Kontan saja tiga suruhan Ki Rembong ini terkejut. Mereka baru menemukan lawan yang seperti ini.
Ki Darpa ternyata tidak menghilangkan ilmu yang dimiliki, tapi tidak mewariskannya juga karena cucunya tidak memiliki kepandaian silat.Salah satu tangan Ki Darpa memanjang sampai beberapa tombak. Mengejar salah satu lawannya. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga menghindar dan melawan, tapi apa daya.Salah satu anggota Laskar Siluman Merah kini dalam belitan tangan Ki Darpa yang seperti ular melilit mangsanya.Belitan yang sangat kuat sampai-sampai tidak bisa bergerak dan bernapas sama sekali.Krekk!Terdengar suara tulang berderak patah. Orang yang terbelit tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk menjerit pun tak bisa. Saking sakitnya dia sudah tidak merasakan badannya sendiri.Kreekk! Brukk!Seluruh tulang menjadi remuk bersamaan dengan nyawa yang melayang. Lalu tubuh yang sudah tak berbentuk itu dilempar seperti bSepasang pemuda berseragam kuning-kuning keluar dari dalam hutan yang sangat rimbun itu. Wajah mereka dari hidung ke bawah ditutupi kain yang juga berwarna kuning."Dari perawakan mereka sepertinya aku mengenalnya, tapi siapa?" gumam Kameswara.Kameswara terus memperhatikan mereka yang kini sudah berjalan meninggalkan hutan Gintung. Terutama yang perempuan. Lekuk tubuhnya seperti sangat hapal.Setelah jauh Kameswara usap bahu kiri lalu turun dari pohon dan mengikuti mereka. Tidak ada percakapan sedikitpun di antara mereka, sehingga Kameswara tidak bisa menebak siapa mereka lewat suaranya.Langkah mereka seperti bukan langkah manusia sadar. Kaku. Terkesan terburu-buru. Kameswara ingin mendekati mereka, melihat wajah mereka siapa sebenarnya.Akan tetapi dari tubuh keduanya memancar energi kuat. Bukan hanya energi untuk menekan, tap juga energi mempengaruhi pikiran orang di sekitarnya."Hawa apa ini?" Kameswara langsung jaga jarak.
Kameswara langsung menahan laju bibir Citrawati yang hendak memagutnya dengan dua jari, tapi tidak melepaskan pelukan."Kenapa?" tanya Citrawati dengan raut muram."Tidak apa-apa, aku hanya menjaga diri,""Kau tidak menginginkan aku lagi?""Bukan begitu!""Lalu kenapa kau seolah mengabaikanku, tidak mau menyentuhku. Bukankah lelaki semua sama jika hanya berduaan dengan wanita?""Justru aku menghormatimu, aku tidak mau merusak istri orang. Aku tidak mau kena karma, tidak ingin di masa yang akan datang misalnya istriku dirusak laki-laki lain,"Citrawati terhenyak tak bisa berkata apa-apa lagi, tapi dia masih dibiarkan berlabuh dalam pelukan Kameswara.Pemuda ini benar. Untuk saat ini penghalang mereka jelas, Citrawati masih berstatus istri Wirasoma."Apa pun yang terjadi nanti, aku akan tetap minta berpisah dengan Wirasoma. Karena dia sendiri sekarang sudah memilih Sriwuni," kata Citrawati."Kan,
Belum lama duduk, bahu Kameswara ada yang menepuk. Bukan tepukan biasa, tapi mengandung tenaga dalam.Mau tak mau Kameswara mengalirkan hawa pelindung sehingga tubuhnya tetap bergeming di tempatnya."Ki Sanak, penampilanmu sungguh tidak sopan. Kau terkesan angkuh!"Orang yang menepuk pundaknya ini penampilannya lebih tua dari yang lain. Sepertinya dia pemimpin rombongan ini. Kameswara hanya melirik sekilas lalu diam tak menggubrisnya."Lihatlah, dia benar-benar sombong!" teriak orang tadi kepada semua rekannya."Sepertinya dia baru keluar sarang, buktinya masih malu menunjukkan mukanya yang jelek, hahaha...!"Suara tawa riuh menimpali ucapan tadi, tapi Kameswara tidak peduli seolah telinganya tuli. Justru orang yang mencari gara-gara biasanya baru keluar dari sarangnya."Ilmu baru sedalam comberan, tapi sudah berla-gak!""Guru, buat apa mengurus dia? Laga jagoan, padahal sampah!""Hahaha...!""
Tapi apa yang terjadi? Sebelum serangan mereka datang, Kujang Bayangan sudah membabat. Walaupun tidak mengenai sasaran, tapi angin yang dihasilkan sangat kuat.Angin yang terhempas dari sabetan kujang sama tajamnya dengan kujang itu sendiri. Inilah kedahsyatan Kujang Bayangan setelah Kameswara bertambah kesaktiannya berkat Darah Suci.Crass! Crass! Crass!Tiga kepala terkutung oleh sabetan angin setajam senjata aslinya. Kameswara sendiri sempat bergidik sejenak melihat hasil yang tak disangka-sangka."Waduh, gelo!" Kameswara garuk-garuk kepala. Kujang Bayangan telah kembali ke tempatnya di dalam tubuh Kameswara.Ini berarti dari empat kelompok yang dikirim Ki Rembong, tiga kelompok gagal. Dua di antaranya hanya pulang nama, itu juga kalau ada yang mengabarkan kematian mereka.Hari beranjak gelap. Kameswara sudah berlalu dari tempat itu setelah menguburkan tiga jasad anggota Laskar Siluman Merah. Seperti ucapannya tidak ada satupu
Demi menjalankan tugas agar lancar, Kameswara membangun sebuah rumah kecil di suatu tanah kosong tak bertuan agak terpencil dari pemukiman penduduk desa.Rumah yang terbuat dari papan ini dikerjakan hanya dalam waktu seharian saja sendirian. Tentunya Kameswara memanfaatkan kekuatan dan Kujang Bayangan.Mulai dari menebang pohon, dipotong, dibuat jadi papan dan seterusnya sampai jadilah rumah kecil yang hanya punya satu ruang. Mungkin bisa disebut gubuk, tapi dengan dinding tertutup.Kameswara membangun rumah ini selain untuk istirahat, juga untuk memikirkan semua rencana yang telah dirancang kakek Ranu Baya.Sekarang pemuda ini sedang berbaring setelah seharian membangun tempat tinggal sementara ini. Hari sudah senja. Untungnya letak rumah ini tidak jauh dari pancuran mata air.Ketika langit barat berwarna jingga, Kameswara segera membersihkan diri di pancuran yang jaraknya tidak sampai dua puluh tombak.Setelah bersuci dia seger
Sementara itu di hutan Gintung. Sejak pagi hari seluruh anggota telah diperintahkan keluar hutan sesuai kelompok masing.Setiap kelompok terdiri dari lima orang. Mereka menyebar ke setiap tempat. Selain merekrut pengikut baru, mereka juga ditugaskan untuk mengawasi pergerakan Laskar Siluman Merah.Tidak ada pakaian seragam khusus. Semua berpakaian biasa dengan maksud agar tidak mudah dikenali musuh.Hanya empat pemimpin saja yang mengenakan seragam serba kuning. Keempatnya masih berdiri di hadapan Layung Poek, menunggu perintah yang khusus akan dibebankan kepada mereka."Ragadenta," Layung Poek menatap ke orang yang dipanggilnya. Si Elang Hitam ini balas menatap sebelum sedikit menunduk."Aku tugaskan kau menyusup ke markas Laskar Siluman Merah. Lihat situasi di sana, apakah semua anggotanya keluar markas mengikuti pemimpinnya atau masih ada yang tersisa,""Baik!" jawab Ragadenta kaku."Pergilah!"Ragadenta berb
Cinta memang bisa membutakan mata dan hati. Kalau sudah cinta apapun akan diterjang. Tidak peduli status Citrawati masih istri sah Wirasoma, dia hendak ke pesantren Quro menemui Kirana.Citrawati akan membujuk istri Kameswara agar mau berbagi suami. Pada dasarnya wanita tidak ingin cintanya dibagi-bagi, termasuk dirinya juga, tapi mau bagaimana lagi.Dengan sifat Kameswara yang seperti itu, dia yakin Kameswara akan mampu berbuat adil. Atau...Ataukah ini hanya nafsu ambisinya saja? Tidak memikirkan ke depannya. Hanya menuruti keegoisannya saja. Citrawati hanya terlena oleh keindahan sementara."Aku tidak peduli, bagaimana nanti saja. Yang aku tahu, aku hanya sedang memperjuangkan cinta!"Perjalanan Citrawati ternyata tidak mulus. Secara kebetulan dia berpapasan dengan rombongan Kala Maruta bersama lima muridnya yang hendak menemui Ki Rembong.Kala Maruta adalah musuh gurunya. Sewaktu terjadi penyerangan ke istana dulu, dia kabur
Kala Maruta tentu saja tidak mau menyerah begitu saja. Meski keadaannya belum pulih, dia kerahkan tenaga dalam penuh.Apa pun yang terjadi dia harus melawan. Jika dirinya harus tewas sekarang juga, maka musuhnya juga ikut tewas bersamanya.Di saat cakar Sutajaya terangkat hendak merobek leher, pukulan Kala Maruta lebih dulu meluncur mengarah ke dada dan lengan.Namun, gerakan Kala Maruta masih kurang cepat. Sutajaya mengelak ke samping sehingga pukulan Kala Maruta mengenai sasaran kosong.Tenaga yang dikerahkan penuh itu menjadi sia-sia. Tambah sial ketika sasaran Sutajaya berpindah ke tangan.Brett! Creess!"Aaakh!"Jeritan menyayat langit terlontar dari mulut Kala Maruta ketika dua tangan andalannya tercabik-cabik hingga dagingnya bagai dicincang. Ditambah lagi hawa panas yang membuatnya terasa sangat perih.Seketika langsung hilang tenaga dalam yang mengaliri tangannya. Kedua mata Kala Maruta menatap nanar ta
"Arum, apakah Rahyang Sora dengan Purbasora itu sama?" tanya Kameswara setelah mereka berjalan jauh.Puspa Arum tampak melirik sejenak dengan kening mengkerut."Benar, kenapa dia sepertinya mengumpulkan orang-orang persilatan?" jawab Puspa Arum dengan pertanyaan balik."Entahlah!" Padahal Kameswara sudah menduga-duga apa yang menjadi tujuan sang menantu raja itu.Kemudian Puspa Arum mengaitkan dengan kabar yang selama ini beredar tentang persaingan antara Purbasora yang menantu raja dengan Wiratara yang merupakan putra raja."Apakah sampai sekotor itu?" batin si gadis mungil. Memikirkan intrik dalam kerajaan terlihat begitu rumit. Selalu ada perebutan tahta. Satu sama lainnya merasa paling berhak.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat peristirahatan Nyai Mintarsih bersama dua murid wanita lainnya.Akan tetapi baru saja sampai, mereka mendengar suara kehadiran orang lain. Orang banyak."Kalian semua pegang ta
"Mohon ampun, Tuan. Ternyata padepokan itu menyimpan pendekar maha sakti," lapor salah satu dari tiga jubah hitam yang berhasil kabur dari Kameswara."Omong kosong!"Yang lain ikut menjelaskan bahwa Kameswara yang disebut pendekar maha sakti tiba-tiba muncul di udara dan melepaskan angin badai yang menghempas semua anggota laskar.Diceritakan juga pertarungan melawan Kameswara yang menggunakan senjata aneh yang sangat mematikan hingga tersisa tiga orang saja.Itu juga kalau tidak segera kabur mungkin mereka sudah menjadi mayat bersama yang lainnya."Bagaimana bentuk senjata itu?"Salah seorang menjelaskan bentuk senjata yang digunakan Kameswara."Kujang!" desis sang pemimpin.Di masa ini kujang hanya di miliki orang-orang tertentu saja. Masyarakat biasa belum banyak yang tahu. Hanya kalangan bangsawan saja yang memiliki sebagai simbol seorang bangsawan.Akan tetapi yang dijelaskan anak buahnya, kujang i
Semua penghuni padepokan Mega Sutra merasakan hawa sakti yang kuat ini. Begitu juga Laskar Dewawarman, tapi pasukan jubah hitam ini tidak mengendurkan serangan.Crash! Srass!Korban berjatuhan lagi. Yang masih bertahan berlumuran darah menahan panas dan perih yang diderita. Termasuk Ki Jagatapa dan sang istri juga sudah banyak terluka.Brukk! Brugh!Wajah sepasang guru tampak memucat ketika melihat jumlah muridnya semakin berkurang.Apakah ini akhir riwayat padepokan Mega Sutra yang sudah berdiri puluhan tahun? Apakah akan mengalami nasib yang sama dengan dua padepokan besar sebelumnya?Hilang dari dunia persilatan tinggal nama. Dua padepokan besar saja bisa musnah, apalagi ini cuma padepokan kecil yang tidak terkenal.Pada saat itu hawa sakti asing semakin kuat. Sebentar kemudian segelombang angin dahsyat berhembus kencang bagaikan badai yang menghantam.Anehnya gelombang angin ini tidak menghantam murid-murid
Ki Jagatapa, Arya Soka dan Rana Surya langsung merangsek ke paling depan semuanya menghunus senjata.Si jubah hitam yang paling depan tampak tersenyum merendahkan. Tangannya melambai memberi isyarat kepada yang lainnya.Tanpa sepatah kata, Laskar Dewawarman yang hanya menurunkan sepuluh orang saja meloncat dari kuda masing-masing dan menyerang murid-murid padepokan Mega Sutra.Tidak seperti saat menyerang padepokan Sagara Kaler yang tidak turun dari kuda. Entah kenapa, mungkin mereka mempunyai perhitungan sendiri sampai harus turun dari kuda.Setiap satu orang berjubah hitam menghadai tiga sampai empat murid. Ada yang hanya murid laki-laki atau perempuan, tapi ada juga yang gabungan keduanya.Ki Jagatapa dan Nyai Mintarsih masing-masing menghadapi satu orang.Trang! Trang! Trang!Pertempuran sengit di pagi hari menghiasi padepokan kecil yang setiap harinya dilalui dengan damai ini. Perkiraan Ki Jagatapa tidak meleset. Be
Sejak tahu Puspa Arum diam-diam mengunjungi Kameswara di puncak bukit, Rana Surya jadi ingin tahu lebih banyak tentang Kameswara.Yang dia tahu Kameswara hanya buronan yang sedang dicari-cari pihak kerajaan. Namun, kehadirannya terasa menjadi penghalang baginya untuk memiliki Puspa Arum.Ya, Rana Surya memang menyukai gadis bertubuh mungil itu sejak dia masuk ke padepokan ini. Sejak itu pula dia selalu melakukan pendekatan.Rana Surya merasa sudah menaklukan sifat si gadis yang judes. Karena kalau sedang bersamanya Puspa Arum tidak lagi judes, malah bersikap baik dan manis.Sehingga Rana Surya menyangka gadis mungil itu juga menyukainya, tapi setelah mengenal Kameswara ada sedikit perubahan pada si gadis.Yang paling mengejutkan adalah kejadian tadi, diam-diam mengunjungi Kameswara dengan membawa makanan. Walaupun sikapnya sengaja dibuat acuh, tapi tetap saja ada yang aneh.Dari kejauhan Rana Surya memperhatikan Kameswara yang se
"Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha
Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany
Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap
Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis