LEBIH BAIK KITA BERPISAH 15PoV JONASTangan Biru masih terulur, hendak meraih dan membantuku berdiri. Seperti dulu saat kami masih remaja, dia selalu ada untuk menjagaku. Setiap kali aku bertengkar, dia maju paling depan untuk membela. Atau saat aku babak belur karena berkelahi, Biru bersiap menjadi tameng. Dia rela berbohong pada Papa agar aku tak semakin dihajar. Tapi di lain waktu, dia sendiri yang menghajarku kalau aku sudah kelewat batas. Semua orang tahu bahwa kami adalah partner in crime. Tapi, memasuki dunia kampus, Biru mulai berubah. Dia mulai sering ikut kajian, sesuatu yang amat ku hindari dari dulu. Menurutku, semua yang hadir itu munafik. Bicara tentang kebaikan nyatanya mereka tak pernah peduli pada orang lain di luar circle mereka.Aku dan Biru hanya berbeda dua bulan saja. Biru lebih tua dariku. Dan entah bagaimana, nama Mama kami mirip sekali, hingga seperti kakak adik. Padahal, yang kakaknya Mama itu Papinya Biru. "Ayo bangun."Aku menatap tangan itu, menghalau se
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 16PoV SENJAAku memperhatikan Jonas membubuhkan tanda tangannya diatas kertas bermaterai. Perjanjian perdamaian ini dilakukan di kantor polisi, dan sekaligus aku mencabut laporan. Evelyn dan dua anggota polisi menjadi saksi. Dan satu orang lagi, yang membuat Jonas sedikit gemetar.Om Heru.Aku terpaksa meminta Om Heru menemaniku ke kantor polisi usai menceritakan semua yang terjadi antara aku dan Jonas. Om Heru marah tentu saja. Beliau bahkan berniat memecat Jonas."Kenapa kamu nggak bilang? Om pikir kalian dulu cuma berteman."Aku nyengir. Di kantor, kami memang lebih pantas disebut teman. Mungkin itu salah satu yang membuat Jonas menduakan aku. Ah, sudahlah. Aku tak mau lagi membahasnya."Ingat, Senja. Kamu itu masih tanggung jawab Om. Jangan hadapi masalah sendirian. Jangan bikin Om merasa berdosa pada Papamu.""Maaf, Om."Om Heru menepuk puncak kepalaku dengan lembut. Dia lalu menoleh pada Jonas. Jonas yang tak tahu bahwa bos-nya di kantor adalah Om-ku, m
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 17Tanpa Jonas di kantor, hari-hari terasa lebih menyenangkan. Tak ada yang diam-diam menatapku, mencuri pandang, atau tahu-tahu menghadang dan membicarakan hal absurd, masa lalu bersamanya, kini terasa telah jauh terlewat."Kantor terasa seperti surga!" Seru Evelyn.Aku tertawa, karena apa yang dia katakan itu memang benar. Biasanya kami bicara berbisik-bisik, dan harus mengintip dulu, dia dimana, agar tak perlu berpapasan dengannya. Apalagi dia suka sekali nongkrong di pantry, minum kopi sambil merokok, padahal kami harus melewati pantry jika ingin ke toilet.Di Lampung Barat, Jonas diminta memimpin proyek pembangunan puskesmas, jadi dia kini berada di pedesaan. Sebagai karyawan, pekerjaannya memang bagus sehingga Om Heru tetap mempertimbangkan agar tidak memecatnya. Kupikir mutasi ini jalan yang paling adil."Senjaaaaa, kurir kamu datang tadi!"Loh?Suara Mbak Arin membuatku berlari menuruni tangga. Entah mengapa sehari tak bertemu dengannya membuatku kelim
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 18Ruangan seketika kening. Suara Marsya yang dia ucapkan sambil berteriak penuh emosi itu seketika menghentikan acara makan malam dan ramah tamah yang sedang berlangsung. Suasana seketika berubah. Ketenangan dan kehangatan yang sejak tadi melingkupi rumah kami berganti dengan ketegangan yang menggantung di udara.Tante Ivanka menatap menantunya dengan wajah puas, dia memegang bahu Marsya.""Apa maksudmu, Marsya?"Aku menghela napas panjang, melalui bahu Marsya, bertukar pandang dengan Biru. Apa yang dipikirkan Marsya? Aku dan Biru sepakat untuk tidak membeberkan kisahku dengan Jonas dimasa lalu, demi kebaikan Jonas dan Marsya. Biarlah kisah ini hanya kami yang tahu, selain Mama dan Evelyn, juga Om Heru dan Papanya Jonas, yang berjanji akan menutup masalah ini dari istrinya. Tapi kini, Marsya dengan lantang malah membuka aibnya sendiri.Gadis itu menatapku dengan air mata berderai dan bibir bergetar. "Dia adalah mantan kekasih Jonas, tapi sampai saat ini, Jon
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 19PoV JONAS"Apa kau lupa siapa aku?"Marsya Amanda, adik tingkat yang cantik dan seksi. Aku tahu, sejak awal aku jalan dengan Senja, dia sudah memperhatikanku. Beberapa kali dia berusaha mendekat. Tapi pesonanya kalah pamor oleh Senja, yang anggun dan tampak berbeda dengan gadis lain. Disaat gadis lain umbar aurat dan pamer lekukan tubuh, Senja justru menutup tubuhnya dengan baju gembrong meski bukan gamis. Pun kepalanya tak pernah lepas dari pashmina yang selalu dia padu padankan dengan amat serasi. Di balik sikapnya yang anggun, Senja juga cerdas. Semua itu adalah nilai plus. Kemudian, aku tahu dia suka mendaki gunung. Aku semakin kagum pada gadis ini, meski kegiatan itu kemudian ditinggalkan seiring seringnya dia mengikuti kajian di kampus.Tapi, meski aku memujanya setengah mati, dia kerap membuatku kecewa. Aku ingin pacaran layaknya pasangan lain. Saling menggenggam, sedikit ciuman dan pelukan. Memangnya kenapa? Semua melakukan itu. Tapi Senja selalu me
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 20PoV SENJA"Ciee… calon manten. Bilang Mas kurir, upetinya harus ditambahin supaya mendapat doa restu dari kami semua."Mbak Arin, seperti biasa, usil sekali. Aku memang memberitahu dia kalau aku sudah lamaran. Mbak Arin saja, karena karyawan lain pasti akan sibuk menggoda."Perlu tutorial malam pertama nggak, Ja?"Aku melotot. Mbak Arin tertawa terbahak-bahak. Astaga, dia ini, perempuan tomboy dan cuek. Tapi aku senang melihatnya, sejak menikah, Mbak Arin tampak lebih bahagia. Tinggal sahabatku, Eve, yang belum juga menemukan belahan hati."Oh ya, ada karyawan baru yang akan datang hari ini. Tapi dia nggak di taruh sini sih. Kayaknya buat gantiin Jonas di Lampung Barat.""Gantiin Jonas?""Loh, kamu belum tahu? Jonas mengundurkan diri.""Oh, kenapa katanya.""Alasan yang dia tulis di surat pengunduran dirinya, emm… kalo nggak salah, karena akan membantu usaha mertua. Itu."Aku terdiam sejenak, ingat Marsya dan teriakan cemburunya yang sempat membuat acara l
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 21"Hay Senja!"Leon. Aku belum sempat menyahut ketika Biru berlari dari tempatnya berdiri, ke arah kami, dan tahu-tahu tiba di sisi Mami. Gerakannya gesit sekali sehingga aku curiga dia seorang atlet atau menguasai bela diri. Biru tentu melihat Mami ditabrak, atau tertabrak, entahlah, aku tak melihat dengan jelas karena pandangan mataku tadi fokus pada calon suamiku."Mami nggak apa-apa?"Biru memegang tangan Mami. Mami menggeleng. Kedua lelaki itu kemudian bertatapan."Maaf, saya nggak sengaja."Leon, tak seperti di kantor tadi, kini tersenyum. Dia lalu mengulurkan tangan tanpa ragu pada Biru. "Saya Leon, rekan kerja Senja yang baru. Saya menggantikan Pak Jonas."Biru menyambut uluran tangan itu dan menggenggamnya dengan mantap. "Biru. Saya calon suami Senja.""Oh, jadi, gadis cantik ini sudah punya calon suami."Biru tersenyum."Ya. Saya akan memasukkan nama anda di daftar undangan.""Wah, itu sebuah kehormatan.""Baiklah, kami permisi."Biru menganggukka
LEBIH BAIK KITA BERPISAH 22PoV JONASRumah ini luas sekali, dengan dua ART yang sibuk lalu lalang menyediakan kebutuhan kami. Satpam, sopir, dan tukang kebun, datang dan pergi sesuai kebutuhan. Dua mobil mewah berderet di garasi, dan semuanya terawat dengan baik, membuat innova milikku tampak seperti barang rongsokan. Seminggu tinggal disini, Marsya melarangku keluar rumah. Pekerjaan di kantor Papanya yang dia janjikan entah kemana. Meski semua kebutuhan tersedia, aku merasa tak berharga. Semua ini milik istriku, bukan milikku."Apa? Sudah seminggu dan kau belum melakukan apa-apa? Jangan banyak alasan Leon!"Suara Marsya terdengar dari lantai atas. Aku berhenti di tengah anak tangga dengan sepiring irisan buah mangga pesanannya."Aku tidak menyuruhmu membunuhnya. Hanya, lakukan apa yang biasa dilakukan lelaki bejat pada gadis cantik. Buat dia malu karena harga diri dan kehormatan yang selama ini dia jaga dan banggakan itu hancur sebelum hari pernikahannya. Aku ingin dia merasa malu d