Beberapa kegiatan rapat besar terjalin dengan damai dan dukungan dari semua tamu yang hadir dalam acara, acara berlanjut dalam penjamuan kalangan bangsawan, di samping raja Ziarkia yang duduk berdampingan dengan tunangannya lady Astra, pikiran dan arah pandang kaisar tampak jelas dan mengarah ke arah mana-mana, sedari tadi ia mencari-cari sosok wanitanya, Stefen terus mencari wanitanya di arah mana pun, namun wanita yang selalu beradu argumen dengannya itu tidak ada di mana pun, sekian menit berlalu, pelayan yang paling dekat dengan wanita kesayangannya terlihat berjalan dengan terburu-buru, Stefen yang penasaran melihat Red yang panik langsung berdiri dan melangkah untuk mengikutinya. Apa terjadi sesuatu pada Red? Pikir Stefen dalam hati, setelah ia memutuskan untuk melanjutkan pertunangan, pikirannya tidak pernah berhenti pada wanita itu. Stefen tidak memperdulikan tatapan heran dari Astra yang berada di sampingnya, ia terkejut melihat calon prianya pergi dari penjamuan tanpa izi
"Di dalam tubuh wanita itu sepertinya ada kekuatan lain yang bisa menahan seranganku. Aku bahkan tidak bisa membuatnya berpengaruh 100 persen dari kekuatan sihir terlarangku," jelas Raja iblis Neon, Duke Samuel dan Howard di belakangnya saling memandang dengan heran.Raja Neon, ketua dari ras iblis yang sedang menyamar jadi penyihir dalam perjalanannya mengelilingi wilayah perbatasan untuk mengumpulkan berbagai ras dalam memperluas kekuasaannya, termasuk Duke Samuel yang berhasil bersekutu dengannya dalam meruntuhkan kekuasaan kaisar Stefen.Duke Samuel selama dua tahun ini diam-diam membelakangi kaisar Ziarkia untuk memberontak pada kekaisaran Ziarkia dan menjalin ikatan dengan penyihir Neon. Ketika dia menjalankan tugas di perbatasan dekat dengan Begonia, Duke Samuel bertemu dengan penyihir Neon dengan menawarkan diri untuk kerjasama meskipun ia tidak memikirkan hal lain seputar sosok penyihir itu, hingga saat ini Duke hanya mengenal pria penyihir itu tanpa mengenal identitas aslin
Sudah sepertengah hari semenjak Stefen menatap kondisi Laura, ia terus berusaha untuk menyembuhkan penyakit Cupid yang di derita wanitanya, memanggil beberapa tabib bahkan para ahli dari pengobatan sekaligus, namun di antara mereka belum ada hasil yang bisa memuaskan Stefen, mereka hanya dapat menggelengkan kepalanya karena penyakit Cupid yang diderita wanita ini cukup rumit dan sangat beresiko meskipun dengan sihir pemulihan.Keringat dari para dokter dan lainnya pun sudah bercucuran keringat, mereka telah berusaha penuh beberapa jam meskipun secara bersama-sama membaca mantra sihir pengobatan dan pemulihan beberapa kali, namun reaksi penyakit Cupid tidak bereaksi dan berhasil menolak mantra."Kenapa kalian tidak mengizinkannya untuk memakai cairan penyembuh berkat kerajaan, aku sudah tidak tahan melihatnya begini!" seru Kaisar yang lelah menunggu melihat wanitanya terus terbaring dengan mata yang tertutup dan berteriak kesakitan.Empat dari ahli sihir pengobatan terkemuka di Ziarkia
Stefen dengan erat menarik lengan Astra ke kamarnya untuk membuatnya perhitungan, para pelayan dan penjaga di sekitar melihatnya dengan terkejut dan aneh, seolah sepasang kekasih yang sedang berseteru di hari pertunangan mereka langsung hancur dalam satu waktu, sementara Astra menanggung rasa malu dengan menundukkan kepalanya di saat lengannya yang ditarik kasar Stefen. Stefen kembali mengingat kejadian tentang surat, meskipun ia tidak memiliki bukti tentang tuduhan surat, namun ia jadi semakin yakin jika Astra memang pelaku di balik keretakan dirinya dan Laura."Stefen, lepaskan aku! Kau mengkhianatiku, kan? Diam-diam pergi hanya untuk menatap wanita rendahan itu!" terang Astra. Stefen menghempaskan lengannya dengan kasar, Astra melihat pergelangannya yang sedikit memar. Ia berfikir berapa kali pun ia mencoba untuk menjauhi mereka berdua, Stefen tetap saja mencoba mencarinya. "Jaga ucapanmu! Aku akan menikahimu bukan berarti kau adalah istriku!" balas Stefen dengan dingin. Astra ter
Terbaring di dalam ruang gemerlap malam yang penuh bintang seperti melayang. Sepasang mata yang menutup tiba-tiba membuka secara perlahan. Laura masih sedikit terpengaruh dari cupidnya sebelum dia sadarkan diri. Kepalanya pun masih terasa berat, entah di mana lagi ia berada sekarang Laura mencoba menutup matanya kembali seolah yang terjadi adalah mimpi, namun seseorang berteriak memanggilnya."Hei! Kau! Bangunlah! Lepaskan ikatan ini!" ujarnya seseorang dari suatu tempat. Laura mencoba mendudukkan dirinya dengan perlahan. Ia masih berharap jika itu hanyalah mimpi, tapi teriakan seseorang itu tidak berhenti."Jangan terus diam di sana brengsek!""Berisik! Mimpi macam apa ini, membuat telingaku seakan pecah karena suaranya?!" gumam Laura.Laura pun terpaksa berdiri tertatih untuk mencari sumber suara yang memanggilnya. Ia tidak tau sedang di mana dia sekarang? Karena ia merasa ruangan ini seperti di dalam semesta lain dalam langit malam yang penuh bintang."Ini pasti tidak nyata! Meski
"Hiks, Nona kau sudah sadar?" Red langsung menangis dan berlari ke pangkuan Laura, ia merasa sangat lega saat melihat nonanya terbangun kembali. "Akhirnya kau terbangun lagi, kumohon jangan tinggalkan aku seperti itu lagi, melihatmu terbaring selama 5 hari benar-benar membuatku khawatir.""Kau bilang apa? 5 hari?" Setelah kejadian tak sadarkan diri dari reaksi Cupid terakhir kali, Red tak percaya jika dia telah menghabiskan waktu hampir 1 minggu, ia pun melihat luka-luka bekas cakarnya yang mulai mengering."Para tabib secara bergantian membantu memulihkan tubuhmu berkali-kali, katanya air pemberkatan pun tidak bisa menghentikan reaksi dari Cupid, lihatlah! Bekas yang memenuhi tubuhmu itu masih meninggalkan jejak!" Red menunjukkan beberapa bekas luka di lengan Laura."Apa kau ingin lebih banyak mendengar hal yang paling menakjubkan lagi? Kaisar Stefen setiap malam selalu masuk kamar dan mengkhawatirkanmu. Ia terlihat sangat terpukul melihatmu terbaring sangat lama."Stefen tak perna
Ketua dari penasehat kerajaan sekaligus pemuka agama kaum Nonamisme berdiri di antara kedua mempelai menjadi saksi janji pernikahan kaisar Stefen dan Lady Astra. "Lady Astra Caroline, apakah kamu bersedia untuk berbakti pada lelaki yang berada di sampingmu sampai akhir hayatmu? Sebagai Ratu Ziarkia akan selalu mendampingi suamimu kelak untuk meneruskan kedamaian bagi Ziarkia?" tanyanya. Astra menjawab dengan penuh tekad dan percaya diri. "Aku bersedia!" Sementara Stefen tampak sedih dengan keputusan pernikahannya. Tetua yang menatap raut wajahnya menyadari keterpaksaan dari wajah yang ditampilkan kaisar. "Yang Mulia Stefen Angelo Collin, apakah kamu bersedia untuk tumbuh bersama wanita di sampingmu sampai akhir hayatmu?" Kini giliran dirinya yang ditanya, Stefen membuat orang-orang yang menyaksikannya menunggu jawaban, rasanya berat untuk mengucapkan kata bersedia sembari memandang wajah Astra yang menampilkan senyum kemenangan sementara tatapan dirinya sungguh dingin dan lemas.
"Aku akan membunuhmu!" Laura terdiam ketika mendengar suara Stefen yang sudah berada di hadapannya. Apa yang membuatnya marah sampai ia bisa membuatnya ingin membunuh dirinya? "Apa yang telah kulakukan?" tanya Laura penasaran. "Kau yang melakukan semua ini, bukan?" Stefen mengarahkan pedang ke hadapan wajahnya. "Tunjukkan dirimu! Beraninya kau memberontak dalam pernikahan Kaisar, kau pasti penyihir tingkat atas! Aku tidak akan membiarkan kau kabur dari sini!" ancam Stefen. Laura langsung terdiam tanpa berkutik, apa yang barusan di dengarnya? Entah kenapa nafasnya tiba-tiba menjadi sesak. Ia merasa sangat marah karena dituduh sebagai pemberontak meskipun pada awalnya ia memang akan merusak pernikahan Stefen dan Astra. Namun siapa yang menyangka jika ada seseorang yang telah mengacaukan pernikahan itu sebelum dirinya. "Jika kubilang aku tidak melakukannya, apa kau akan percaya?" Stefen semakin mengarahkan pedangnya. "Kau sangat mencurigakan! Tentu saja aku sangat yakin
Kabar kritis Stefen sampai ke telinga Astra di kediamannya. "Apa katamu? Stefen tidak sadarkan diri? Apa yang terjadi padanya selama ini?" Astra kaget mendapat kabar baru tentang Stefen yang kondisinya kritis. “Saya dengar Yang Mulia mogok makan berhari-hari, seminggu hanya minum satu gelas air hangat, rutinitasnya berburu binatang dan membagikannya kepada orang miskin, namun tubuhnya yang tidak seimbang menyebabkan dia dicakar oleh seekor beruang besar." Air mata Astra mengalir cukup deras tanpa suara, kedua telapak tangannya terkepal penuh haru. "Kenapa dia tidak berselera makan? Mungkinkah dia sedang merasa kehilangan aku atau... dia dibuat sedih oleh wanita berambut biru itu?" suara Howard teringat kembali, Howard pernah mengatakan padanya jika Red adalah Laura Estelle. Tidak-tidak, tidak mungkin seperti itu. Astra menatap dirinya di cermin, mata hijaunya menghilang, emosinya terkikis, kini ia telah kehilangan kekuatan sihir pemotongannya. Menjadi manusia biasa membuat
Baron berusaha membangunkan Laura dengan menepuk lembut pipinya, ia mengamati bagian tubuh Laura yang terlihat di hadapannya, ia tidak melihat satupun luka di tubuhnya, mengapa Laura sendirian dan terbaring seperti ini? dia benar-benar berniat untuk meninggalkan semuanya? Pikir Baron, yang ia tahu, Laura adalah wanita yang sangat kuat dan gigih. Untuk pertama kalinya dia melihat Laura terjatuh lemah seperti ini, melihat pahlawan wanita yang sangat berjasa atas kehidupannya, Baron merasakan sakit hati yang luar biasa karena telah gagal menjaganya dan membalas kebaikan Laura selama ini. “Laura, Laura, bisakah kamu mendengarku?!” panggil Baron dengan lembut. Tidak ada satupun pergerakan yang terlihat, di tengah hujan yang sangat deras dan angin kencang, Baron memaksakan diri untuk menempatkan Laura di atas kudanya. Meski dalam perjalanan Baron berharap Laura baik-baik saja, kini ia memikirkan keduanya dengan perasaan khawatir yang sama pada Stefen dan Laura. Mengapa kalian berdua t
Seminggu setelah Stefen siuman, Stefen mendapat balasan dari Kirim yang kembali membawa pesan tentang Laura, namun mirisnya Stefen mendapat kabar yang menyedihkan, hadiah yang diberikannya tidak diterima dan yang lebih mengejutkannya adalah Laura meninggalkan Nest dan juga Ziarkia, dia sangat sedih mendengar hal itu, ia melampiaskan emosinya dan kembali berburu ditemani para pengawalnya, gambaran mimpi buruk selalu muncul di benaknya dan tidak pernah berhenti. "Enyahlah di hadapanku!." Kata-kata Laura sangat menusuk, membuatnya kehilangan semangat hidup, betapapun dia mengalihkannya untuk berburu, dia masih terus mengingat kata-kata itu berulang kali. Suatu ketika seekor beruang besar hampir terjatuh menimpa tubuhnya yang lebih kecil. Para penjaga sudah siap turun tangan membantu Stefen, namun dengan cepat menggunakan jurus pedang tankendon, beruang besar itu terluka. Darah kental beruang itu muncrat ke seluruh tubuh Stefen. Stefen berbalik dan pergi dengan tatapan kosong, sementar
Max tersulut emosi dengan ucapan Kirim, semua hanya karena ikrar ketika wilayah kekuasaannya berhasil diambil alih menjadi milik Ziarkia. Mau tak mau ada beberapa penegasan yang menjadikan dirinya tak bisa melawan balik. Kirim bisa menatap mata tegas itu sebagai emosi Max yang sangat kontras, sehingga ia memberi cibiran padanya. "Kalau tatapan itu bisa membunuh! Aku yakin bahwa itu sudah bisa menebak keinginan hasrat untuk membunuhku!" Terdengar kasar jika kalimat itu dilontarkan di hadapan wanita yang dicintai Max. "Dengar, Kirim, aku bisa mengusirmu sekarang juga dan melarangmu untuk datang kemari lagi!" Max tidak ingin jika wanita yang ia cintai melihat emosi dirinya yang berapi-api dia sungguh menjaga martabat itu, agar Laura bisa memandangnya sebagai pria yang baik dengan penuh ketulusan. Tapi tak bisa dipungkiri lagi jika perang saling tatap terus berlanjut antara dirinya dan kirim. "Coba saja kalau bisa!" ucap Kirim melawan balik dengan menatap matanya.. Laura ha
Seminggu kemudian, kehidupan di Nest aman terkendali, Laura mulai mendapatkan pelajaran baru tentang pedang, guru yang melatihnya terlihat tangguh dan juga lincah, wajahnya terlihat sangar dan menakutkan namun ternyata pria itu sedikit periang dan juga suka bercanda dengannya. Laura yang sudah sangat lama tidak berlatih pedang merasa gerakannnya kembali kaku, ia mendapatkan kesulitan mengimbangi tubuh saat berlatih bersama gurunya yang berkulit sawo matang, rambutnya panjang hingga di kucir di belakang, namun ia memiliki penampilan yang sangat gagah dan juga telaten. Bunyi perlawanan pedang masih terus berlanjut, Laura sudah merasa terintimidasi oleh serangan gurunya, hingga dalam gerakan terakhir berhasil membuat pedangnya terjatuh, sang guru memintanya beristirahat. hah hah hah suara helaan nafas Laura. "Luar biasa, Nona. Ini baru perlatihan pertama, tapi gerakanmu terlihat sudah terbiasa memakai pedang," puji guru. Laura tersenyum setelah mendengar pujian dari gurunya, rasa
Pencarian Ritim masih terus dilakukan hingga malam hari, Max telah memerintahkan seluruh bawahannya untuk tidak menyerah dan mengeluh sampai Ritim ditemukan. Terlalu lama menunggu, ia akhirnya kembali menemui Laura di kamarnya. Di belakang pintu, ia hendak mengetuk tapi perlahan ia urungkan niatnya karena merasa gagal melindungi Laura dari bahaya, karena merasa malu untuk bertatap muka, Max hanya mampu berkata dibalik pintu mencoba memanggil namanya. "Laura, apa kau sudah tidur?" tanyanya dengan suara yang rendah. Laura masih terisak, hatinya masih mengingat segelintir ingatan yang kembali padanya, mendengar suara Max, ia langsung membuka pintu dan menyenderkan kepalanya. Max tertegun sebentar hingga ia perlahan membalas Laura dengan pelukan. Saat ini Laura merasa sedikit stress antara keberuntungan dan kesedihan yang membuatnya bertahan hidup selama ini ternyata telah lama dalam lingkaran ramalan ibunya. Ia membutuhkan sandaran untuk hatinya yang sedang bersedih, dan Max tepat di
Ritim sudah hampir sekarat semenjak ia melarikan diri dari Nest. Ini adalah pertama kalinya ia merasa sesak nafas karena bau darah yang menyengat dari Laura, ia bertanya-tanya pada dirinya mengapa ia merasakan hal itu? Tidak bisa mendekatinya dan melarikan diri. Kesal disertai dengan emosi karena terpaksa berpisah dengan pangeran Max yang sangat dicintainya. Kembali ke Black Hall tempat persembunyian ras iblis Raja Neon, dengan nafas yang tersenggal dan langkah kaki yang kikuk, Ritim terus memaksakan diri untuk terus berjalan. Howard yang kebetulan berjalan tak sengaja memperhatikannya di kejauhan, ia melihat Ritim dengan wajah yang pucat dan melihat wanita itu terus berteriak. "Panggil Raja Neon, sekarang! Cepat!" teriak Ritim pada bawahan yang sedang berjaga. Tak kunjung lama Raja Neon datang menghampirinya, Howard yang berada di kejauhan penasaran dengan apa yang sedang dia lihat di hadapannya, ia pun dengan hati-hati bersembunyi untuk memperhatikan Raja Neon dan Ritim mengobrol
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak