Tarno segera duduk di halaman toko bergabung bersama pekerja yang lainnya. Saat ia baru saja mendaratkan bokongnya pada kursi kayu tempat mereka biasa duduk, Anto sudah menyambutnya dengan sebuah pertanyaan.
“Mas, apa yang dikatakan Mbak Wina di grup itu benar?” tanya Anto sambil memegangi ponselnya.
Tarno melirik ponsel yang dipegang Anto. Layarnya masih menyala memperlihatkan ia sedang membaca pesan di grup percakapan yang dibuat khusus untuk pekerja toko. Anggotanya adalah semua orang yang bekerja di toko bahan bangunan Lastri. Lastri sendiri tidak masuk dalam grup karena dia bukan pekerja tapi pemilik, bos mereka semua
Tarno menghembuskan nafas kasar. Ia tidak menjawab pertanyaan Anto dan segera memeriksa ponselnya sendiri untuk melihat sendiri apa saja yang sudah dikatakan Wina saat ini.
Saat membuka aplikasi percakapan berwarna hijau itu, ia melihat grup yang biasanya sepi kini sangat ramai. Semua terlihat aktif mengetik kecuali Samsul y
Tarno disambut emak sesampainya di rumah. Tadinya ia pikir emak akan menanyainya juga tentang hubungannya dengan Lastri. Ia pikir Ratih yang sudah dikabari oleh Samsul sebelumnya, bergegas memberitahu emak kabar tentang cerita yang sedang beredar di toko. Rupanya ia salah duga.Wanita yang melahirkannya itu tengah duduk di ruang tamu saat ia dan Samsul tiba. Emak sedang menonton televisi bersama Ratih ditemani kerupuk sambal.“No, ada undangan buatmu,” panggil Emak saat melihat Tarno masuk ke rumah.“Undangan apa, Mak?” Tarno mendatangi emak yang mengangsurkan sebuah kertas undangan.Tarno langsung membacanya. Rupanya undangan pernikahan dari Edi, teman kerjanya saat di luar negeri kemarin.“Wah, undangan pernikahan dari siapa, Mas?” timpal Samsul yang ternyata sudah berdiri di dekatnya ikut melihat undangan yang dipegang Tarno.“Teman kerjaku pas di luar negeri dulu,” jawab Tarno.&ldqu
Tarno merasa penasaran siapakah orang yang disapa Lastri dengan panggilan ibu dan bapak. Siapakah kedua orang tersebut. Seingat Tarno kedua orang tua Lastri sudah meninggal.Ia mempercepat langkah kakinya dengan membawa empat kantong belanjaan dari mobil setelah sebelumnya Lastri mengambil dua kantong belanjaan untuk dibawa masuk terlebih dulu.Lastri tampak menyalami kedua orang tua tersebut dengan sukacita. Tak lupa diciumnya punggung tangan keduanya dengan takzim. Senyum lebar terkembang di bibirnya.“Sudah lama sampainya, Pak, Bu? Kenapa tidak menghubungiku?” tanya Lastri setelah duduk di depan kedua orang tersebut.“Kami juga belum lama sampai, Las,” ucap wanita yang memakai gamis coklat tua.“Syukurlah. Bagaimana kabarnya Bapak dan Ibu? Sehat kan? Maaf akhir-akhir ini Aku sibuk, jadi belum bisa berkunjung,” kata Lastri.“Tidak papa. Kami tahu Kamu pasti sedang sibuk mempersiapkan toko meb
Lastri dan Tarno saling melirik. Memberi isyarat lewat tatapan mata seakan mendiskusikan tentang jawaban yang akan diberikan pada Pak Sudrajat.“Tarno, benarkah itu? Menurut Anto, Kamu dan Lastri sedang menjalin sebuah hubungan sekarang dan sedang merencanakan untuk menikah?” Kali ini Bu Sundari yang bertanya.Sementara Pak Sudrajat menatap keduanya tanpa berkedip. Ia mengangkat ujung bibirnya perlahan. Sangat pelan dan singkat agar tidak terlihat oleh kedua orang yang duduk di depannya.Tangan Tarno tiba-tiba berkeringat dan teraba dingin. Jantungnya berdebar cukup kencang.“I-iya, Bu. Kami memang sedang menjalin hubungan saat ini. Namun mengenai masalah pernikahan itu tidak benar. Sebenarnya semua itu adalah gertakan Lastri agar Pak Bambang tidak mendekatinya lagi. Ini hanya kesalahpahaman saja,” jelas Tarno dengan suara bergetar. “Iya, kan, Las?”“Jadi rencana menikah itu tidak benar?” tanya Pak Su
Tarno pulang dengan perasaan yang campur aduk. Senang, bingung, terkejut dan cemas semua berkumpul menjadi satu. Menari-nari dalam kepalanya. Namun semua hal itu tidak mempengaruhi rasa bahagianya. Rasa yang paling dominan di antara semua rasa yang ia rasakan.Ada gelenyar aneh yang muncul di dadanya. Senyum lebar terus menerus menghiasi wajahnya. Membayangkan hidup berdua dengan Lastri sungguh membuat hatinya menjadi senang. Sampai tanpa disadarinya ia sudah sampai di depan rumahnya.“Mas, sudah sampai,” ucap tukang ojek pada Tarno yang masih belum turun juga saat motor sudah berhenti di depan rumah emak.Tarno yang masih melamun membayangkan kehidupannya dengan Lastri langsung kaget.“Eh, i-iya, Mas.” Tarno segera turun dari motor dan melepas helmnya.Setelah memberikan uang pembayaran, motor segera melaju pergi meninggalkan Tarno yang masih memandangi jalan. Pandangannya memang ke jalan, tapi pikirannya ada di tempat lain
Tarno mendapat pesan dari pengadilan agama yang menyatakan bahwa akta cerainya sudah jadi dan bisa diambil di kantor pengadilan agama besok. Ia sangat senang sehingga tanpa sadar mengucap alhamdulillah cukup keras.Senyum lebar tampak menghiasi wajahnya saat ia berjalan menuju mobil. Hatinya sangat senang sehingga dengan penuh semangat dibukakannya pintu mobil untuk Lastri yang sudah menunggunya di samping mobil.Dibisikannya dengan pelan ke telinga Lastri, “Akta ceraiku sudah bisa diambil besok.”Bisikan Tarno di telinga Lastri membuat wajahnya memanas. Pipinya memerah tanpa disadarinya. Ia merasa senang hari ini karena acara yang dipersiapkannya dengan sungguh-sungguh berjalan dengan baik dan lancar. Ditambah kabar barusan dari Tarno membuat kebahagiaannya bertambah lebih.Setelah keduanya masuk mobil, Tarno segera menjalankan mobil menuju toko yang disebutkan Lastri tadi. Toko oleh-oleh yang besar dan lengkap isinya dipilih Lastri untuk mem
Tarno duduk di samping emak menunggu salah satu dari mereka berbicara. Namun tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali. Emak, Ratih dan Samsul malah saling berpandangan seakan berbicara lewat tatapan matanya.“Katanya tadi ada yang mau ditanyakan. Tanya apa?” ucap Tarno. Ia ingin segera mandi karena badannya sudah lengket semua. Setelah mandi ia ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur seperti biasa. Lalu mengabari Lastri kalau ia sudah di rumah.“Mas, Kamu aja yang tanya,” bisik Ratih pada Samsul.Meskipun suaranya lirih, tapi Tarno masih mampu mendengar apa yang dikatakan Ratih yang duduk di depannya.“Ini ada kue brownies dari Lastri, Mak.” Tarno menyerahkan bungkusan keresek yang diberikan Lastri sebelum ia pulang tadi pada emak.Saat dalam perjalanan pulang, ia tadi mengintip isinya. Ternyata kue brownies kesukaan emak. Emak mengintip isinya sebentar lalu menaruhnya di meja.“Kamu beneran mau
Hari yang ditunggu Lastri akhirnya tiba juga. Setelah mempersiapkan hatinya semalaman akhirnya hari ini ia akan berkunjung ke rumah Tarno untuk bertemu dengan emak. Memperkenalkan diri dan meminta doa restu untuk rencana pernikahannya dengan Tarno.Meskipun Tarno sudah berpesan kepadanya untuk tidak membawa apa-apa kemarin, ia tetap membeli kue brownis dan beberapa buah segar yang dibentuk parsel untuk dibawa ke rumah emak. Tidak enak rasanya bila harus berkunjung dengan tangan kosong. Apalagi ke rumah calon mertuanya.Pagi ini Lastri merasa kebingungan saat memilih baju yang akan dipakainya agar terlihat anggun dan elegan. Dibukanya lemari dan dibolak-baliknya beberapa pakaian yang digantung di lemari. Merasa belum ketemu yang cocok ia berpindah ke baju yang ditumpuk di sebelahnya.Meskipun sudah memilih hampir setengah jam, ia masih belum menemukan baju yang dirasa pantas. Dikiriminya pesan pada Tarno untuk meminta pendapatnya.[Mas, lebih pantas yang m
Setelah makan dan bercakap-cakap sebentar, Tarno dan Lastri berpamitan pada emak untuk pergi menjemput Dila dan Dinda. Sebelum pergi, emak memberikan sesuatu pada Lastri.Saat di mobil, Lastri membuka bungkusan yang diberikan emak karena penasaran. Ternyata emak memberikan kue nastar buatannya. Emak memang pandai membuat kue kering seperti nastar, kastangel, dan kue kering lainnya. Biasanya saat mendekati hari lebaran emak akan menerima pesanan dari orang-orang yang sudah menjadi langganannya sejak lama. Biasanya orang yang ada hajatan juga memesan pada emak untuk dibuatkan beberapa kue kering sebagai suguhan atau hantaran.Dari penghasilan membuat kue kering inilah emak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian ia sisihkan untuk ditabung. Berjaga-jaga jika ada kebutuhan mendadak. Seperti rencana pernikahan Tarno yang akan dilaksanakan secepatnya.Emak berniat menggunakan uang tabungannya untuk membantu Tarno mewujudkan rencananya. Dulu saat menikah dengan S