Ketika di ruang medis, Azuta menyelinap ke dalam dan berhasil menemukan sosok pemuda terbaring tidak berdaya di atas ranjang megah.Keterkejutan, rasa haru, sedih dan senang bercampur aduk saat ini, ketika Azuta melihat tanda lahir putranya yang berada tepat di dada kanan pria tersebut.Tanda berwarna hitam berbentuk seperti daun itu, tidak lain adalah satu-satunya identitas Putra Azuta yang tidak akan hilang meskipun Azuta berusaha menutupinya.Seorang pria tiba-tiba datang mengejutkan Lanting Beruga, "kenapa kau ada di sini? Jangan-jangan kau berniat buruk kepada dirinya.""Tidak!" Azuta langsung bersujud di kaki pendekar itu, sambil menangis haru dan berkata, "Dia adalah putraku, dia adalah putraku, aku mengenali tanda lahirnya, biarkan aku yang merawatnya ..."Pria itu bernama Yuko, Putra tunggal Azuta yang telah lama hilang tanpa kabar setelah bertarung dalam pertandingan level elit.Sudah bertahun tahun, Azuta mencari keberadaan Yuko. Mendatangai banyak tempat, dan bertanya kepa
Pria dengan ikat kepala logam itu menantang Lating Beruga untuk bertarung. Ada sebuah tempat khusus di komplek itu yang dijadikan sebagai tempat para pendekar membuktikan diri mereka.Pria itu mengatakan jika Lanting Beruga bisa mengalahkannya, maka komplek vila itu akan diserahkan kepada Lanting. Dia bahkan mengatakan jika akan menjadi bawahan Lanting Beruga.Namun semua temannya tertawa terbahak-bahak, karena jelas ucapan itu hanyalah ejekan belaka.Sejak beberapa tahun yang lalu, pendekar berikat kepala logam tidak pernah kalah dalam bertarung melawan anak baru. Itu karena dia sangat kuat, juga sangat licik.Akhirnya Lanting Beruga di bawah ke sebuah arena, berbentuk seperti kristal es yang mengambang dua depa dari tanah.Lanting Beruga terpukau melihat arena tersebut. Bagaimana mungkin kristal ini bisa mengambang dari permukaan tanah, siapa orang yang dapat melakukan hal tersebut. Namun dia baru saja sadar, jika semua ini bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi.Perjalanan yang pa
Sebenarnya saat ini, Madam alias pimpinan Sekte Lentera Es masih belum mengetahui siapa sejatinya Lanting Beruga. Dia hanya bisa mengira-ngira saja seperti apa kekuatan Lanting Beruga, dan suhu panas yang selalu menyelimuti tubuh pemuda tersebut.Namun karena masih begitu penasaran, Madam menyerang Lanting Beruga, untuk melihat sejauh apa kekuatan pemuda tersebut.Yang terjadi adalah, dia menjadi terkejut, ketika Lanting Beruga masih dapat berdiri, dan tubuhnya terlihat baik-baik saja.Memang ada beberapa es menyelimuti rambut pemuda itu, tapi dengan cepat es itu langsung lenyap di udara.Semua orang terkejut melihat hal itu, beberapa pendekar yang berada di dekat Lanting Beruga, mulai ragu untuk menyerang dirinya, beberapa yang lain masih terpaku, sedikit tercengang melihat daya tahan tubuh Lanting Beruga yang tidak masuk akal.Dahulu, pernah ada satu orang pendekar lancang mendatangi Madam untuk merebut hatinya, tapi pria itu malah mati sebelum sempat menyentuh kulit tubuh Madam. Pa
Formasi tiga bintang adalah kebanggan bagi tiga tetua utama itu. Dengan formasi itu hampir dipastikan semua lawan mereka tidak bisa berkutik.Menurut catatan sejarah, tiga tetua utama itu pernah berhadapan dengan seorang pendekar level langit tinggi dan berhasil mengalahkan dirinya dengan formasi tersebut.Tiga orang kemudian berbaris, lalu salah satu dari tetua itu melompat ke pundak dua tetua yang lain.Beberapa saat kemudian, mereka mengarahkan mata tombak ke depan, lalu masing-masing mata tombak mengeluarkan seberkas cahaya menyilaukan yang begitu terang.Tidak lama kemudian, mata tombak akhirnya menyatu, dan muncul tiga berkas cahaya terang seperti bintang yang berputar-putar.Lanting Beruga menatap formasi itu dengan tenang, dia bahkan tidak berniat menghindari serangan itu, hanya untuk memastikan apakah formasi itu memang sangat hebat seperti yang diucapkan oleh para tetua itu.Sementara itu, Guru Kilat Putih yang melihat hal itu menghentikan serangannya sesaat, melihat ke ara
Roh api memberi Lanting Beruga dua pilihan, pertama membantu Madam untuk menguasai kekuatan roh air, atau ke dua, mengambil roh air itu dari tubuh Madam.Namun pilihan ke dua cukup sulit dilakukan mengingat mengambil roh air tidak semudah membalikan telapak tangan. Paling tidak mereka harus memiliki sebuah alat seperti yang dimiliki oleh Serikat Naga untuk membelenggu roh air itu.Namun masalahnya, tidak mungkin Lanting Beruga mendapatkan alat itu di tempat ini.Jadi, yang harus dilakukan oleh Lanting Beruga adalah membantu Madam untuk menguasai roh air itu. Lagipula hanya setengah kekuatan dari roh air yang ada di tubuh Madam, jadi mungkin akan lebih mudah dijinakkan.Setelah beberapa waktu kemudian, si Lanting Beruga menemui Si Kembar yang sedang berlatih di tepi rumah mereka.Pertama Lanting Beruga mengatakan jika dia bukan dari wilayah ini, dan hal itu diakuinya dengan sepenuhnya. Dia bahkan mengatakan jika dirinya berasal dari dataran selatan bumi ini. Dan keberadaanya di sini ka
Luar biasa kekuatan kubah tersebut yang diciptakan dari dua ribu pendekar level bumi, membuat pertahanan terbaik yang rupanya benar seperti kabar yang beredar.Sekte Lentera Es dikenal memiliki pertahanan terbaik dari tiga sekte abu-abu yang ada di dunia utara.Bahkan, untuk memecahkan formasi gabungan ribuan pendekar, sekelas Ares saja tidak bisa melakukannya.Sudah beberapa kali, Ares menyerang kubah tersebut, tapi nyatanya pria yang telah mencapai pendekar level dewa itu bahkan tidak bisa meretakkan kubah tersebut.Para pendekar mungkin banyak yang terluka karena hantaman Ares, tapi dengan sigap para pendekar medis melakukan tindakan cepat untuk mengobati mereka.Ini belum termasuk dengan para tetua yang masih bersiaga menunggu perintah untuk Madam."Tidak aku duga," gumam Ares, "Formasi perlindungan yang dimiliki oleh Sekte Lentera Es tidak dapat aku hancurkan dengan jurus level kehancuran dan pendekar level dewa yang aku miliki."Melihat hal itu, Madam hanya bisa tersenyum tipis
Ucapan Lanting Beruga mulai dipahami oleh para penjaga penjara itu, ketika mereka melihat bukan hanya es ini yang meleleh melainkan pula rantai yang membelenggu Lanting Beruga juga mulai ikut meleleh karena suhu panas tersebut.Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, para penjaga penjara terpaksa menggunakan aura alam untuk menahan aura panas yang memancar dari tubuh Lanting Beruga.Benar pula, kini Lanting Beruga yang sejak tadi duduk bersila, mulai berdiri dan melepas semua rantai yang memerah di tubuhnya.Pemuda itu mendekati jeruji besi yang dijadikan sebagai sel tahanan dirinya, dan sangat mudah memotong beberapa besi itu untuk melarikan diri.Namun sebelum para pendekar tingkat tinggi itu melakukan reaksi, Madam beserta tiga tetua utama telah berada di tempat ini.Tatapan Madam begitu penuh arti saat ini, tapi sayangnya wajah Ramah yang biasa ditunjukan oleh Lanting Beruga telah hilang."Aku sudah bilang, aku tidak akan melakukan keributan di tempat ini, aku hanya ingin
Madam tidak pernah menduga jika dia akan mengalami hal yang tidak pernah dia rasakan seumur hidupnya.Pertama kali ketika dia melihat mata merah redup miliki Lanting Beruga, perasaan takut mulai menyelimuti jiwa dan pikiran wanita tersebut.Seakan dia melihat satu sosok mengerikan yang dapat membunuhnya setiap saat. Tentu saja itu adalah mata asura.Setelah satu detik melihat mata tersebut, yang hampir membuatnya merasa seperti hari lamanya, Madam juga mulai merasakan jika kesadarannya tersedot ke dalam lubang yang dipenuhi oleh banyak bintang jatuh.Sensasi seperti ini membuat Madam semakin ketakutan, tapi dia tidak memiliki daya untuk menghentikan ritual tersebut.Madam dipaksa menikmati ribuan bintang jatuh yang melintasi tubuhnya, dan mencoba untuk menutup mata, tapi sialnya, dia masih dapat melihat ribuan bintang tersebut.Ini karena sebenarnya, jiwa Madam sudah dikuasai oleh mata asura Lanting Beruga. Jika ada orang lain yang melihat hal ini, mereka pasti akan menemukan Madam t
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m