Untuk mengalahkan Kekasiran Tang, Ketua Agung Aliran Darah Besi membutuhkan sebuah senjata yang lebih kuat, meski tidak setara dengan sebuah pusaka, paling tidak mendekati.
Dari 3 orang tukang tempa terbaik yang ada di wilayah Aliran Darah Besi, hanya Pak Tua Bungkuk yang mempelajari seni tempa besi warisan Tuan Akira. Oleh karena itu, ini merupakan alasan lain kenapa Pak Bungkuk masih hidup selain dari alasan pembunuhan putra angkat Ketua Agung.
Ketika waktu mulai beranjak meninggalkan petang, dua utusan Liu Sin datang menemui Pak Bungkuk dengan wajah garang dan suara yang keras, "Kami hanya ingin memperingatkan, jika pedang itu tidak selesai sebelum bulan purnama, maka keluargamu akan dibantai!"
Saking kerasnya suara itu, Lanting Beruga yang kini sedang bersiap menelan makanan, terhenti.
"Maaf Tuan, bukankah Ketua Agung sudah berjanji tidak akan menyentuh keluargaku?" timpal Pak Bungkuk. "Aku sudah-"
"Apa kau sudah berani menantang perintah
Selagi menunggu update Lanting silahkan baca Kitab Harimau Dewa, Mantiko Sakti.
Liu Sin begitu geram mendengar laporan dua pendekar yang diutusnya pergi menemui Pak Bungkuk alias tukang tempa besi.Dua pendekar itu nyaris saja mati dengan luka yang cukup parah.Berani sekali, pikir Liu Sin. "Siapa yang melakukan ini?"Salah satu dari pendekar itu menjelaskan mengenai sosok pemuda bermata satu yang memiliki ilmu kanuragan cukup kuat, lebih tangguh dari pendekar puncak tanpa tanding sekalipun.Liu Sin tidak percaya ada pendekar sehebat itu berkeliaran di Wilayah Aliran Darah Besi. Jika memang ada, maka paling tidak mereka mengenal siapa pemuda tersebut."Periksa latar belakang pemuda tersebut, selidik tukang tempa besi!" ucap Liu Sin.Dua pendekar mengangguk tanda mengerti, mengundurkan diri dengan tubuh yang ringkih. Sepertinya dua pendekar itu harus berurusan dengan tabib sebelum kembali menyelidik Lanting Beruga.Di kamar lain, Li Wei mendengar pembicaraan Liu Sin, dan begitu yakin jika pemuda yang mereka selidi
"Tuan Pendekar, apa maksudmu?" Pak Bungkuk mulai cemas setelah mendengar ucapan Lanting Beruga. "Dia adalah Ketua Agung Aliran Darah Besi, kau tidak boleh bicara seperti itu.""Berani sekali kau menentangku-""Ah kau cerewet sekali," potong Lanting Beruga. "Kau pikir aku tidak tahu siapa dirimu?"Lanting Beruga kemudian merebut pedang ditangan Pak Bungkuk lalu berkata, "aku akan menguji pedang ini!"Mendadak cahaya merah menyelimuti pedang tersebut, sebelum kemudian cahaya merah itu bergerak cepat ke arah sosok pria yang melayang di atas udara.Tebasan yang dilakukan oleh Lanting Beruga begitu cepat, nyaris saja membunuh pria tersebut, jika dia tidak sempat menarik tubuhnya ke kiri. Namun demikian, tebasan tersebut masih membuat wajah sebelah kanannya terluka lebar."Tuan Pendekar!" Pak Bungkuk benar-benar ketakutan saat ini, tapi rasa ketakutan itu perlahan hilang setelah melihat pergerakan aneh dari Ketua Agung Aliran Darah Besi.Tu
Lanting Beruga melukai tubuh Liu Sin dalam sekejap mata, membuat koyakan besar tepat dibagian perutnya.Kecepatan pemuda itu benar-benar sulit diikuti oleh mata, bahkan pendekar level bumi sekelas Liu Sin bukan tandingan Lanting Beruga dalam hal gerakan cepat."Pemuda tengik," umpat Liu Sin. "Apa kau pikir Aliran Darah Besi dapat menguasai Kekaisaran Tang? kau sudah salah berpihak anak muda, Aliran Darah Besi tidak akan bertahan lebih lama lagi."Lanting Beruga menghela nafas panjang, "sepertinya kau tidak tahu maksud dan tujuanku datang ke tempat ini, aku akan menghancurkan mereka yang telah memulai perang kepada kami."Lanting Beruga menarik pedangnya ke belakang, salah satu kakinya menekan permukaan tanah untuk dijadikan sebagai batu loncatan, sebelum kemudian dia menderu begitu cepat.Namun sebelum mata pedang Lanting Beruga mengenai tubuh Liu Sin, tiba-tiba tubuh pemuda itu terpental beberapa depa ke belakang.Hampir saja Lanting Beruga
Di dalam kereta megah berbalut emas dengan tirai sutra, tiga orang bangsawan duni sibuk menceritakan harta benda dan pulau-pulau tambang yang mereka kuasai. Mereka selalu membahas mengenai harta, tapi sesekali diselingi oleh para budak manusia atau pula wanita-wanita cantik. "Aku akan membuat Putri Petra terkejut dengan hadiah yang kubawa, betulkan ibu?" pria berambut klimis dengan kulit putih pucat dan bibir berwarna merah berbicara dengan nada yang begitu manja. "Tentu saja Sayang, kau membawa Giok Putih Berlambang Naga, itu adalah giok terbaik yang pernah ada di dunia, seribu budak tidak ada harganya dibandingkan giok putih tersebut..." ucap wanita gendut dengan hiasan bedak tebal dan rambut yang disanggul. "Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya pemuda itu lagi. "Kau adalah putraku yang tampan, Puti Petra tidak mungkin menolak lamaranmu ..." Sungguh, pemuda tersebut benar-benar berwajah aneh, sangat jauh dengan status tampan. Dengan ria
Ares benar-benar menantang 6 iblis pembawa mala petaka dari Aliran Darah Besi, dia bahkan cukup percaya diri untuk membiarkan 6 orang itu menggunakan teknik terlarang, ledakan cakra.Mendengar hal tersebut, tiga orang mulai panas. Ares Sang Kesatria Perang terlalu sombong, hanya karena dia telah berada di level langit tinggi, merasa mampu menumbangkan 6 Iblis Pembawa Malapetaka dengan teknik ledakan cakra."Kau akan menyesalinya, Ares!" ucap salah satu dari tiga orang itu."Saudaraku, jangan lakukan!" Yanca berseru keras, tapi sayangnya 3 temannya telah melepaskan teknik ledakan cakra.Kini ketiga orang itu memancarkan hawa merah, yang mempengaruhi tekanan atmosfir di sekitar mereka.Dari dalam kereta gajah, Putra Bangsawan Dunia menoleh dari celah jendela keretanya, wajahnya begitu kesal melihat Ares belum mengalahkan musuhnya."Sabar sayang, kita tidak mungkin terlambat datang, Ares akan menghabisi mereka semua!""HOI ARES!" teriak
Jadwal penyerahan pedang tanpa nama diundur beberapa hari kemudian dikarenakan kondisi Ketua Agung Aliran Darah Besi masih belum pulih seutuhnya.Hingga tibalah hari ini, Ketua Agung Aliran Darah Besi mengirim utusan kepada Pak Bungkuk untuk membawa pedang yang telah dipesan.Ada selusin pendekar datang ke bangunan tukang tempa besi, tapi berbeda dari sebelumya, hari ini wajah mereka sedikit lebih ramah dibandingkan sebelumnya.Hal ini mungkin karena keberadaan Lanting Beruga yang seolah menjadi pengawal bayaran Pak Bungkuk."Tuan, hari ini Ketua Agung mengundangmu datang ke Markas Besar ..." ucap salah satu prajurit tersebut."Tunggulah, aku akan bersiap ..." ucap Pak Bungkuk.Pria itu langsung menemui Lanting Beruga, meminta pemuda itu untuk menemani dirinya ke Markas Besar Aliran Darah Besi. Mengenang sifat Ketua Agung yang mudah marah, Pak Bungkuk merasa butuh ditemani oleh Lanting Beruga."Akhirnya ..." ucap Lanting Beruga, "aku
Ketua Agung menyerang Lanting Beruga lebih dahulu. Pedang yang bernama Kukuto melayang begitu cepat ke arah Lanting Beruga, tapi pemuda itu bisa menahannya dengan cukup baik.Teknik tebasan yang dipakai oleh Ketua Agung benar-benar sangat hebat, jika Lanting Beruga tidak bisa mengimbanginya dengan baik, tentu saja tubuh pemuda itu akan terbelah menjadi dua bagian.Dalam pertarungan yang hanya mengandalkan teknik, Lanting Beruga menggunakan Teknik Awan Berarak.Ini adalah teknik paling bagus utuk menghadapi lawan yang menggunakan serangan jarak dekat. Teknik ini juga dapat digunakan tanpa menggunakan tenaga dalam."Gerakanmu benar-benar lincah anak muda!" ucap Ketua Agung.Dia melompat cukup tinggi, menebaskan pedang ke bawah, tapi Lanting Beruga dapat menghindari serangan itu dengan berkelit ke arah kiri, pada saat yang sama dia menusukan pedang ke samping.Ujung mata pedang mengincar dada Ketua Agung, tapi cukup hebat, ketua itu bisa mengal
"Pedang memiliki hati, yaitu hati dari pemilik pedang," ucap Lanting Beruga, "Tarian Dewa Angin." Wush. Serangan yang dilakukan oleh Ketua Agung Aliran Darah Besi datang tak terduga. Tebasan yang begitu kuat, cepat dan akurat mengincar batang leher Lanting Beruga. Tebasan itu melambangkan kemarahan, dendam, dan kebencian yang mendalam. Semua rasa membunuh dikerahkan dalam satu tebasan cepat ini. Namun, Lanting Beruga berhasil menghindari serangan tersebut, seolah dia telah melihat pola dan arah ayunan pedang lawannya. Lanting Beruga seakan mendengar bisikan halus dari pedang Kukuto di tangan Ketua Agung Aliran Darah Besi. Bisikan halus itu seakan memberi tahu pemuda itu mengenai arah serangan yang akan datang kepadanya. Pedang memiliki hati, yaitu hati dari pemilik pedang. Hanya kalimat biasa, tapi bagi Lanting Beruga, kalimat itu penuh dengan makna. Ketika seorang pendekar telah memahami dasar sebuah pedang, mereka bisa memaha