Barisan Serigala adalah jurus formasi yang diperagakan secara bersamaan sesuai tugas masing-masing. Makanya dua brewok yang jadi lawan Kirana menoleh kaget.
Formasi jurus ini dikeluarkan apabila menghadapi lawan yang luar biasa. Ini akan menjadi yang pertama kalinya mengeluarkan jurus ini sejak turun gunung."Kalian lanjutkan lumpuhkan gadis itu, biar kita bertiga saja melakukannya!" teriak Gandawirat kepada dua kawannya.Setelah mendapat perintah begitu, dua brewok bersenjata cambuk dan tombak kembali menyerang Kirana.Gandawirat dan dua temannya simpan senjata masing-masing. Mereka bertiga mengurung Nyai Pancaksuji. Sepasang tangan masing-masing membentuk cakar.Dari penyaluran tenaga dalam yang besar, cakar-cakar mereka memancarkan cahaya kuning menyelimuti semua jari tangan.Selain itu ada juga hawa memancar dari tubuh mereka menekan pergerakan Nyai Pancaksuji.Namun, si nenek sudah tingkatkan waspada. Jurus lawan baBeberapa lama Kameswara menenangkan kondisi Kirana yang sangat panik kehilangan gurunya. Dia berusaha menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dipahami gadis itu."Kemana Nenek, bagaimana nasibnya?" teriak Kirana benar-benar ketakutan."Kita akan selidiki, tapi aku juga belum punya keterangan tentang hal ini. Aku harus bertanya kepada yang lebih tahu," kata Kameswara memberikan harapan."Kenapa kau tidak menyelamatkan Nenek juga?""Waktu dan tenagaku terbatas, maaf!""Jangan-jangan kau sendiri dalangnya!" tuduh Kirana menatap tajam Kameswara yang masih mengenakan topeng. "Aku ingat, kau orang yang ada di kedai!""Aku sudah menjelaskannya padamu, terserah kau mau percaya atau tidak!""Kalau begitu siapa kau, kenapa terlihat mencurigakan!"Kemudian Kameswara melepas topengnya. Seketika Kirana terperanjat. Mulutnya terbuka, tapi tidak mengeluarkan suara. Dia melihat wajah yang begitu dikenalnya.Meski tampa
Dengan suka rela Kirana mau mengucap syahadat agar mempermudah jalannya pernikahan.Dengan demikian walaupun masih punya ayah, tapi sudah berbeda keyakinan. Maka Kirana harus ada wali hakim sebagai salah satu syarat nikah.Dua orang warga di situ bersedia menjadi saksi bagi kedua mempelai. Seorang yang 'dituakan' menjadi penghulunya.Sebagai mahar, Kameswara mengeluarkan beberapa keping emas yang dimilikinya.Malam ini juga sepasang remaja ini sah menjadi suami istri. Semuanya tampak bahagia meski baru mengenal, tapi sudah seperti saudara.Salah seorang warga bersedia memberikan tumpangan menginap untuk malam ini. Kameswara juga memberikan beberapa keping emas lagi untuk membuat jamuan seadanya."Langkah kalian sangat tepat. Ini akan menghindari zina dan itu sangat tabu baik dari keyakinan lama maupun Islam," ujar sang penghulu.Dia juga memberikan sedikit wejangan kepada pasangan baru itu. Tentu saja Kameswara yang belu
Pagi hari yang indah dengan udara segar menyebarkan karunia Yang Maha Kuasa kepada setiap insan.Seperti sepasang manusia yang baru saja membuka lembaran kehidupan sebagai suami istri.Kebahagiaan mereka terpantul dari wajah masing-masing saat bersenda gurau di sebuah sungai berair jernih sambil membersihkan diri.Diterangi cahaya pagi yang hangat, Kameswara bisa lebih jelas lagi melihat keindahan lekuk tubuh sang istri.Walau kulitnya tidak putih, tapi tampak bersinar memukau mempesona. Membangkitkan gelora."Kenapa Kakang memandangiku seperti itu?" Kirana tersipu malu. Bola matanya bergerak-gerak takut ada orang lain yang melihat mereka.Tempat mereka mandi di sungai itu cukup sepi dan jauh dari tempat yang biasa digunakan warga pada umumnya."Dinda sangat cantik," ujar Kameswara sambil menyentuh sebelah pipi Kirana.Mereka berendam di kedalaman air sebatas pinggang. Tentu saja keduanya tanpa sehelai kain.
Markas Laskar Siluman Merah berada di sebuah hutan lebat yang merupakan sebuah lembah yang dikelilingi gunung-gunung.Lembah tidak bernama di mana orang biasa belum pernah menginjaknya.Namun, kebanyakan orang tidak tahu tempat ini. Hanya anggota laskar sendiri dan orang-orang khusus yang diundang seperti empat pimpinan perguruan besar tempo yang lalu.Dua di antaranya tewas dalam penyerangan ke istana Kawali.Beberapa tombak sebelum memasuki hutan tersebut saja sudah merasakan energi atau hawa negatif seolah menjadi perisai bagi siapa saja yang hendak memasukinya.Siang hari di dalam hutan yang jadi markas ini suasananya temaram saja. Cahaya matahari yang menembus ke dalam sangat sedikit karena kerimbunan dedaunan yang begitu rapat.Ada beberapa bangunan yang terpisah agak jauh yang digunakan sesuai fungsinya masing-masing. Ada rumah khusus untuk pimpinan tertinggi. Ada bangunan pertemuan antar petinggi dan tamu khusus.
Ada empat kelompok anggota Laskar Siluman Merah yang ditugaskan mencari tokoh yang telah lama hilang dari dunia persilatan. Entah menghilang tanpa kabar atau karena sudah mengundurkan diri.Masing-masing kelompok terdiri tinga orang yang sudah mencapai pendekar utama tingkat enam ke atas. Mereka tidak lagi memakai seragam laskar yang mencolok dan dikenal banyak orang.Mereka memakai pakaian biasa seperti petani. Hanya yang menjadi ciri khas yaitu kalung berbandul tengkorak tetap mereka pakai tapi disembunyikan di balik pakaian.Salah satu kelompok mendatangi perkampungan yang berada di sekitar lembah Panyaweuyan.Mereka mendapatkan informasi bahwa orang yang jadi tujuan mereka telah berubah menjadi orang biasa.Namanya Ki Darpa, dulu dia adalah pendekar golongan hitam yang dijuluki Sanca Hitam karena punya ilmu melilit yang sangat kuat seperti ular sanca. Kini Ki Darpa membaur dengan warga biasa sebagai petani.Umur Ki Darpa suda
Kontan saja tiga suruhan Ki Rembong ini terkejut. Mereka baru menemukan lawan yang seperti ini.Ki Darpa ternyata tidak menghilangkan ilmu yang dimiliki, tapi tidak mewariskannya juga karena cucunya tidak memiliki kepandaian silat.Salah satu tangan Ki Darpa memanjang sampai beberapa tombak. Mengejar salah satu lawannya. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga menghindar dan melawan, tapi apa daya.Salah satu anggota Laskar Siluman Merah kini dalam belitan tangan Ki Darpa yang seperti ular melilit mangsanya.Belitan yang sangat kuat sampai-sampai tidak bisa bergerak dan bernapas sama sekali.Krekk!Terdengar suara tulang berderak patah. Orang yang terbelit tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk menjerit pun tak bisa. Saking sakitnya dia sudah tidak merasakan badannya sendiri.Kreekk! Brukk!Seluruh tulang menjadi remuk bersamaan dengan nyawa yang melayang. Lalu tubuh yang sudah tak berbentuk itu dilempar seperti b
Sepasang pemuda berseragam kuning-kuning keluar dari dalam hutan yang sangat rimbun itu. Wajah mereka dari hidung ke bawah ditutupi kain yang juga berwarna kuning."Dari perawakan mereka sepertinya aku mengenalnya, tapi siapa?" gumam Kameswara.Kameswara terus memperhatikan mereka yang kini sudah berjalan meninggalkan hutan Gintung. Terutama yang perempuan. Lekuk tubuhnya seperti sangat hapal.Setelah jauh Kameswara usap bahu kiri lalu turun dari pohon dan mengikuti mereka. Tidak ada percakapan sedikitpun di antara mereka, sehingga Kameswara tidak bisa menebak siapa mereka lewat suaranya.Langkah mereka seperti bukan langkah manusia sadar. Kaku. Terkesan terburu-buru. Kameswara ingin mendekati mereka, melihat wajah mereka siapa sebenarnya.Akan tetapi dari tubuh keduanya memancar energi kuat. Bukan hanya energi untuk menekan, tap juga energi mempengaruhi pikiran orang di sekitarnya."Hawa apa ini?" Kameswara langsung jaga jarak.
Kameswara langsung menahan laju bibir Citrawati yang hendak memagutnya dengan dua jari, tapi tidak melepaskan pelukan."Kenapa?" tanya Citrawati dengan raut muram."Tidak apa-apa, aku hanya menjaga diri,""Kau tidak menginginkan aku lagi?""Bukan begitu!""Lalu kenapa kau seolah mengabaikanku, tidak mau menyentuhku. Bukankah lelaki semua sama jika hanya berduaan dengan wanita?""Justru aku menghormatimu, aku tidak mau merusak istri orang. Aku tidak mau kena karma, tidak ingin di masa yang akan datang misalnya istriku dirusak laki-laki lain,"Citrawati terhenyak tak bisa berkata apa-apa lagi, tapi dia masih dibiarkan berlabuh dalam pelukan Kameswara.Pemuda ini benar. Untuk saat ini penghalang mereka jelas, Citrawati masih berstatus istri Wirasoma."Apa pun yang terjadi nanti, aku akan tetap minta berpisah dengan Wirasoma. Karena dia sendiri sekarang sudah memilih Sriwuni," kata Citrawati."Kan,
"Arum, apakah Rahyang Sora dengan Purbasora itu sama?" tanya Kameswara setelah mereka berjalan jauh.Puspa Arum tampak melirik sejenak dengan kening mengkerut."Benar, kenapa dia sepertinya mengumpulkan orang-orang persilatan?" jawab Puspa Arum dengan pertanyaan balik."Entahlah!" Padahal Kameswara sudah menduga-duga apa yang menjadi tujuan sang menantu raja itu.Kemudian Puspa Arum mengaitkan dengan kabar yang selama ini beredar tentang persaingan antara Purbasora yang menantu raja dengan Wiratara yang merupakan putra raja."Apakah sampai sekotor itu?" batin si gadis mungil. Memikirkan intrik dalam kerajaan terlihat begitu rumit. Selalu ada perebutan tahta. Satu sama lainnya merasa paling berhak.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat peristirahatan Nyai Mintarsih bersama dua murid wanita lainnya.Akan tetapi baru saja sampai, mereka mendengar suara kehadiran orang lain. Orang banyak."Kalian semua pegang ta
"Mohon ampun, Tuan. Ternyata padepokan itu menyimpan pendekar maha sakti," lapor salah satu dari tiga jubah hitam yang berhasil kabur dari Kameswara."Omong kosong!"Yang lain ikut menjelaskan bahwa Kameswara yang disebut pendekar maha sakti tiba-tiba muncul di udara dan melepaskan angin badai yang menghempas semua anggota laskar.Diceritakan juga pertarungan melawan Kameswara yang menggunakan senjata aneh yang sangat mematikan hingga tersisa tiga orang saja.Itu juga kalau tidak segera kabur mungkin mereka sudah menjadi mayat bersama yang lainnya."Bagaimana bentuk senjata itu?"Salah seorang menjelaskan bentuk senjata yang digunakan Kameswara."Kujang!" desis sang pemimpin.Di masa ini kujang hanya di miliki orang-orang tertentu saja. Masyarakat biasa belum banyak yang tahu. Hanya kalangan bangsawan saja yang memiliki sebagai simbol seorang bangsawan.Akan tetapi yang dijelaskan anak buahnya, kujang i
Semua penghuni padepokan Mega Sutra merasakan hawa sakti yang kuat ini. Begitu juga Laskar Dewawarman, tapi pasukan jubah hitam ini tidak mengendurkan serangan.Crash! Srass!Korban berjatuhan lagi. Yang masih bertahan berlumuran darah menahan panas dan perih yang diderita. Termasuk Ki Jagatapa dan sang istri juga sudah banyak terluka.Brukk! Brugh!Wajah sepasang guru tampak memucat ketika melihat jumlah muridnya semakin berkurang.Apakah ini akhir riwayat padepokan Mega Sutra yang sudah berdiri puluhan tahun? Apakah akan mengalami nasib yang sama dengan dua padepokan besar sebelumnya?Hilang dari dunia persilatan tinggal nama. Dua padepokan besar saja bisa musnah, apalagi ini cuma padepokan kecil yang tidak terkenal.Pada saat itu hawa sakti asing semakin kuat. Sebentar kemudian segelombang angin dahsyat berhembus kencang bagaikan badai yang menghantam.Anehnya gelombang angin ini tidak menghantam murid-murid
Ki Jagatapa, Arya Soka dan Rana Surya langsung merangsek ke paling depan semuanya menghunus senjata.Si jubah hitam yang paling depan tampak tersenyum merendahkan. Tangannya melambai memberi isyarat kepada yang lainnya.Tanpa sepatah kata, Laskar Dewawarman yang hanya menurunkan sepuluh orang saja meloncat dari kuda masing-masing dan menyerang murid-murid padepokan Mega Sutra.Tidak seperti saat menyerang padepokan Sagara Kaler yang tidak turun dari kuda. Entah kenapa, mungkin mereka mempunyai perhitungan sendiri sampai harus turun dari kuda.Setiap satu orang berjubah hitam menghadai tiga sampai empat murid. Ada yang hanya murid laki-laki atau perempuan, tapi ada juga yang gabungan keduanya.Ki Jagatapa dan Nyai Mintarsih masing-masing menghadapi satu orang.Trang! Trang! Trang!Pertempuran sengit di pagi hari menghiasi padepokan kecil yang setiap harinya dilalui dengan damai ini. Perkiraan Ki Jagatapa tidak meleset. Be
Sejak tahu Puspa Arum diam-diam mengunjungi Kameswara di puncak bukit, Rana Surya jadi ingin tahu lebih banyak tentang Kameswara.Yang dia tahu Kameswara hanya buronan yang sedang dicari-cari pihak kerajaan. Namun, kehadirannya terasa menjadi penghalang baginya untuk memiliki Puspa Arum.Ya, Rana Surya memang menyukai gadis bertubuh mungil itu sejak dia masuk ke padepokan ini. Sejak itu pula dia selalu melakukan pendekatan.Rana Surya merasa sudah menaklukan sifat si gadis yang judes. Karena kalau sedang bersamanya Puspa Arum tidak lagi judes, malah bersikap baik dan manis.Sehingga Rana Surya menyangka gadis mungil itu juga menyukainya, tapi setelah mengenal Kameswara ada sedikit perubahan pada si gadis.Yang paling mengejutkan adalah kejadian tadi, diam-diam mengunjungi Kameswara dengan membawa makanan. Walaupun sikapnya sengaja dibuat acuh, tapi tetap saja ada yang aneh.Dari kejauhan Rana Surya memperhatikan Kameswara yang se
"Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha
Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany
Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap
Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis