Mansion Buana
“Mikaela, malam ini ada acara kantor untuk penyambutan saya sebagai direktur baru Perusahaan. Saya ingin mengajakmu jika kamu mau.” ajak Marcel pada Mikaela yang baru saja selesai menidurkan Selena.
“Kenapa kau tiba-tiba begini? Ada apa?” Mikaela heran Marcel tiba-tiba mengajaknya ke acara resmi. Lagipula, mereka baru bersama beberapa hari belakangan ini. Dan juga, Marcel bisa dibilang tidak banyak bicara pada Mikaela.
“Akan ada reporter disana. Banyak gosip tentang pernikahan kita, jadi dengan kedatangan dan penjelasanmu kita bisa membersihkan nama kita di depan publik." jawab Marcel jujur.
“Eum…baiklah, aku akan bersiap dikamarku.” Mikaela beranjak ke kamarnya untuk berganti baju dan mempoleskan sedikit make up ke wajahnya. Memang tanpa make up wajahnya sudah sangat cantik, dia hanya sedikit mempertegas dibagian mata, hidung dan bibirnya. Mikaela juga memilih gaun malam berwarna hitam panjang tanpa lengan yang berkilauan jika terkena lampu. Dia menggunakan kalung berlian dan kerabu berlian menambah kesan elegannya. Terakhir dia hanya mengikat rambut panjangnya kesamping kanan dan memasangkan bros pin lambing keluarga Buana yang terbuat dari emas murni dan berlian. Sempurna! Bisa dibilang, Mikaela berbeda dengan wanita lain yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk mempoles dirinya. Tapi dia hanya perlu 30 menit dan penampilannya sudah membuat dewi Afrodit cemburu akan kecantikannya.
“Sudah selesai,” Mikaela keluar dan menunjukkan penampilannya pada Marcel. Pria itu tersenyum tipis mengagumi penampilan wanita itu dalam hatinya.
‘Dia memang sangat cantik,’ puji Marcel dalam hatinya.
“Lumayan cepat untuk ukuran seorang wanita, ayo jalan”, Marcel memuji Mikaela yang tidak ribet dalam urusan berdandan.
“Aku sih memang orangnya gak suka ribet. Make up juga seadanya.” Mikaela memulai percakapan dimobil.
“Baguslah! Biasanya seorang pria memang harus memberi tahukan berjam-jam sebelumnya kalau mengajak seorang wanita ke acara resmi. Tadi, hampir saja aku berpikir tidak perlu mengajakmu, karena sebagian besar wanita cantik itu banyak tingkahnya.” Marcel berpendapat jujur soal Mikaela.
“Ya begitulah aku. Aku juga melakukan ini demi Selena. Dia tidak boleh tahu bagaimana hubungan kita yang sebenarnya.” ujar Mikaela sebenarnya sedikit senang dinilai baik oleh Marcel. Ya, gimanapun semua wanita pasti senang dipuji walaupun secara tidak langsung.
Ballroom Hotel
Merekapun masuk ke Ballroom hotel yang memang sudah dipersiapkan ayahnya untuk acara penyambutan sang putra sebagai penerus selanjutnya bisnis raksasa keluarga Buana. Ketika melangkahkan kaki ke dalam, orang-orang langsung memerhatikan Marcel dan Mikaela. Mereka terpengarah akan visual yang sempurna dari pasangan ini.
“Oi bro! Jadi ini istrimu itu? Gila cantik banget!” Erick memuji kecantikan Mikaela. Erick adalah teman sekaligus partner bisnis Marcel sejak lema, tentunya sebelum dia menikah dengan Michelle dulu.
“Kamu nyulik bidadari dari kahyangan ya, Marcel? Atau kamu sengaja ngehamilin dia supaya bisa nikahin dia.” Roni bercanda untuk memuji Mikaela tapi candaannya benar-benar menyinggung Marcel disini.
“Ron, jaga ucapanmu. Banyak orang disini!” Marcel menegur.
“Marcel, lama gak jumpa ya.” Siska langsung menyalam Marcel. Siska adalah teman sekaligus sekretarisnya dulu.
“Wah cantik ya istrimu ini, kamu putri keluarga Djuanda,kan?" tanya Siska pada Mikaela.
“Iya, Mikaela Cassandra Buana sih sekarang.” jawabnya pada Siska.
“Oh iya, ini suami aku Raymond. Dia juga rekan bisnisnya Marcel.” Siska memperkenalkan Raymond pada Mikaela. Raymond langsung memandang nafsu pada Mikaela dan tidak mau melepaskan tangan Mikaela yang sedang bersalaman dengannya.
“Raymond Alexander,” Raymond memperkenalkan diri sambil menyeringai.
“Mikaela BUANA!” balas Mikaela sengaja menekankan nama keluarga suaminya karena merasa Raymond sudah mulai menatapnya dengan tidak normal.
“Ray, tolong tangannya.” tegur Marcel membuat Raymond melepaskan tangan Mikaela. Marcel memang tipikal orang yang peka. Walaupun, dia tidak mencintai Mikaela, dia tidak suka kalau ada orang yang mencoba merendahkannya apalagi diepan umum.
“Wow…wow…pahlawan kita sudah datang nih. Gimana kabarmu, bro? By the way, ini istrimu? Aku pikir kamu sama asistenmu itu. Ya, wajar sih kamu milih dia. Diakan lebih cantik”! Hansel datang sembari menepuk pundak Marcel. Dia agak santai soalnya dia dan Marcel teman sejak SMA.
“Dia Mikaela, putri keluarga Djuanda.” Marcel memperkenalkan Mikaela pada Hansel.
“Salam kenal ya.” Hansel berkenalan dengan sewajarnya. Tak lama, Elmand naik ke panggung dan memulai acaranya.
“Selamat malam semua tamu undangan saya. Malam ini, saya ingin menyampaikan kabar yang sangat penting. Putra saya, Marcel Arya Buana sudah pulang dari luar negeri dan saya menunjuknya sebagai Presdir berikutnya Perusahaan Buana. Mari kita sambut! Marcel ayo naik.” Elmand berbicara dan menyuruh Marcel naik ke panggung. Marcel pun mengajak Mikaela ikut dengannya naik ke panggung dan Mikaela mengikuti pria itu sambil memegang sikunya.Hanya untuk pamor didepan khalayak. Merekapun disambut dengan riuh tepuk tangan di seluruh ruangan itu.
“Terima kasih kepada Tuhan yang Masa Esa yang sudah memberikan saya kesempatan untuk saya pada hari ini. Terima kasih juga kepada Papa yang sudah memberi kepercayaan lagi kepada saya. Dan semuanya terima kasih atas kehadiran kalian. Saya akan melakukan yang terbaik dalam menjalankan tugas saya sebagai pimpinan Perusahaan Buana.” ucap Marcel sebagai ungkapan terima kasih di hadapan umum. Para reporter pun langsung berdatangan untuk mewawancarai Marcel.
“Selamat untuk bapak ya. Tapi sebelumnya pak, boleh saya tahu apakah bapak keluar negeri bersama istri bapak 3 tahun yang lalu? Bukannya pernikahan itu batal ya?” tanya sang reporter membuat Marcel tercengang.
“Pestanya yang batal, sebenarnya kami sudah menikah secara resmi seminggu sebelumnya. Waktu itu saya mengalami kecelakaan dan keluarga saya sengaja menyembunyikannya dari awak media agar tidak ada desas-desus yang tidak enak.” jawab Marcel dengan sangat cermat.
‘Dia pandai sekali berkata-kata.’ pikir Mikaela. Memang, selama 3 tahun ini Mikaela menyembunyikan statusnya sebagai istri Marcel tetapi orang-orang tahu kalau dia sudah menikah. Ya jelas, ini didasari karena Marcel menghilang entah kemana dan juga Mikaela sendiri yang tidak mau mengakuinya.
“Jadi, apa setelah itu Bapak kembali ke Indonesia bersama istri?” tanya reporter lainnya.
“Iya, kami memutuskan menikah secara sederhana dan saya juga harus bolak balik keluar negeri untuk pembangunan cabang di Singapura.” jawab Marcel lagi.
“Sekarang untuk Nona Buana, apakah benar desas-desus kalau anda hamil diluar nikah?” tanya reporter itu lagi membuat Mikaela pucat seketika.
‘Bagaimana mungkin berita itu tersebar? Apa ini cuma gossip murahan?’ pikir Mikaela tak menyangka bahwa awak media ada yang berpikir demikian tentangnya.
“Itu tidak benar! Kami sudah menikah dan kami punya seorang anak bukannya hal yang wajar? Tolong jangan sebarkan berita bohong yang akan merugikan orang lain.” jawab Mikaela sekaligus menegur sang reporter.
“Ah, baiklah bu. Tapi ada yang bilang kalau sebenarnya suami anda punya selingkuhan sehingga pesta itu batal. Apa itu benar bu?” pertanyaan reporter kali ini memang kelewat batas.
‘Sabar Mikaela. Jaga image didepan umum. Ya itu memang benar sih, si brengsek ini punya selingkuhan.’ pikir Mikaela berusaha menenangkan dirinya sendiri.
“ITU.TIDAK. BENAR. Suami saya kecelakaan dan dia harus berobat. Dan kami menikah setelah itu. Tidak ada perselingkuhan.” tegas Mikaela. Marcel hanya diam dengan jawaban Mikaela yang terdengar meyakinkan. Mikaela memang ahli dalam berakting.
“Begitu ya, kami pikir hubungan Tuan dan nona adalah hubungan palsu yang dilandaskan bisnis.” sahut seorang reporter. Mendengar itu, Elmand emosi karena merasa para reporter sudah kelewat batas.
“Cukup kalian semua! Pertanyaan kalian tidak ada sangkut pautnya dengan acara hari ini. Kalian hanya sibuk membahas gossip murahan. Bubar sekarang!” titah Elmand membuat para reporter terpaksa bubar. Setelah acara usai, Marcel dan Mikaela pulang ke Mansion keluarga Buana.
“Kau menjawab semuanya dengan baik. Bagaimana kau bisa membuat argument yang bahkan tidak bertentangan dengan perkataanku?” tanya Marcel yang jujur takjub dengan kecerdasan Mikaela.
“Aku mendengarkan baik-baik jawabanmu dan mencari jawaban yang tidak menentang tentunya. Salah sedikit saja, media bisa memublikasikan cerita yang tidak benar.” jawab Mikaela dibalas anggukan oleh Marcel.
“Kau bisa jadi aktris, aktingmu luar biasa. Aku saja sudah mempersiapkan diri sebelumnya jika dihujani pertanyaan soal 3 tahun yang lalu.” jujur Marcel.
“Terima kasih atas pujiannya. Aku melakukan semua ini demi Selena. Aku tidak mau orang-orang menganggap dia sebagai anak yang tidak diinginkan diantara kita.” balas Mikaela. Lalu sesampainya dirumah, Mikaela langsung masuk ke kamarnya. Tetapi, sebelum menutupnya, Ribka menghalangi Mikaela.
“Nak, kalian kan suami istri, harusnya kalian berbagi ranjang. Bukannya pisah ranjang begini. Tadi mama sudah masukkan barang-barang Marcel ke dalam. Mama harap kalian akan akrab dan langgeng.” usul Ribka dan hanya diangguki pasrah oleh Mikaela.
Sekarang, kedua manusia berbeda gender itu hanya terdiam didalam kamar itu. Mikaela duduk diranjang sementara Marcel masih terduduk di sofa kamarnya. Sejujurnya, mereka sama-sama canggung dan tidak bisa tidur.
“Marcel, apa yang kau lihat dari Michelle sehingga kau begitu mencintainya?” tanya Mikaela memecahkan keheningan diantara mereka.
“Dia adalah wanita yang sederhana dan juga baik hati. Dia juga cantik dan pintar.” jawab Marcel seadanya.
“Ternyata, kau berbeda dengan pria lain yang memandang fisik sebagai hal utama dari wanita.” Mikaela mengutarakan pendapatnya soal Marcel yang menilai Michelle dari sifatnya terlebih dahulu.
“Kamu sendiri, apa pernah jatuh cinta?” tanya Marcel penasaran.
“Iya, bahkan sampai detik ini. Tapi karena statusku sekarang, kami tidak bisa bersatu.” jawab Mikaela.
“Kenapa kamu tidak menikah dengannya dari dulu?” tanya Marcel lagi.
“Dia sibuk dengan pendidikannya di Harvard. Dia menyuruhku menunggu, tapi setelah 5 tahun barulah dia kembali. Dan aku sudah menikah saat dia kembali.” jawab Mikaela dengan nada penuh penyesalan.
“Jadi…dia ada disini?” tanya Marcel lagi memastikan.
“Iya, dia disini. Tapi, kalau seandainya pernikahan kita tidak seperti yang aku bayangkan, lebih baik kita mengakhirinya dan mencari kebahagiaan masing-masing. Soal Selena, kau bisa menemuinya kapan saja meskipun kita berpisah.” Mikaela berujar menyampaikan apa yang dia pikirkan soal pernikahan mereka. Dia berpikir miris soal pernikahan yang memang seharusnya tidak terjadi.
“Kalau seperti itu, mental Selena akan terganggu. Dia akan berpikir kenapa orang tuanya tidak bisa bersama. Di sisi lain, ini akan menyulitkanku memberi kasih sayang sepenuhnya bagi Selena. Kita memang berada di situasi yang sulit tapi, aku akan berusaha sebisa mungkin mempertahankanmu dan Selena.” Marcel membuat keputusan yang membuat Mikaela terkejut.
“Bagaimana dengan Michelle?” tanya Mikaela, jujur khawatir dengan nasib Michelle. Walau tidak mengenal Michelle, sebagai sesama wanita Mikaela tidak mungkin tega membiarkan Michelle mendapat perlakuan tidak adil.
“Aku melepaskannya bukan karena aku tidak mencintainya. Tapi, dia berhak mendapat cinta dari orang yang bisa mencintainya dengan lebih sepenuhnya. Aku terbagi antara Michael dan Selena dengan Michelle. Dan aku pasti akan memilih orang yang lebih membutuhkanku, yang sedarah denganku dan yang adalah darah dagingku. Michelle memang istriku dan kami sudah bersatu tapi aku tidak bisa mengabaikan darahku yang berteriak atas Michael dan Selena. Lagipula, Michael sangat membutuhkan Michelle. Aku tak bisa menyakitinya.” jelas Marcel panjang lebar.
Mikaela bisa mengerti posisi sulit yang dihadapi oleh Marcel saat ini. Mikaela bisa menilai kalau sebenarnya Marcel tidak menjadikannya seperti barang pengganti tetapi dia melakukan ini demi kebahagiaan putrinya.
‘Dia sangat menyayangi keluarganya.’ pikir Mikaela.
“Kau tidak keberatan tidur di sofa kan? Aku belum bisa menerimamu disebelahku. Jujur saja!” pinta Mikaela jujur.
“Bukan masalah,” Marcel pun merebahkan tubuhnya di sofa. Pria itupun tertidur pulas setelah 15 menit. Mikaela terus memerhatikannya karena dia tidak bisa tidur. Lama-kelamaan dia pun tidur karena tidak merasa terancam sama sekali.
Terminal Grogol, Jakarta Barat
Seorang wanita turun dari sebuah bus dan berjalan keluar. Tiba-tiba perutnya terasa lapar, diapun mencari warteg setempat untuk makan pagi ini. Sesampainya disitu, dia memesan makanannya dan makan dengan tenang. Tiba-tiba sang pemilik warteg menyalakan televisi. Suara televisi begitu jelas hingga mengalihkan perhatian wanita itu.
Berita hari ini diawali dengan dilantiknya penerus Perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia dan mancanegara tidak lain adalah Buana Jaya. Acara penyambutannya dilakukan semalam disebuah Hotel mewah di Jakarta Barat. Marcel Arya Buana mendapatkan posisi ini karena baru diketahui ternyata dia memiliki seorang putri berusia 3 tahun dan menikahi seorang putri keluarga Jenderal Djuanda. Banyak berita miring tentang pernikahan mereka, tetapi mereka menegaskannya dalam tayangan kali ini.
“Selamat untuk bapak ya. Tapi sebelumnya pak, boleh saya tahu apakah bapak keluar negeri bersama istri bapak 3 tahun yang lalu? Bukannya pernikahan itu batal ya?”
“Pestanya yang batal, sebenarnya kami sudah menikah secara resmi seminggu sebelumnya. Waktu itu saya mengalami kecelakaan dan keluarga saya sengaja menyembunyikannya dari awak media agar tidak ada desas-desus yang tidak enak.” jawab Marcel tegas
“Jadi, apa setelah itu Bapak kembali ke Indonesia bersama istri?”
“Iya, kami memutuskan menikah secara sederhana dan saya juga harus bolak balik keluar negeri untuk pembangunan cabang di Singapura.” jawab Marcel lagi.
“Sekarang untuk Nona Buana, apakah benar desas-desus kalau anda hamil diluar nikah?”
“Itu tidak benar! Kami sudah menikah dan kami punya seorang anak bukannya hal yang wajar? Tolong jangan sebarkan berita bohong yang akan merugikan orang lain.” jawab Mikaela
“Ah, baiklah bu. Tapi ada yang bilang kalau sebenarnya suami anda punya selingkuhan sehingga pesta itu batal. Apa itu benar bu?”
“ITU.TIDAK. BENAR. Suami saya kecelakaan dan dia harus berobat. Dan kami menikah setelah itu. Tidak ada perselingkuhan.” tegas Mikaela.
Demikianlah berita ini, kita lanjut ke berita lainnya…
Mendengar dan melihat berita itu, Michelle langsung menangis. Dia bisa melihat dengan jelas wajah siapa yang ada diberita itu.Itu suaminya Marcel, pria yang dia percayai sepenuh hati. Ternyata, hal ini yang dilakukan Marcel selama beberapa hari ini.
‘Tidak…dia pasti melakukan itu pasti ada alasannya!” Michelle bergumam sendiri meyakinkan dirinya sendiri bahwa Marcel sebenarnya tidak pernah mengkhianatinya. Michelle pun mempercepat makannya dan langsung bergegas menuju Mansion keluarga Buana.
Perumahan Puri Indah, Jakarta Barat
“Permisi mbak, cari siapa?” tanya sang satpam pada Michelle yang berdiri bingung didepan mansion keluarga Buana.
“Pak, ini benar rumah Keluarga Buana?” tanya Michelle.
“Ya, mbak. Cari siapa ya?” tanya sang satpam lagi.
“Tolong panggilkan tuan Marcel Buana, katakan ist- eum maksudnya Michelle mencarinya.” Michelle minta tolong pada pak Sudir dan diangguki oleh pak Sudir.
“Baik, tunggu sebentar ya mbak.” Pak Sudir masuk kedalam meminta izin pada majikannya. Tak lama, Marcel dan Mikaela keluar untuk berangkat bekerja.
“Sekalian saya antarkan?” tawar Marcel.
“Okay, tapi gimana pas makan siang kita barengan sama Selena. Semalam dia bilang mau makan siang sambil main ditaman.” usul Mikaela.
“Baiklah, nanti Selena dirumah ayahmu kan?” tanya Marcel lagi.
“Iya, dia rindu sama Tasya dan kak Anye.” jawab Mikaela.
“Permisi, pak.” sang satpam ingin bertanya soal orang diluar pagar.
“Oh iya, pak tolong bukain pagar ya. Kita buru-buru soalnya.” perintah Mikaela tak bisa dibantah oleh pak Sudir. Pak Sudir pun membukakan pagar supaya Marcel bisa mengeluarkan mobilnya.
“Gimana, pak?” tanya Michelle dari luar.
“Maaf mbak, tuan dan nyonya muda sepertinya buru-buru.” sang satpam minta maaf pada Michelle. Mendengar itu, Michelle merasa sakit hati dan diabaikan oleh suaminya itu. Saat mobil keluar, Michelle langsung menghalanginya. Dia sangat tahu kalau itu pasti mobilnya Marcel.
“Mas! Berhenti!” teriak Michelle membuat Marcel berhenti.
“Michelle?” gumam Marcel terkejut dan langsung turun dari mobilnya.
“Kamu…mau menghindariku, mas?” , Michelle menangis saat melihat Marcel. Marcel tak dapat menahan dirinya dan langsung memeluk Michelle.
“Maafkan saya…saya sudah melakukan kesalahan besar hiks…!” Marcel meminta maaf pada Michelle. Mikaela yang melihat hal itu langsung turun membawa keluar Selena dari dalam.
“Dramanya baru mulai ya, yaudah saya duluan aja. Soal makan siang batalin aja, kamu pasti sibuk dengannya.” Mikaela pergi mengambil mobilnya sendiri.
“Mama, papa cama ciapa? Tenapa papa nangis?” tanya Selena.
“Itu temannya papa, papa gak nangis tapi agak sibuk saja sayang.” Mikaela memberi penjelasan pada Selena perihal Marcel.
‘Kalau seperti ini, aku tidak yakin kau akan bertahan sampai 3 bulan Marcel.’ batin Mikaela kesal sambil pergi dari mansion itu meninggalkan Marcel dan Michelle di situ.
“Mas, tolong jelasin semuanya!” pinta Michelle.
“Terlalu sakit menceritakan semuanya. Tapi mas minta maaf, sepertinya kita memang harus berpisah. Banyak yang terjadi selama mas tidak ada disini. Jadi mas harus menebus kesalahan mas.” jawab Marcel sebagai penjelasan membuat Michelle terdiam.
“Mas tidak mencintaiku lagi?” tanya Michelle dengan nada penuh kekecewaan.
“Mas akan kasih tahu alasannya. Ayo masuk kedalam dulu.” ajak Marcel pada Michelle.
***
Cinta itu harus diperjuangkan, bukan?- Michelle Prasati 2k21
Marcel mengajak Michelle ke mansion keluarga Buana. Saat masuk, Ribka dan Elmand melihat Michelle dan wajah mereka langsung berubah tegang. Tetapi, Ribka mengesampingkan egonya dan menyamperin Michelle. “Michelle, akhirnya kamu datang juga! Saya sangat senang akhirnya kamu bisa mengerti bagaimana keadaan Michael saat ini.” sambut Ribka membuat Michelle diam. Dia tidak datang untuk Michael tetapi untuk Marcel. “Apa kamu mau lihat keadaan Michael?” tanya Marcel lembut diangguki pelan oleh Michelle. Ribka ingin ikut dengan mereka tetapi Elmand menahan istrinya. “Aku diam bukan berarti aku menerima wanita itu! Kalau Michael sembuh, akan kusingkirkan wanita itu bahkan melenyapkannya.” ucap Elmand dengan nada sombongnya. “Mas, kamu gak pernah berubah. Kesombongan masih menjadi sifat utama kamu. Maaf mas, aku menyesal sudah mendukung kamu dulu. Tapi sekarang, kebahagiaan anak-anakku lebih penting.” balas Ribka lalu menyusul Marcel dan Michael.
Di sebuah taman Mikaela tengah mengawasi Selena yang sedang bermain di bak pasir sambil membuat karya dari pasir tersebut. Dia memutuskan untuk tidak ke kampus karena hari ini kepalanya sakit memikirkan masalahnya. Ya, tentu saja memikirkan tentang kembalinya Michelle. Dia bukan mencintai Marcel, tapi dia memikirkan Selena. ‘Apa mungkin Selena bisa hidup berjauhan dari pria itu? Melihat kedekatan mereka beberapa hari ini saja, aku sudah tidak tega memisahkannya. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?’ pikir Mikaela. “Sendirian aja, mbak?” seorang pria paruh baya membuyarkan lamunan Mikaela. “Kok melamun? Suaminya selingkuh ya,mbak? Sini, sama saya aja, kalo saya sih gak bakalan nyakitin cewek secantik kamu.” ucap preman itu lagi. “Pergi, saya tidak mau diganggu.” ucap Michelle tak acuh. “Cantik-cantik sombong banget sih!” pria itu dengan kurang ajarnya mul
Mansion Keluarga Buana“Marcel, jangan terlalu lama melamun. Ibu sudah suruh turun untuk makan malam.” panggil Mikael menyuruh Marcel yang sedari tadi terdiam untuk makam malam. Pria itu masih diam tetapi dia segera beranjak dari duduknya. Mereka pun berjalan menuju meja makan.“Selena sudah kamu bangunin?” tanya Marcel dijawab anggukan oleh Mikaela.“Marcel, ayo makan malam.” ucap Ribka sambil tersenyum. Wanita paruh baya itu sangat senang hari ini.“Kak, kenapa wajah kakak lesu sekali?”itu suara Michael! Mendengar itu, Marcel langsung mengalihkan perhatiannya pada adiknya itu karena agak terkejut melihat Michael mau ikut makan malam dengan mereka.“Papa! Cuapin Celena ya.” kata Selena dengan nada celatnya. Marcel langsung tersenyum pada putrinya itu dan duduk disebelahnya. Mikaela ingin duduk, tapi dia enggan duduk disebelah Marcel. Tapi ketika melihat Michelle, dia langsung duduk disebelah pria itu.“Nyonya, saya sudah buatkan makanan untuk semuanya.” ujar Miche
Klinik Praktek Ahli Psikologis “Jadi , apa yang menjadi keluhan ibu?” dokter psikolog memulai proses mediasi dengan bertanya keluhan Mikaela. Dia hanya bersama sang dokter disini sedangkan Marcel menunggu diluar.“3 tahun yang lalu, aku ingin membatalkan perjodohan dengan seorang pria. Tapi, aku menemuinya di waktu yang salah. Dia sedang mabuk karena patah hati dan dia mengira aku kekasihnya. Dia…tanpa sadar melakukan hal yang tidak pantas padaku. Semenjak itu, aku berusaha melupakannya. Tapi tidak bisa! Aku selalu merasa menjadi wanita yang rendah karena tidak bisa membela diriku sendiri. Bayang-bayang kejadian itu terus menghantuiku setiap malam dan aku meredakannya dengan obat tidur. Tapi, semenjak aku tahu bahwa aku hamil anaknya, semua kejadian itu seperti video yang terus berulang dikepalaku. Aku pun menambah dosisnya dan juga meminum obat penenang,” Mikaela menjelaskan keseluruhan keluhannya kepada sang dokter.“Anda menimum obat penenang ketika hamil? Bagaimana
Mansion Keluarga Buana“Kami pulang!” Marcel menyapa orang-orang didalam rumah.“Nenek!!! Tadikan, tami tadi main kuda-kuda, putal-putal, cama mobil-mobil! Papa juga tadi beli esklim.” cerita Selena saat bertemu neneknya, Ribka.“Beneran? Seru banget!” Ribka ikut senang dengan Selena yang bercerita dengan sangat bahagia. Ribka menatap Marcel dan Mikaela bergantian dengan bahagia.“Kalau beginikan, semuanya senang. Kalian bisa memulai semuanya dari awal. Lihat hal-hal baik dalam diri pasangan kalian dan jangan egois. Lama-lama kalian akan saling membutuhkan dan cinta akan hadir diantara kalian.” ucap Ribka dengan senang.“Iya, bu. Saya juga sudah lelah mau istirahat.” Mikaela undur diri dan pergi ke kamarnya untuk mandi dan istirahat.“Nenek! Malam ini matan apa?” tanya Selena pada Ribka.“Eumm… kita buat kesukaan Selena yuk!” ajak Ribka dan mengajak Selena ke dapur. Marcel cukup senang karena melihat Selena bahagia hari ini. Dia pun berjalan menuju kamarnya untu
Paginya seperti biasa, keluarga Buana bersiap dan berkumpul di meja makan untuk sarapan. Mikaela menyuapi Selena dengan cekatan dan anehnya dia terlihat rapi di hari Minggu pagi. Biasanya Mikaela hanya akan menggunakan baju santai di hari Minggu.“Mikaela, kamu mau kemana? Ini hari Minggu kalau kamu lupa.” Ribka mengingatkan siapa tahu Mikaela berpikir ini hari kerja.“Enggak kok ma, aku mau ibadah.” jawab Mikaela membuat semua orang disitu tersedak karena shock.“Tumben?” sahut Elmand. Bukan tanpa alasan sih mereka shock, soalnya di rumah ini yang rajin ibadah adalah Ribka itupun sekali sebulan, dulu Marcel juga rajin sih walaupun cuma menemani ibunya. Kalau Elmand, lebih sibuk dengan hal duniawi. Bisa dibilang agama KTP aja, dan Michael sama saja dengan ayahnya. Mikaela sih, setiap Minggu paling main sama Selena atau kerumah ayahnya. Kalau pun keluar, dia bakalan bilang pergi sama teman-temannya.“Emm… terkadang saat kita di titik terbawah, disitulah kita mengingat Tuh
Mikaela dan Willy pun selesai berbincang. Dan mereka pun berpisah, maksudnya Mikaela pulang bersama Marcel. Mikaela merasa perbincangannya dengan Willy semakin menambah kepercayaan dirinya untuk menjalankan harinya untuk kedepan.‘Intinya jangan pesimis dan mulai saja. Apapun akhirnya, biar waktu yang menjawab.’ Mikaela bertekad dalam hati agar dia tidak bersedih lagi. Dia tidak akan ambil pusing tentang Marcel. Dia hanya perlu menjalankan apa yang seharusnya.Sepulangnya Mikaela dan Marcel, Willy masih diam di mobilnya sambil merenungkan sesuatu. Sebenarnya, Willy yang hangat dan baik hati tidak seperti apa yang terlihat. Willy adalah orang yang paling pandai menyembunyikan perasaannya dan menebak ekspresi seseorang. Sejujurnya, perkataan yang diucapkannya kepada Mikaela tadi bukan dari hatinya. Tapi itulah yang harus dia katakan. Dia hanya tidak ingin wanita yang dicintainya itu sedih mengetahui kesedihannya karena cintanya harus bersama orang lain.“Cassie, a
Pagi ini seluruh anggota keluarga Buana sudah sibuk dan langsung pergi ke tempat kerja masing-masing setelah sarapan. Tapi perbedaannya, hari ini Ribka berinisiatif untuk menjaga Selena. Ini baru pertama kalinya, karena biasanya Ribka pergi dengan teman-teman sosialitanya. Tapi, keluarga besar ini memutuskan untuk membuat perubahan demi kebahagiaan kedepannya. Setidaknya, itu yang direncanakan Elmand dan Ribka. Tapi berbeda dengan yang lainnya. Mereka punya rencana masing-masing demi kebahagiaan mereka sendiri. Hanya takdirlah yang akan membawa mereka ke jalan yang seharusnya. Perusahaan BuanaMarcel baru saja mengantarkan Mikaela ke kampus dan sekarang dia sudah sampai di Perusahaan keluarganya. Begitu masuk, semua karyawan seperti biasa membungkuk hormat padanya. Marcel cukup senang hari ini karena bisa bekerja bersama dengan adiknya, Michael. Dia pun mendatangai ruang General Manager untuk memberi pelatihan kepada adiknya. Bagaimanapun, posisi itu pernah di
Beberapa bulan kemudian… Mikaela kini berdiri di sebuah tempat pemakaman umum sambil membawakan sebuket bunga lily. Dia kini berada tepat di makam William Simon. Dan hari ini, dia memang sengaja datang sendiri kesini. “Hari ini harusnya kamu berusia genap 28 tahun, Willy. Tapi kamu pergi terlalu cepat meninggalkan semuanya,” gumam Mikaela sambil meletakkan bunga itu di makam Willy. Wanita itu lalu menyentuh foto Willy yang ada di makam itu lalu tersenyum. Tanpa sadar, air matanya mengalir begitu saja. Mikaela masih ingat semuanya! Bahkan sampai akhir hidupnya, Mikaela ada disisinya tanpa melepas genggaman tangannya. Mikaela sangat sedih setelah tahu kebenarannya bahwa selama ini Willy mengidap penyakit kronis. “Kamu tidak berkata apapun agar aku tidak khawatir. Kamu selalu begitu! Tapi sekarang kamu sudah tenan
Mansion Keluarga Buana“Apa ini, Pa?” tanya Marcel ketika sang ayah memberikannya sebuah amplop berisikan tiket ke Venesia.“Untuk bulan madu. Kalian itu sudah menikah dan secara hukum kalian sudah menjalani hubungan sampai 3 tahun. Kenapa kisah kalian tidak diwarnai dengan bulan madu? Benar gak, sayang?” jawab Elmand sambil mengerling pada Ribka istrinya. Marcel hanya memijit pelipisnya karena terkejut dengan kelakuan kedua orang tuanya itu. Dia senang sih, tapi dia gak tahu gimana menyampaikannya pada Mikaela. “Kapan Papa memesan ini? Malah penerbangan besok lagi. Kita belum ada pembicaraan soal itu! Gimana dengan Selena?” tanya Marcel lagi.“Selena sama kami aja!” Michelle keluar bersama Selena dan langsung menjawab Marcel.“Tapi kan-“ Marcel masih belum menyelesaikan kalimatnya tetapi Selena langsung memotongnya,” Kata aunty Michie, papa dan mama pelgi untuk buat adik! Jadi Sele
“Makasih, Mbak! Saya bersyukur mbak mau maafin saya!” Michelle benar-benar berterima kasih pada Mikaela. Wanita itu membalas pelukan Michelle sambil menepuk-nepuk punggungya.“Memaafkan adalah obat rasa sakit yang terbaik. Willy selalu mengatakan itu padaku. Dia juga pasti sudah memaafkanmu! Kamu jangan merasa bersalah lagi ya, Michelle.” Mikaela menjawab.“Kak, aku juga minta maaf ya. Aku sangat menyesali segalanya.” Michael juga minta maaf pada Mikaela dan Marcel.“Tak masalah, yang penting kamu sadar dan mau minta maaf. Bagi kami, itu yang terpenting. Iya kan, sayang?” Mikaela menerima permintaan maaf adik iparnya itu. Marcel mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum kepada istrinya. Dia sangat senang karena istrinya adalah wanita yang berhati lembut dan mau memaafkan orang lain. Mikaela bukan tipikal orang yang berpikiran sempit tetapi wan
Apartemen Marcel, Podomoro City Seminggu berlalu tanpa terasa. Semuanya terasa lebih baik saat ini. Mikaela sudah bisa menjalani hidup normalnya meski terkadang, dia sering mimpi buruk. Ya, tentu saja Marcel akan selalu menenangkannya jika sudah begitu. Wanita itu selalu teringat bagaimana sampai akhirnya Willy terbunuh. Tapi untunglah, kejadian itu tidak membuat mental Mikaela jadi terganggu, malahan, dia semakin kuat. Dan kedepannya, dia bertekad untuk semakin kuat lagi.‘TING-TONG’ Bel apartemen berbunyi, mengalihkan atensi mereka bertiga yang sedang sarapan bersama. Marcel dengan cepat melangkah dan membukakan pintu apartemen. Dan ternyata, yang datang adalah polisi.“Selamat pagi, pak!” kata sang polisi.“Ya, pagi. Ada apa ya?” tanya Marcel perihal kedatangan mereka ke apartem
Mikaela POV Aku ingat kalau saat SMA dulu, aku tidak punya teman akrab. Tidak ada teman perempuan yang dekat denganku karena menganggap aku berbeda. Penampilanku yang seperti anak laki-laki dan juga sikapku, membuat mereka malas berteman denganku. Dulu rambutku itu pendek, dan sikapku sangat buruk. Aku sangat egois dan sombong seperti yang pernah Marcel katakan sebelum kami menikah. Saat di Amerika, aku ingin diterima. Aku melakukan segala cara untuk bisa diterima oleh mereka. Mulai dari ikutan hangout seharian, pesta pora sampai tengah malam, bahkan minuman keras. Aku ingin punya teman karena merasa sendirian disana. Tapi memang, aku berhati-hati soal laki-laki karena papa selalu mewanti-wanti dari Indonesia. Aku juga takut terjebak. Disisi lain, aku memang sangat penasaran bagaimana rasanya pacaran. Semua temanku, sudah pacaran. Mau teman SMA, kuliah, bahkan s
Di Pemakaman Mikaela masih saja terduduk disamping makam Willy dan tidak mau bergerak dari nisannya. Semua orang sudah pergi, tapi dia masih disitu bersama Marcel. Suaminya tak lelah terus menemaninya disini. Wanita itu jelas masih berduka karena kepergian sosok yang sangat penting dalam hidupnya.“Mikaela, kita pulang dulu, ya! Kamu belum makan dua hari ini. Sejak di rumah sakit sampai saat ini kamu hanya meminum air. Kamu bisa sakit.” Bujuk Marcel pada Mikaela. Wanita itu malah menggeleng dengan wajahnya yang masih pucat. Dia masih bersandar sambil memandangi wajah Willy yang tersenyum di foto.“Selena juga sangat merindukanmu, ini juga sudah mau hujan, kita pulang dan besok kemari lagi.” Marcel masih belum menyerah.“Kamu pulang saja dulu Marcel. Sampaikan permintaan maafku pada Selena. Aku masih mau disini. Aku tidak peduli jika hujan, aku masih ingin disi
Rumah Sakit Mikaela kini langsung berlari ke arah IGD dimana Willy dibawa oleh para dokter. Dia ingin masuk, tetapi tak diperbolehkan karena dokter tengah melakukan operasi. Mikaela terus-menerus melihat Willy dari pintu kaca sambil menangis. Perasaannya begitu hancur saat melihat Willy badi begini karena menyelamatkan dirinya. Marcel benar-benar terluka melihat istrinya terpuruk saat ini. Dia langsung meraih Mikaela dan memeluk wanita itu. Wanita itu masih terus menangis dalam pelukannya. Marcel tahu kalau Mikaela memang pasti akan sangat terluka jika melihat Willy jadi tak berdaya, apalagi kemungkinan wanita itu melihat semua kejadiannya di depan matanya.“Mikaela, kumohon tenanglah!” Marcel berusaha menenangkan Mikaela sambil mengelus-elus punggung wanita itu.“Hiks! A-aku yang menyebabkannya hiks
Mikaela terus menatap nanar pada Willy yang sudah tak berdaya dihadapannya. Dia tidak menyangka bahwa Willy harus terluka bahkan dihabisi di depan matanya. Perlahan, Mikaela menyentuh wajah pria itu yang penuh dengan darah. Tatapannya masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Pria itu memang sudah tidak sadar sama sekali.“Dia sudah mati! Sial sekali ya, dia berusaha melindungi istri orang dan malah mati.” Ejek Raymond sambil berjalan mendekati Mikaela. Sedangkan wanita itu menghapus air matanya tanpa peduli jika tangannya kini berlumuran darah Willy. Wajahnya pun jadi ikut terkena darah pria itu.“Sekarang hanya tinggal kita disini. Masih berharap Marcel datang?” tanya Raymond dengan kini sudah berjongkok tepat dihadapan Mikaela.‘Willy? Benarkah kau sudah pergi?’ batin Mikaela bertanya-tanya lalu mendongak untuk membalas tatapan Raymond. Saat melihat wajah Mikaela yang sudah pucat dan berlumuran darah, otomatis pria itu a
Di gudang penyekapan…‘Buaghhh!!’“Arrgghh!” teriak preman itu ketika Willy menghajarnya.“Dimana bu Michelle, ya?” gumam salah seorang preman ketika sadar tidak ada Michelle disini.“Jangan melamun!” ucap Willy langsung menendang keras perut preman itu. Mereka ternyata tidak sedikit. Ada sekitar delapan orang, yang bermunculan hingga saat ini.‘Ajaib sekali aku bisa menggerakkan tubuhku dengan ringan seperti ini? Apa ini mukjizat-Mu? Kalau pun aku mati setelah ini, aku ikhlas ya Tuhan! Karena aku bisa melindungi Cassie-ku.’ Batin Willy sambil konsenterasi menghajar para preman itu dengan heroik. Setelah beberapa belas menit menghajar mereka, Willy meregangkan otot-ototnya karena erasa agak bugar. Dengan cepat, dia langsung membuka pintu tempat dimana Mikaela disekap. Dia agak kesulitan karena tidak ada kuncinya.“Dimana kalian menaruh kuncinya?” tanya Willy pada para