita itu membalas pelukan Michelle sambil menepuk-nepuk punggungya.“Memaafkan adalah obat rasa sakit yang terbaik. Willy selalu mengatakan itu padaku. Dia juga pasti sudah memaafkanmu! Kamu jangan merasa bersalah lagi ya, Michelle.” Mikaela menjawab.“Kak, aku juga minta maaf ya. Aku sangat menyesali segalanya.” Michael juga minta maaf pada Mikaela dan Marcel.“Tak masalah, yang penting kamu sadar dan mau minta maaf. Bagi kami, itu yang terpenting. Iya kan, sayang?” Mikaela menerima permintaan maaf adik iparnya itu. Marcel mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum kepada istrinya. Dia sangat senang karena istrinya adalah wanita yang berhati lembut dan mau memaafkan orang lain. Mikaela bukan tipikal orang yang berpikiran sempit tetapi wan
Apartemen Marcel, Podomoro City Seminggu berlalu tanpa terasa. Semuanya terasa lebih baik saat ini. Mikaela sudah bisa menjalani hidup normalnya meski terkadang, dia sering mimpi buruk. Ya, tentu saja Marcel akan selalu menenangkannya jika sudah begitu. Wanita itu selalu teringat bagaimana sampai akhirnya Willy terbunuh. Tapi untunglah, kejadian itu tidak membuat mental Mikaela jadi terganggu, malahan, dia semakin kuat. Dan kedepannya, dia bertekad untuk semakin kuat lagi.‘TING-TONG’ Bel apartemen berbunyi, mengalihkan atensi mereka bertiga yang sedang sarapan bersama. Marcel dengan cepat melangkah dan membukakan pintu apartemen. Dan ternyata, yang datang adalah polisi.“Selamat pagi, pak!” kata sang polisi.“Ya, pagi. Ada apa ya?” tanya Marcel perihal kedatangan mereka ke apartem
Mikaela POV Aku ingat kalau saat SMA dulu, aku tidak punya teman akrab. Tidak ada teman perempuan yang dekat denganku karena menganggap aku berbeda. Penampilanku yang seperti anak laki-laki dan juga sikapku, membuat mereka malas berteman denganku. Dulu rambutku itu pendek, dan sikapku sangat buruk. Aku sangat egois dan sombong seperti yang pernah Marcel katakan sebelum kami menikah. Saat di Amerika, aku ingin diterima. Aku melakukan segala cara untuk bisa diterima oleh mereka. Mulai dari ikutan hangout seharian, pesta pora sampai tengah malam, bahkan minuman keras. Aku ingin punya teman karena merasa sendirian disana. Tapi memang, aku berhati-hati soal laki-laki karena papa selalu mewanti-wanti dari Indonesia. Aku juga takut terjebak. Disisi lain, aku memang sangat penasaran bagaimana rasanya pacaran. Semua temanku, sudah pacaran. Mau teman SMA, kuliah, bahkan s
Di Pemakaman Mikaela masih saja terduduk disamping makam Willy dan tidak mau bergerak dari nisannya. Semua orang sudah pergi, tapi dia masih disitu bersama Marcel. Suaminya tak lelah terus menemaninya disini. Wanita itu jelas masih berduka karena kepergian sosok yang sangat penting dalam hidupnya.“Mikaela, kita pulang dulu, ya! Kamu belum makan dua hari ini. Sejak di rumah sakit sampai saat ini kamu hanya meminum air. Kamu bisa sakit.” Bujuk Marcel pada Mikaela. Wanita itu malah menggeleng dengan wajahnya yang masih pucat. Dia masih bersandar sambil memandangi wajah Willy yang tersenyum di foto.“Selena juga sangat merindukanmu, ini juga sudah mau hujan, kita pulang dan besok kemari lagi.” Marcel masih belum menyerah.“Kamu pulang saja dulu Marcel. Sampaikan permintaan maafku pada Selena. Aku masih mau disini. Aku tidak peduli jika hujan, aku masih ingin disi
Rumah Sakit Mikaela kini langsung berlari ke arah IGD dimana Willy dibawa oleh para dokter. Dia ingin masuk, tetapi tak diperbolehkan karena dokter tengah melakukan operasi. Mikaela terus-menerus melihat Willy dari pintu kaca sambil menangis. Perasaannya begitu hancur saat melihat Willy badi begini karena menyelamatkan dirinya. Marcel benar-benar terluka melihat istrinya terpuruk saat ini. Dia langsung meraih Mikaela dan memeluk wanita itu. Wanita itu masih terus menangis dalam pelukannya. Marcel tahu kalau Mikaela memang pasti akan sangat terluka jika melihat Willy jadi tak berdaya, apalagi kemungkinan wanita itu melihat semua kejadiannya di depan matanya.“Mikaela, kumohon tenanglah!” Marcel berusaha menenangkan Mikaela sambil mengelus-elus punggung wanita itu.“Hiks! A-aku yang menyebabkannya hiks
Mikaela terus menatap nanar pada Willy yang sudah tak berdaya dihadapannya. Dia tidak menyangka bahwa Willy harus terluka bahkan dihabisi di depan matanya. Perlahan, Mikaela menyentuh wajah pria itu yang penuh dengan darah. Tatapannya masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Pria itu memang sudah tidak sadar sama sekali.“Dia sudah mati! Sial sekali ya, dia berusaha melindungi istri orang dan malah mati.” Ejek Raymond sambil berjalan mendekati Mikaela. Sedangkan wanita itu menghapus air matanya tanpa peduli jika tangannya kini berlumuran darah Willy. Wajahnya pun jadi ikut terkena darah pria itu.“Sekarang hanya tinggal kita disini. Masih berharap Marcel datang?” tanya Raymond dengan kini sudah berjongkok tepat dihadapan Mikaela.‘Willy? Benarkah kau sudah pergi?’ batin Mikaela bertanya-tanya lalu mendongak untuk membalas tatapan Raymond. Saat melihat wajah Mikaela yang sudah pucat dan berlumuran darah, otomatis pria itu a
Di gudang penyekapan…‘Buaghhh!!’“Arrgghh!” teriak preman itu ketika Willy menghajarnya.“Dimana bu Michelle, ya?” gumam salah seorang preman ketika sadar tidak ada Michelle disini.“Jangan melamun!” ucap Willy langsung menendang keras perut preman itu. Mereka ternyata tidak sedikit. Ada sekitar delapan orang, yang bermunculan hingga saat ini.‘Ajaib sekali aku bisa menggerakkan tubuhku dengan ringan seperti ini? Apa ini mukjizat-Mu? Kalau pun aku mati setelah ini, aku ikhlas ya Tuhan! Karena aku bisa melindungi Cassie-ku.’ Batin Willy sambil konsenterasi menghajar para preman itu dengan heroik. Setelah beberapa belas menit menghajar mereka, Willy meregangkan otot-ototnya karena erasa agak bugar. Dengan cepat, dia langsung membuka pintu tempat dimana Mikaela disekap. Dia agak kesulitan karena tidak ada kuncinya.“Dimana kalian menaruh kuncinya?” tanya Willy pada para