Ki Jabrik memang lupa kalau sosok Kameswara sering tiba-tiba menghilang, bahkan kemunculan pertama kali pun dengan cara mengejutkan.
Kameswara tiba-tiba sudah ada di depannya dengan jarak dua jengkal saja. Pemuda ini berhasil menembus perisai rambut. Kakek ini terlambat bergerak karena salah satu kujang sudah menembus perutnya.Hawa panas seketika menjalar ke seluruh tubuh. Bibir Ki Jabrik bergetar. Tidak menyangka nasibnya akan seperti ini. Rambutnya yang menjalar kemana-mana tampak mengamuk.Para pembunuh yang tersisa menjadi korban keganasan rambut Ki Jabrik. Semuanya terkapar dengan luka parah. Ada yang langsung tewas ada yang masih bernapas walau berat.Kameswara tersenyum jahat. "Sebenarnya aku tidak perlu mengurusi kalian, tapi karena sudah mengancam junjunganku jadi tidak bisa dimaafkan lagi. Kalian harus musnah!"Kujang yang satunya sudah siap di depan leher. Sementara rambut Ki Jabrik tidak bisa menyentuh Kameswara karena kekuatSeperti rencana semula akhirnya para pembunuh ini menunggu orang kiriman yang khusus untuk menangani Kameswara."Pastinya dia dikirim dengan maksud agar pasukan Sunda tidak sampai ke Galuh,""Salah satu dari kita harus mencari keterangan orang itu, agar bisa mengatur rencana!""Baiklah, aku yang akan mencari keterangan. Aku akan mengirimkan kabar lewat burung merpati!"Pembunuh yang berkata tadi langsung berkelebat pergi tanpa persetujuan rekan-rekannya."Kita tetap menguntit pasukan Sunda. Walau keberadaan kita terendus oleh Kameswara, tapi aku yakin dia tidak akan bertindak kalau kita tidak bertindak!""Baik kita menyebar lagi!"Para pembunuh yang berjumlah dua belas orang ini membubarkan diri. Mereka tidak tahu kalau sarang mereka telah musnah. Pimpinan mereka telah binasa.Sementara di atas kuda, Kameswara juga memikirkan siapa orang yang dikirim khusus untuk dirinya. Dari percakapan para pembunuh itu diperk
Kameswara meracik penawar racun dengan bahan yang mudah didapat sehingga tidak membutuhkan waktu lama mengerjakannya dan orang-orang yang keracunan akhirnya terselamatkan. Prabu Sanjaya sudah hadir di antara mereka. Dengan berbesar hati dan jiwa sang prabu mengucapkan permintaan maafnya atas apa yang telah terjadi. "Setelah diselidiki, ternyata ada satu prajurit yang tewas lalu pakaiannya dicuri oleh si pembunuh tadi," kata Prabu Sanjaya. "Aku sebagai raja dan pemimpin rombongan ini meminta maaf atas kecerobohan ini. Aku akan memberikan sesuatu sebagai ganti rugi!" "Oh, tidak perlu begitu Gusti. Kami bisa selamat saja itu sudah cukup!" sergah si ayah yang sudah sembuh dari racun. "Tidak apa-apa, Pak. Ini sebagai peringatan buat aku juga untuk kedepannya agar lebih waspada!" Si ayah dan keluarganya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Beberapa saat kemudian Prabu Sanjaya sudah meninggalkan tempat it
Serangan datang lagi dari arah belakang Arya Soka. Di sini Widuri yang lebih peka. Wanita ini melompat ke atas sambil memutar badan serta memutar pedangnya juga.Sriing! Sraaat!Entah senjata apa yang datang melesat dari belakang, yang penting semuanya terpental sebelum sampai ke sasaran.Selanjutnya dalam beberapa saat sepasang suami istri ini berjibaku dengan serangan demi serangan yang dilancarkan dari arah kegelapan.Kecepatan mereka dalam bergerak dan mengambil keputusan diuji saat ini. Semua demi melindungi sang raja.Namun, mereka juga cukup terbantu oleh hawa sakti Prabu Sanjaya sendiri yang melindungi tempat sekitar.Kalau ada Kameswara mungkin para penyerang gelap ini akan menerima serangan ajian Bantai Jagat yang sangat ditakuti mereka. Namun, mumpung ada kesempatan mereka tidak menyia-nyiakan begitu saja.Akan tetapi sepasang suami istri ini juga cukup tangguh. Meski cuma berdua, kepandaian mereka tidak bisa
Di tenda Prabu Sanjaya.Empat orang pembunuh bayaran sudah muncul dan sedang bertarung melawan Arya Soka dan Widuri. Sepasang suami istri ini masing-masing menghadapi dua orang.Para pembunuh tidak hanya menyerang secara terang-terangan, tapi juga kadang-kadang membokong dengan senjata rahasia.Untungnya suami istri ini selalu waspada. Apalagi di malam hari serangan bokongan tidak dapat dilihat. Mereka mengandalkan pendengaran dan kepekaan perasaan.Sementara itu pembunuh yang masih bersembunyi menyerang Prabu Sanjaya yang berada di dalam tenda dengan melemparkan senjata kecil dari tempatnya.Sekali lempar puluhan senjata melesat cepat tak terlihat oleh mata biasa. Namun, semua itu tidak membuahkan hasil.Senjata yang mereka lemparkan selalu kandas sebelum sampai menyentuh tenda.Sriing! Pyarr!Di sisi lain, di sekeliling tempat ini ternyata sudah disiapkan prajurit regu pemanah yang dipimpin salah satu senapati
Ketika Dyah Kencana Sari terbangun, Kameswara sudah tidak di sisinya. Dia merenung sejenak membayangkan sosok Kameswara yang begitu perkasa. Senyumnya terulas di bibir yang tipis itu.Kemudian gadis ini mengenakan kembali pakaiannya hingga rapi. Tempat tidur yang berantakan juga alas yang basah oleh cairan kenikmatan termasuk darah kesuciannya. Kain alas yang sudah kotor itu dia buang ke sungai.Beberapa saat kemudian gadis ini sudah tampil cantik menawan."Kalau aku sampai bertemu lagi denganmu, Kameswara. Maka aku akan menyerahkan hidupku sepenuhnya untukmu!"Si gadis berkata demikian karena mengira Kameswara telah kehilangan kesaktiannya dan kalau sudah begitu maka musuh Kameswara akan dengan mudah membunuhnya.Terlihat tiga orang yang mengawalnya datang mendekat dengan perahu kecil."Kalian melihat dia pergi?" tanya Dyah Kencana Sari setelah tiga orang ini naik ke kapal kecilnya."Ya," salah satunya menjawab.
Kameswara tersurut beberapa langkah. Jarak mereka kini sekitar tiga tombak. Di halaman depan rumah itu yang terlihat mereka hanya sedang berdiri berhadap-hadapan.Padahal energi mereka yang sedang saling dorong. Hawa sakti saling bergesekan layaknya dua senjata yang saling menebas atau berayun.Ini bukan yang pertama kalinya buat Kameswara. Menghadapi orang dengan kesaktian besar memang begini. Tidak lagi menggunakan jurus yang berbentuk.Akibat dari dua kekuatan yang bertemu ini, tempat sekitar bagaikan dilanda badai. Angin berputar kencang.Murid-murid resi Wanayasa tidak ada yang berani mendekat. Mereka hanya menyelamatkan benda-benda yang tersapu akibat pertarungan ini.Kameswara menghadapi kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya yang pernah dia lawan, yaitu Andamsuri. Wanita itu sekarang masih terkurung dalam penjara menunggu di eksekusi.Andamsuri sudah tidak sakti lagi setelah terkena ajian Serap Sukma-nya Kameswara.
Kerajaan Galuh.Purbasora bukan tanpa persiapan guna membendung pasukan Sunda. Meski pendekar suruhannya gagal mendapatkan Pustaka Ratuning Bala Sarewu, tapi dia masih mempunyai andalan lain yaitu prajurit Indraprahasta.Seperti perjanjiannya dengan Wiratara, kalau Purbasora berhasil berkuasa di Galuh maka tahta Indraprahasta akan diserahkan kepada Wiratara.Kedudukan Indraprahasta juga diistimewakan walaupun statusnya masih bawahan Galuh.Namun, beberapa senapati dan hulu jurit dipanggil ke Galuh untuk melatih pasukan Galuh yang akan menghadapi gempuran pasukan Sunda jika sudah saatnya nanti.Satu orang yang dikhawatirkan oleh Purbasora bukanlah Sanjaya, tapi pemuda dengan kesaktian yang hampir menyamai ayahnya tiada lain adalah Kameswara."Dyah Kencana Sari gagal, aku tidak mengerti kenapa ajian itu tidak mempan terhadap pemuda itu. Ini sama saja dengan memberinya hadiah, menikmati wanita cantik secara cuma-cuma!"Purb
Dalam sekejap tiga sosok ini sudah berpindah tempat di tiga arah mengepung Kameswara. Si wanita berada di depan langsung menyentakkan dua tangan ke depan.Wussh.Entah dari mana datangnya, tahu-tahu ribuan nyamuk terbang ke arah Kameswara. Ternyata dari dua arah lainnya juga sama, hanya nyamuknya berbeda warna."Wah, jurig nyamuk betulan!" seru Kameswara sebelum kerahkan hawa sakti pelindung. Kemudian dua tangan bergerak seperti melambai.Wussh!Segelombang angin menghempas ribuan nyamuk tiga warna itu. Hitam, kuning dan merah. Akan tetapi jumlah hewan menyedot darah ini malah bertambah. Dari belakang mereka muncul lagi ribuan.Kameswara tertutup oleh gulungan nyamuk yang jumlahnya ribuan itu. Pemuda ini tingkatkan hawa sakti pelindung, malah menggunakannya seperti ketika melawan resi Wanayasa.Ribuan nyamuk itu tidak bisa menyentuh tubuh Kameswara, tapi Tiga Jurig Penghisap Darah juga tidak kelihatan. Tahu-tahu dari bel
Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel
Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me
Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya
Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan
"Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya
Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb
Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se
Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari
Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay