Beranda / Fantasi / LEGENDA PENDEKAR MABUK / 146. Kembali ke Puncak Bukit

Share

146. Kembali ke Puncak Bukit

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pendeta Sesat mencoba tersenyum dengan menepis debar ketegangan di hatinya. Dipasangnya wajah serta sikap seperti pendeta alim.

"Pertanyaanmu aneh!" sahut Pendeta Sesat disertai senyum. Sementara otaknya berputar mencari akal untuk dapat lolos dari Saka dan Intan.

"Orang muda, apakah kalian tahu apa isi peti-peti ini? Dari mana asalnya? Dan siapa pemilik yang sebenarnya?" tanya Pendeta Sesat kemudian, membuat Saka dan Intan bertukar pandang.

"Apakah dengan pertanyaan itu berarti Bapak Pendeta mengenal Iblis Terbang Tanpa Bayangan?" Saka baliak bertanya seraya menatap si pendeta lekat-lekat.

"Aku cukup mengenal siapa manusia kejam dan licik bergelar Iblis Terbang Tanpa Bayangan itu. Aku juga tahu sejarah peti-peti ini.

"Karena aku adalah seorang abdi istana yang mendapat tugas dari Yuwaraja untuk mencari dan mengembalikan peti-peti ini.

"Nantinya benda-benda ini akan digunakan untuk kepentingan dan kemajuan kerajaan." kilah Pende
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   147. Kabur

    Datuk sesat itu pun sadar kalau tengah dipermainkan. Ia memang termasuk orang yang percaya dengan tahayul."Bocah edan! Kurang ajar, berani kau mempermainkan orang tua!" Amarah Raja Naga jenggot putih meledak-ledak."Dasar kau saja yang tolol," balas Saka. "Mengapa percaya dengan segala dongengan orang-orang pengecut? Mana ada setan yang seganteng aku? Gagah lagi."Saka kembali tergelak, lebih keras dari pertama. Tak dipedulikannya Intan yang tersungut-sungut. Tak ambil pusing betapa kemarahan di hati Raja Naga Jenggot Putih semakin meledak-ledak.Raja Naga Jenggot Putih membentak, disusul dengan gebrakannya yang mematikan. Angin pukulannya menyambar-nyambar, mengeluarkan suara mencicit tajam. Laksana sebatang pedang. Saka cepat mendorong tubuh Intan, dan menyuruhnya agar menjauhi arena. Lalu Pendekar Mabuk bergerak memainkan langkah-langkah ajaib dari jurus Congcorang Mabok.Selama lima jurus gempuran datang susul menyusul, Saka mulai membalas. Gebrakannya tidak kalah dahsyat.Meski

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   148. Malam Indah

    Hati lelaki tua ini seketika berdebar keras, saat mengenali sosok bayangan yang berkelebat itu. Iya sadar cepat atau lambat lelaki itu pasti akan dapat mengejarnya.Perkiraan Raja Naga Jenggot Putih adalah kenyataan. Ilmu lari cepat yang dimiliki Saka jauh lebih tinggi daripada dirinya, tapi datuk sesat ini tidak mau menyerah begitu saja dan kelicikannya juga kembali muncul.Saat Saka semakin dekat, tinggal sekitar dua tombak di belakangnya, mendadak saja Raja Naga Jenggot Putih menghentikan larinya. Tubuhnya diputar disertai ayunan tangan kiri.Wesss!Adanya suara desiran angin halus yang menuju ke arahnya, tahulah Saka kalau Raja Naga Jenggot Putih telah melepas jarum-jarum beracun yang menyebar bagai menutup jalan keluar baginya.Namun, bukan Saka Sinting si Pendekar Mabuk namanya kalau tidak bisa mengatasi keadaan yang berbahaya.Dengan menjejakan kakinya di tanah seketika tubuhnya melambung tinggi ke udara. Setelah bersalto

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   149. Tugas Lagi

    Akhirnya pecah sudah perawan Intan. Gadis ini memekik kesakitan, tapi kedua tangannya malah mendekap erat ke punggung Saka.Sepasang kakinya pun melingkar menjepit bagian bawah tubuh Pendekar Mabuk. Badan si gadis bergetar, mengejang.Gadis ini merasakan seperti ada yang robek pada bagian paling berharganya. Dia menyadari hal itu. Sekarang sudah tidak suci lagi, tapi tidak menyesal sama sekali."Uh, sakit. Perih," desisnya di dekat telinga Saka yang saat ini membenamkan wajahnya ke sisi leher Intan."Tapi ini belum berakhir," ujar Saka lirih."Tunggu sebentar sampai rasa perih ini menghilang." Intan mengerti, tapi dia meminta demikian agar bisa lebih siap lagi ke permainan berikutnya.Selanjutnya setelah Intan merasa siap, maka kemesraan dilanjutkan. Awalnya memang masih terasa perih, tapi lama kelamaan Intan mulai menikmati keindahan tiada tara yang baru pertama dialami.Beberapa lama kemudian dua orang dimabuk asmara ini terkulai lemas di atas rerumputan tebal saling berpelukan deng

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   150. Kera Besar

    Untung saja Saka memadukan ilmu Sukma Pamungkas dengan ilmu Berpindah Alam. Sehingga dia bisa membawa gelas tuaknya.Saka memperhatikan alam yang disinggahinya. Jelas ini alam siluman. Hawanya sama persis ketika dia memendam labu Ajaib dulu.Lalu Pendekar Mabuk perkuat penglihatannya. Menembus alam yang hampir semuanya gelap. Sampai dia menemukan satu titik cahaya kecil di kejauhan.Segera saja Saka berkelebat ke arah sana. Tubuhnya ringan melesat tanpa menimbulkan suara. Sepertinya di alam ini tidak ada udara, tapi masih bisa bernafas.Sejauh sepuluh tombak dari titik cahaya tersebut, Saka berhenti. Terasa hawa sakti semakin kuat, seolah menekan agar tidak bisa bergerak, tapi Saka bisa mengatasinya dengan mudah.Cahaya itu ternyata berasal dari sebuah bangunan besar dan megah. Bentuknya seperti istana, tapi penuh dengan aura menyeramkan.Pandangan mata Saka yang tajam mampu menembus ke dalam bangunan tersebut. Di salah satu ruangan tampak seorang gadis yang terbaring melayang.Gadis

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   151. Keputusan Sang Menteri

    Saka tidak menghiraukan teriakan siluman itu. Dia terus mengeluarkan sinar berbentuk gelang-gelang. Malah ukurannya semakin besar.Gelang-gelang itu melilit ke bagian leher hingga seluruh tubuh si kera besar. Siluman ini semakin tidak bisa bergerak.Bahkan, walaupun sudah dikerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki. Sampai tubuhnya mengeluarkan kobaran api, tetapi lilitan gelang-gelang itu tidak rusak sedikit pun.Pendekar Mabuk menghentikan ilmu Cakra Dewa. Lalu meneguk tuak. Bumbung bambunya sudah mengecil lagi."Ternyata berlaku juga untuk siluman yang sejak lahir," ujar Saka pelan. Dia menyaksikan keadaan si kera besar yang tersiksa oleh gelang-gelang ilmu Cakra Dewa.Blesss!Bagaikan ada yang menghantam dari atas, tubuh si kera besar amblas ke tanah sebatas lutut. Persis seperti yang dialami Ki Jangkung Wulung dulu."Nah, tetaplah di situ sampai kiamat tiba!" seru Saka.Kemudian Pendekar Mabuk melangkah masuk

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   152. Rencana Anak Menteri

    Hari jamuan makan bersama raja telah tiba. Para pejabat istana sudah berkumpul di sebuah bangunan tanpa dinding yang khusus untuk acara makan bersama raja.Sang raja dan keluarganya masih belum datang ke tempat tersebut. Sedangkan para pejabat sudah banyak yang menunggu di sana.Di bagian depan yang merupakan pintu masuk terdapat petugas jaga yang menerima kehadiran pejabat yang diundang oleh raja.Di belakang petugas ini, di atas teras, tampak Angkasena bersama ayahnya dan beberapa pejabat lain berdiri. Mereka sedang menunggu keluarga Menteri Teja Sarwa.Yang ditunggu pun muncul. Teja Sarwa bersama istri, Nari Ratih dan juga Saka. Kini Pendekar Mabuk berpenampilan lebih bersih, tidak lusuh lagi.Angkasena langsung maju ke sebelah petugas penerima tamu. Raut wajahnya penuh kesombongan. Begitu merendahkan Teja Sarwa dan keluarganya, terlebih kepada Saka."Acara jamuan ini hanya untuk keluarga dari kalangan istana dan tentunya dari kasta para ksatria. Yang tidak jelas asal-usulnya tidak

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   153. Salah Pilih Lawan

    Malam hari sebelum hilangnya burung hantu peliharaan sang Patih. Saka yang sudah tahu rencana Angkasena tidak tinggal diam.Di saat penghuni di lingkungan istana sudah terlelap dalam istirahat. Pendekar Mabuk tampak berdiri di atas wuwungan kediaman Menteri Teja Sarwa.Penglihatan Saka di arahkan pada kediaman Patih Mandrasuta yang letaknya cukup jauh dari tempatnya. Atap bangunan rumah Patih yang lebih tinggi dari yang lain, itulah yang hanya terlihat dari kejauhan.Merasa masih terlalu jauh untuk mengawasi keadaan kediaman Patih Mandrasuta, akhirnya Saka berkelebat dan hinggap di atap bangunan yang lebih dekat.Saka sedang menunggu dua pendekar suruhan Angkasena beraksi di malam ini. Pandangannya yang sangat awas menangkap pergerakan di belakang rumah sang Patih.Di belakang rumah tersebut terdapat bangunan lain yang ukurannya lebih kecil, tapi Saka bisa melihat di atas atapnya ada dua orang yang tengah berdiri mengawasi.Langit dan suasana yang gelap membuat kedua orang itu tidak t

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   154. Tempat Rahasia

    Prajurit itu memberitahukan bahwa burung hantu peliharaan Patih sudah ditemukan. Semua orang menghela napas lega.Kecuali Angkasena yang terkejut. Sebab dia yang mengatur dua teman pendekarnya agar seolah-olah Menteri Teja Sarwa mencuri burung tersebut.Menteri Teja Sarwa tampak tenang karena sudah mendapat keterangan dari Saka perihal kejadian semalam berikut rencana si Pendekar Mabuk selanjutnya.Situasinya begitu tepat. Informasi datang sebelum rumah Menteri Teja Sarwa diperiksa. Sang Menteri memperhatikan Angkasena yang tampak dongkol.Akhirnya sang Patih memerintahkan semuanya bubar. Sementara Angkasena dan ayahnya tampak memandang penuh kebencian kepada Menteri Teja Sarwa sambil melangkah pergi.Selepas kejadian tadi, Teja Sarwa mengajak Saka ke suatu tempat untuk berbicara hanya empat mata."Aku jadi penasaran dan curiga!""Mengapa curiga, Gusti Menteri?" tanya Saka dengan raut wajah datar seolah tidak tahu apa-apa. Padahal dia bisa menduga isi hati sang Menteri."Aku curiga se

Bab terbaru

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   180. Pelaku Sesungguhnya

    "Sampai kapan aku mengawasi seperti ini," gerutu Nari Ratih sambil memakan buah jambu. Kalau ditinggalkan takut yang dikhawatirkan terjadi. Bukankah dia sedang berjaga mencegah jatuhnya korban pembunuhan lagi. Namun, kalau dipikir lagi sejenak hatinya jadi ragu. Sebabnya prajurit kerajaan yang ditugaskan menangani kasus ini sudah mengendus ke Seta Aji. Kalau sudah begitu bisa saja Seta Aji tidak melanjutkan aksinya. Bagaimana kalau prajurit kerajaan mendatangi rumah dan menangkap Seta Aji? Sia-sia saja dia berjaga di situ. Apa yang dipikirkan Nari Ratih memang benar. Lima prajurit kerajaan yang dipimpin seorang Bekel mendatangi rumah Seta Aji. Tentu saja pihak berwenang dari kerajaan juga menyelidiki tiga pembunuhan yang terjadi. Dari tanda silang yang tergores di paha korban menunjuk satu tersangka, Seta Aji. Sampai di depan rumah Seta Aji, enam prajurit ini hanya mendapati Amba Citra yang sed

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   179. Menemui Teman

    Giliran Nari Ratih yang kerutkan kening sambil menarik wajahnya. Lalu dia menghempas napas lega. Maklum saja Amba Citra menyangka demikian, karena dia belum tahu kalau dia sudah mempunyai suami seorang pendekar tangguh.Amba Citra menatap sahabatnya menunggu jawaban. Si gadis ini perawakannya tak jauh beda dengan Nari Ratih. Tinggi semampai, cantik, hanya wajahnya bulat dengan mata agak belo. Berbeda dengan Nari Ratih yang memiliki wajah lonjong dan mata tipis.Nari Ratih tidak segera memberitahukan tentang statusnya yang sudah bersuami. Ada yang lebih penting yang harus didahulukan, yaitu mencari pembunuh sahabatnya."Aku hanya ingin memperoleh keterangan yang banyak tentang dia darimu,""Baik, tapi apa kau yakin aku memiliki pengetahuan banyak tentang Seta Aji?""Tentu saja, karena kau tetangganya!""Baiklah, silakan bertanya!" Amba Citra mengangkat telapak tangannya menghadap ke atas.Nari Ratih menarik napas panjang.

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   178. Pembunuhan Lagi

    Seketika langsung berjingkat badannya. Dadanya mendadak berdebar kencang. Bagaimana bisa ada orang masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu sejak masuk tadi."Kau!"Semakin terkejut gadis ini begitu mengenali orang misterius ini."Bagaimana kau bisa masuk?"Lelaki berpakaian serba hitam ini tersenyum sinis dengan sorot mata tajam mengandung hawa sadis. Seperti elang hendak mencengkram mangsanya."Aku sudah menunggu kamu dari tadi." Suaranya besar tapi pelan dan seolah sengaja diserak-serakkan."Gila, kamu! Masuk tanpa ijin. Mau apa kamu? Mencuri?"Si lelaki mengekeh pelan. "Ya, aku mau mencuri nyawamu,""Bangsat, kamu! Antara aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi, sudah tidak ada masalah lagi. Mau apa lagi kamu?"Sudah aku bilang, aku mau nyawamu. aku masih sakit hati dicampakkan sama kamu. Aku dendam, dan Kamu harus terima akibatnya,""Sinting, kamu! Pergi! Atau aku panggil kakangku buat m

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   177. Mencari Keterangan

    Berita terbunuhnya Rara Intan yang mayatnya dikirim dalam sebuah peti sampai juga ke keluar Ki Barna. Nari Ratih dan Saka pun otomatis mendengar berita ini.Peristiwa ini terjadi siang hari setelah beberapa lama penguburan Arum Honje."Tandanya sama seperti pembunuhan Arum Honje," kata Ki Barna menjelaskan. Rara Intan Putri ketiga juragan Gumara orang terkaya di desa Jati Waringin. Mayat Rara Intan ditemukan di dalam sebuah peti yang dikirim oleh seseorang yang misterius."Dalam satu hari ini sudah dua kali Saka dan Nari Ratih menghadiri pemakaman. Pagi tadi penguburan Arum Honje sahabatnya Nari Ratih. Sekarang Rara Intan.Walaupun bukan orang yang dikenal keduanya, tapi cara pembunuhan yang dilakukan sama seperti yang menimpa Arum Honje.Awalnya Ki Barna yang mendengar kegegeran itu. Geger karena tidak menyangka, pagi hari Rara Intan pergi ke pasar sendirian. Tetapi pulang dikirim dalam peti mati.Yang membuat penasaran yaitu ad

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   176. Peti Misterius

    "Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   175. Tragedi di Pagi Hari

    Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan  tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   174. Ajian Serap Sukma

    Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   173. Resi Gadungan

    Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m

  • LEGENDA PENDEKAR MABUK   172. Menyelidiki Hutan

    Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah

DMCA.com Protection Status