Lily semakin kehilangan kesadarannya. Namun, dirinya mencoba untuk tetap sadar. Gadis itu sudah tidak kuat menopang tubuhnya lagi. Semakin lama pandangan Lily mulai buram dan kehilangan kesadarannya. Saat itu juga Aunty Sera yang berada di sana dan melihat Lily yang kehilangan kesadarannya langsung berteriak panik.
"LILY," jerit Aunty Sera.
Semua karyawan yang berada di sana langsung menoleh ke sumber suara yang baru saja mengalihkan perhatian mereka. Sontak mereka semua terkejut karena salah satu atasan mereka tergeletak tak berdaya di lantai. Para karyawan yang berada di dekat sana langsung saja menghampiri Lily.
Begitu pula dengan Aunty Sera. “Lily sadar sayang,” ucap Aunty Sera sambil menepuk pelan pipi Lily. Namun, Lily masih terdiam dan tidak bergerak. Rachel yang berada di lantai atas tidak sengaja mendengar kegaduhan di bawah sontak langsung menuju ke sana.
Hal pertama yang dia lihat adalah sah
Wajah Dokter Bara berubah sendu. Hal ini karena gadisnya harus rawat inap di rumah sakit. Sungguh hal itu membuat dirinya sedih. Lelaki itu takut jika terjadi pada gadisnya. Mungkin lebih baik nanti dia mengunjungi gadisnya di ruang rawat inap.“Kenapa dengan Lily?” tanya Dokter Bara.“Kondisi jantung Lily semakin memburuk ditambah kemarin dia disibukkan dengan pembukaan cabang baru,” jelas Rachel.“Harusnya Lily tidak boleh terlalu capek Chel,” ujar Dokter Bara.“Iya Dok saya tahu, tapi Lily orangnya sangat keras kepala,” ungkap Rachel.“Kamu sebagai temannya harus lebih memperingatkan Lily untuk tidak kelelahan,” ucap Dokter Bara.“Iya itu benar Dok, mungkin saat ini saya harus lebih tegas lagi untuk memperingatkan Lily,” balas Rachel.“Hmm,” gumam Dokter Bara.Rachel yang mendegar jawaban Dokter Bara yang singkat itu merasa kesal. Sudah bicar
Malam harinya Llly masih berada di rumah sakit. Rachel masih setia menemani sahabatnya itu. Lily sudah memaksa Rachel untuk pulang ke rumah. Namun, Rachel bersikeras ingin menemani Lily sampai keluar dari rumah sakit. Sedangkan Rayhan sudah pulang sejak sore hari. Lelaki itu masih ada urusan dengan temannya.“Chel apa kamu engga lapar?” tanya Lily.“Lapar sih, tapi aku masih malas pergi ke kantin,” jawab Rachel.“Lebih baik kamu makan dulu Chel,” saran Lily.“Ya sudah aku ke kantin dulu ya,” ujar Rachel.“Iya,” ucap Lily.Rachel segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan untuk pergi ke kantin. Setelah Rachel pergi, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu ruang inap Lily. Lily yang penasaran siapa yang ingin menemuinya malam-malam, langsung mempersilahkan untuk masuk ke dalam. Ternyata yang mengetuk pintunya adalah sosok lelaki yang tampan. Lelaki itu adalah Do
Lily saat ini sudah berada di apartemennya. Rachel langsung pulang setelah mengantar dirinya sampai lobi apartemen. Gadis itu langsung menidurkan badannya di kasur. Rasanya nyaman sekali bisa tidur di kasur miliknya. Meskipun, ia bisa tidur pulas di rumah sakit, tetap saja kasur di apartemennya lebih nyaman.Lily kemudian memejamkan kedua matanya. Gadis itu tertidur tanpa membersihkan diri. Belakangan ini Lily sering mengantuk. Mungkin karena efek obat yang diminumnya. Hari mulai berganti malam. Gadis itu pun masih tertidur pulas.Dreett ... Dreett ... DreettBunyi telepon terdengar nyaring di dalam kamar sebuah apartemen. Sontak hal itu membuat seorang gadis merasa kesal. Gadis itu masih ingin tidur. Namun, suara dari ponselnya tidak berhenti berbunyi. Sebenarnya, siapa orang yang menghubunginya dimalam hari begini?.“Halo,” gumam Lily.“Lily,” ucap si penelepon.“Hmm ... ini siapa?” tanya Lily dengan mat
Malam hari yang begitu sunyi. Namun, adanya bintang dan bulan membuat malam ini sangat terang. Lily sedang berdiri di balkon. Gadis itu sedang menikmati sinar rembulan dan bintang yang bersinar malam ini. Betapa bersyukurnya Lily bisa melihat hal indah seperti ini.Sedangkan disisi lain, Bara sedang berjalan menuju balkon apartemennya. Ia ingin menikmati secangkir kopi di sana. Lagipula dirinya ingin menghilangkan penat, setelah bekerja seharian. Saat berada di balkon, Bara melihat seorang gadis yang dicintainya juga berdiri di balkon sebelah apartemennya .Ternyata gadis itu juga sedang menikmati malam yang indah ini. Bara memperhatikan wajah Lily dengan diam. Sedangkan orang yang sedang diperhatikan tidak berkutip sama sekali. Cantik, itu yang sekarang berada dipikiran Bara. Betapa beruntungnya ia bisa mengenal seorang gadis yang cantik seperti Lily.Tidak ada kata bosan bagi Bara untuk memandangi wajah Lily. Seakan wajah Lily adalah objek yang menarik. Lily m
Cuaca siang hari ini tiba-tiba mendung. Hal ini menandakan jika sebentar lagi akan turun hujan. Memang wajar itu terjadi mengingat saat ini sudah berada dipenghujung tahun. Biasanya intensitas turun hujan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu. Lily melihat ke arah luar jendela untuk sekedar melihat suasana mendung di luar restoran.Rachel menolehkan kepalanya ke arah Lily dan Rayhan secara bergantian. Ia masih bingung dengan ucapan Lily tadi. Sampai saat ini, ia masih belum mengetahui maksud dari kedua sahabatnya itu. Kedua sahabatnya itu hanya diam dan saling pandang. Hal ini membuat perasaan Rachel semakin kesal."Baiklah, sebenarnya ada apa? Bisa kalian jelaskan?" tanya Rachel."Apa yang harus dijelaskan?" tanya Rayhan balik."Oh ayolah, kalian benar-benar membuat kepalaku pusing," tutur Rachel."Aku tidak mengerti dengan yang kamu bicarakan," ucap Rayhan."Terus tadi apa? Kenapa Lily bisa bertanya seperti itu?" tanya
Waktu semakin cepat berlalu. Hari kian berganti. Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Rachel dan Lily. Hari di mana mereka akan pergi berlibur bersama dengan Rayhan dan sepupunya. Kehebohan pun terjadi pada kedua gadis itu.Rachel yang heboh dengan pakaian yang harus dibawanya. Sedangkan, Lily sibuk sendiri. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sebelum berangkat esok hari. Begitulah kehebohan dan kebingungan mereka sebelum berangkat. Akan lebih banyak lagi kehebohan yang terjadi pada beberapa hari ke depan.“Kamu tidak berniat untuk segera pulang?” tanya Rachel mengintip di celah pintu ruang kerja Lily.“Sebentar lagi aku pulang, masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawab Lily.“Jangan malam-malam, besok kita berangkat pagi,” tutur Rachel.“Iya aku tahu,” ucap Lily.“Kamu sudah packing, ‘kan?” tanya Rachel.“Belum,” ti
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 7 jam. Mereka sampai di bandara Kingsford Smith yang terletak di Sydney. Saat ini mereka sedang menunggu teman Bara yang tiinggal di Sydney. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya orang yang ditunggu datang. Jordi namanya. Ia adalah teman Bara saat SMP dulu.“Maaf sudah menunggu lama,” ucap Jordi.“Tidak masalah,” jawab Rayhan.“Kita akan menginap di rumahmu?” tanya Rachel.“Tentu saja, jangan khawatir tempatku sangat luas dan mampu menampung lebih 10 orang,” ucap Jordi dengan tertawa lepas.“Sombong,” hardik Bara.“Hei, itu kenyataannya dude,” balas Jordi dengan tersenyum kecil.“Sudahlah, aku capek ingin segera rebahan,” timpal Rayhan.Mereka bergegas masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan oleh Jordi. Satu mobil mewah keluaran BMW dan satu mobil keluaran ferari. Dua unit mobil itu
Bara sedang tidur terlentang di atas kasur dengan menatap langit-langit kamar. Suara pintu tertutup tidak dihiraukannya. Lelaki itu masih nyaman dengan posisinya. Dany yang sedang masuk ke dalam kamar tidak memperdulikan Bara. Biarlah bosnya itu menyendiri.Setelah Dany keluar dari kamar mandi. Bara masih saja di posisi sebelumnya. Hal itu membuat Dany penasaran. “Bar, are you okay?” tanya Dany. Sikap Bara belakangan ini aneh. Tidak seperti biasanya.“Bar?” panggil Dany lagi.“Ha? ada apa?” tanya Bara dengan wajah bingungnya.“Ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya Dany dengan penasaran.“Entahlah,” balas Bara singkat.Dany merasa bos sekaligus temannya itu sedang memikirkan perempuan kecilnya. Bukan tidak mungkin Dany mengetahui hal itu. Ia dengan Bara sudah berteman sejak lama. Bara juga pernah bercerita mengenai perempuan kecilnya. Sampai saat ini Dany rasa temannya itu m
Kedua pasangan itu tampak tergugu setelah mendengarkan perkataan wanita paruh baya itu. Salah tingkah yang kini Bara rasakan. Sedangkan Lily pun juga sama tapi ada hal lain yang mengganggunya. Tentu saja gadis itu mencoba untuk menutupinya. “Apa mama salah bicara?” tanya mama Bara. Bukan tanpa alasan mama Bara bertanya seperti itu, karena kedua pasangan itu langsung diam setelah dirinya bertanya seperti itu. “Bukan seperti itu ma, hanya saja kami belum punya pikiran seperti itu,” jelas Bara. “Ohh begitu .... sudah saatnya kalian memikirkan masa depan, ingat! umur kalian tidak muda lagi, lagipula mama juga ingin cepat-cepat punya cucu,” papar mama Bara. “Astaga, tadi ditanya nikah sekarang cucu! Bisa gila dirinya,” batin Bara. Disisi lain Lily tertawa canggunng melihat anak dan ibu itu. Entahlah dirinya merasa aneh karena mereka membicarakan mengenai masa depan. Lily saja merasa pesimis dengan masa depannya. Andai penyakitnya tidak hadir dalam hidupnya, mungkin ia akan merancang mas
Sosok perempuan yang baru saja menghampiri meja mereka membuat suasana hening seketika. “Hai,apa kabar kalian?” sapa perempuan itu lagi. Perkataan perempuan itu membuat mereka tersadar kembali. Rayhan menolehkan kepalanya ke arah Dany, seolah meminta penjelasan mengenai perempuan itu. Dany yang ditatap hanya meringis kecil.“Ekhem ... hai juga Kiara!” balas Dany dengan senyum yang terkesan dipaksa. Kiara memandang keduanya dengan tatapan senang, sedangkan salah satu sosok laki-laki di depannya itu sepertinya tidak begitu menyukai keberadaannya. Terlihat jelas tatapan datar yang ditujukan padanya. Padahal dulu hanya tatapan memuja yang sering didapatkannya dari sosok laki-laki itu.Jauh sebelum Kiara mengenal Bara dan Dany, ia mengenal Rayhan lebih dulu. Sosok sahabat yang selalu mendukungnya dan selalu ada disampingnya. Namun, semua itu musnah saat Rayhan menyatakan perasaannya pada Kiara. Tidak ada yang murni dari persahabatan antara perempuan dan laki-laki. Entah salah satu atau ked
Cahaya matahari sudah mulai nampak yang menandakan hari telah berganti. Seorang perempuan menatap langit-langit kamar dengan mata sayunya. Sejak semalam kedua mata itu belum menutup sama sekali. Entah seperti apa penampilannya sekarang. Ia yakin pasti rupanya sudah seperti zombie.Sambil mendengus kesal, ia menyampirkan selimut yang sejak semalam bertengger manis menutupi kedua kakinya. Kaki kecilnya mulai menginjak lantai yang dingin karena pendingin ruangan yang menyala di kamarnya. Berjalan sampai di depan pintu balkon, ia menyibak gorden yang menutupi pintu balkon yang terbuat dari kaca itu.Terlihat orang sedang berlalu lalang di jalanan. Banyak orang yang sudah melakukan aktivitasnya. Apalagi matahari sudah mulai terik, tandanya para pekerja akan kembali memulai pekerjaan mereka. Begitu juga dengan Lily, dengan semangat yang membara ia memasuki kamar mandi unuk membersihkan diri.Ia meringis melihat penampilannya di cermin. Sangat menyedihkan! Kantung mata yang menghitam, wajah
Dany berusaha menyadarkan Bara yang sejak tadi termenung memandangi wanita paruh baya yang ada di depan mereka. Dany mengakui jika wanita itu sangat cantik, bahkan masih terlihat muda meskipun usianya sama dengan kedua orang tuanya. Tapi, tetap saja yang dilakukan Bara terlihat memalukan. Apalagi sahabatnya itu sudah punya kekasih.Tunggu! Berbicara mengenai Lily, mengapa wajah wanita paruh baya di depannya terlihat mirip dengan Lily. Dany terus saja memindai wanita di depannya dengan intens. Dirinya seperti melihat Lily dalam versi tua. Tapi, apakah Lily memiliki hubungan dengan klien mereka kali ini?Saat asyik memikirkan itu di kepalanya, suara deheman dari wanita itu menyadarkan mereka berdua. “Apa ada masalah dengan penampilan saya? Sepertinya sejak tadi kalian terus saja memperhatikan saya,” ujar Wanita paruh baya itu. Mereka berdua yang mendengar itu jadi salah tingkah. Betapa memalukannya mereka!“Bukan begitu Bu Liana, hanya saja saat
Suasana di dalam restoran itu sangat ramai berbeda dengan meja yang ditempati oleh Lily dan Bara. Keheningan tercipta diantara keduanya setelah Kiara yang kebetulan sedang berada di sana ikut makan di meja mereka. Sebenarnya Lily tidak keberatan, meskipun di dalam hatinya ia sedikit tidak rela jika waktu berduanya dengan sang kekasih diganggu. Apalagi yang mengganggu adalah Kiara yang merupakan perempuan masa lalu kekasihnya.Tidak ingin dianggap sebagai kekasih yang agresf dan posesif, ia mencoba untuk acuh dengan keberadaan Kiara. Jujur saja ini bukan sifatnya sama sekali. Entahlah semenjak Bara menjadi kekasihnya sifat itu muncul begitu saja. Ia hanya tidak ingin kehilangan Bara. Tidak bisa dibayangkan hidupnya tanpa Bara, pasti hambar.“Maaf, jika aku menganggu kalian,” ujar Kiara dengan wajah menyesal. Baiklah ia keterlaluan! Lily bisa melihat raut wajah Kiara yang tulus. Seperti benar-benar menyesal karena menganggu waktunya dengan sang kekasih. Hati
Seorang perempuan sedang berlari tergesa-gesa di koridor rumah saki. Terlihat juga seorang laki-laki yang mengikuti perempuan itu dari belakang. Mereka menghiraukan orang-orang yang menatap dengan aneh. Namun, ada juga yang memaklumi karena pasti ada sesuatu yang membuat mereka berlari seperti itu. Mereka berhenti di ruang UGD, di sana terlihat Bi Asih yang duduk di kursi depan ruangan tersebut.“Bi, bagaimana keadaan ibu?” tanya Lily dengan gusar. Keringat membasahi dahi Lily setelah berlari menuju ke UGD. Bi Asih yang menelepon Lily tadi mengabari jika ibunya terpeleset di kamar mandi. Parahnya kepala ibunya terbentur wastafel sampai berdarah. Hal itu yang membuat Lily khawatir dan takut jika terjadi sesuatu terhadap ibunya.“Ibu sudah ditangani oleh dokter dan bibi disuruh menunggu di sini,” balas Bi Asih.Lily menghembuskan napas dengan lega, setidaknya ibunya sudah ditangani oleh pihak medis. Sekarang ia juga ikut duduk di samping Bi
Hari ini Lily masih belum beranjak dari kasurnya. Padahal matahari sudah menjulang tinggi. Tandanya hari sudah mulai siang. Bukan tanpa alasan ia masih berada di kamarnya, karena sejak kemarin fisik dan pikirannya terkuras habis. Sekarang ia berbaring tidak berdaya di kasurnya.Untungnya ia tadi sudah meminta izin pada Aunty Sera untuk tidak masuk kerja hari ini. Sungguh ia tidak sanggup jika harus berangkat kerja. Sekedar berjalan untuk pergi ke kamar mandi saja kepalanya sudah pusing. Jika dipaksakan ia bisa pingsan di kantor dan itu tidak boleh terjadi. Lily tidak ingin merepotkan orang lain.Tubuhnya yang semakin lemas membuatnya tidak bisa bergerak lebih leluasa. Ia kembali membaringkan tubuhnya dan mulai tertidur. Bagaimana tubuhnya tidak lemas jika sejak tadi ia belum makan apa pun. Lily terlalu malas untuk membuat makanan. Padahal sekarang zaman sudah modern dan bisa memesan makanan lewat online. Tapi, entah mengapa ia malas walau hanya sekedar memesan lewat te
Bara langsung menghempas tangan Kiara yang seenaknya saja memegang tangannya. Lily yang sudah terlanjur kecewa segera berbalik dan berjalan menjauh dari unit apartemen Bara. Tentu saja Bara tidak akan tinggal diam. Lelaki itu berlari mengejar pujaan hatinya. Jangan sampai hubungannya berantakan karena masalah ini.Beruntung Lily tidak pergi jauh. Gadis itu pergi ke taman yang ada di belakang apartemen. Bara langsung memeluk Lily dari belakang. Lily meronta di dalam pelukan Bara. Ia masih kecewa dengan Bara dan ingin menyendiri. Namun, kekuatan Bara jauh lebih besar dibanding dirinya. Hingga akhirnya Lily menyerah dan pasrah berada dipelukan Bara.‘Maaf,” lirih Bara dengan menenggelamkan wajahnya di bahu Lily.Lily diam tidak berkutip mendengar perkataan Bara. Ia bingung ingin berkata apa. Air matanya masih saja membasahi pipinya. “Aku mohon jangan menangis, aku minta maaf,” gumam Bara pelan. Hati lelaki itu sakit melihat kekasihnya menete
Dany berjalan dengan cepat menuju ke unit apartemen Bara sambil sesekali melihat ke belakang. Berharap tidak ada yang mengikutinya. Begitu sampai di depan pintu unit apartemen Bara, ia langsung menekan pascode unit apartemen bosnya itu. Setelah terbuka ia langsung masuk ke dalam dan menutup pintu dengan cepat.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Bara. Pemilik kamar apartemen itu merasa heran dengan perilaku sekertarisnya yang seperti dikejar seseorang.Sedangkan Dany yang mendengar itu langsung terkejut mendengar suara Bara. Rasanya jantungnya seakan ingin lepas dari tubuhnya. Belum juga ia bernapas lega karena ingin menghindari kekasih sang bos, sekarang justru dikagetkan dengan suara si bos. Dany mencoba bernapas dengan pelan-pelan. Suara hembusan napas terdengar nyaring di dalam apartemen itu.Setelah dirasa cukup, Dany mulai menceritakan kenapa ia berjalan dengan terburu-buru ke unit apartemen Bara. “Aku tahu bos semalam dirimu bertemu de