Madam akan memberi waktu kepada Arya Mandala untuk menghimpun aura alam, sementara itu dia akan menghadapi Dewa Kehancuran sekuat tanaga.Namun itu tidak berarti, Madam memiliki kepercayaan diri untuk bisa menahan kekuatan Dewa Kehancuran. Hanya menahan saja, hingga kemudian dia berencana untuk menyerang Dewa Kehancuran itu bersama-sama dengan Arya Mandala.Tampaknya itu adalah rencana paling bagus yang bisa dilakukan saat ini, dan juga satu-satunya cara yang dapat mereka lakukan.Mundurpun tampaknya tidak mungkin, karena Dewa Kehancuran sejak awal memang mengincar mereka berdua untuk mendapatkan roh air dan roh logam.Pertarungan sengit antara Madam dan Dewa Kehancuran telah dimulai. Elemen es dan kegelapan saling bertabrakan satu sama lain.Pertarungan yang hebat terjadi di tangah lautan, tapi lautan itu kini telah membeku oleh kekuatan es. Sementara itu, Arya Mandala duduk di tepian pantai dengan posisi duduk bersila.Tampak energi berwana hijau yang berasal dari hutan mulai masuk
Bertarung dengan sekuat tenaga, dengan tekad membara. Tunjukan semua kekuatan yang dimiliki dan kalahkan musuh-musuhmu.Semangat dua manusia itu tidak ternilai lagi. Madam dan Arya Mandala saling bahu membahu untuk menekan kekuatan kegelapan beserta dua roh yang mereka miliki.Lautan yang awalnya dipenuhi dengan es kini telah mencair karena kekuatan roh air, dan mereka bertarung di atas besarnya gelombang laut tersebut.Tebasan pedang bramasta baru saja digunakan, kemudian muncul ikan hiu besar dari dalam lautan, menggigit tubuh Dea Kehancuran. Tentu saja hiu itu bukanlah binatang melainkan energi roh air yang begitu padat hingga menyerupai seekor hiu.Jual beli serangan ini dilakukan dalam waktu yang sangat lama, dan hampir tiada jedanya.Dalam beberapa momen, Dewa Kehancuran tampak terpukul jauh dan mengeluarkan banyak darah dari dalam mulutnya."Aku akan membuat sebuah celah, sisanya aku serahkan kepada dirimu!" Arya Mandala berkata kepada Madam, lalu meluncur ke arah depan, tepatn
Di sisi lain, Lanting Beruga yang baru saja menemukan sebuah perkampungan paling aman yang pernah mereka temui saat ini, sedang menyantap makanan, tapi mendadak dia terhenti."Kenapa?" tanya Satrio Langit.Lanting Beruga masih terdiam, belum menjawab pertanyaan itu, tapi wajahnya tampak sangat gelisah saat ini.Ares yang berada cukup jauh dari posisi Lanting Beruga juga melihat perubahan sikap yang terjadi di wajah Lanting Beruga. Dia juga penasaran, tapi tidak ingin mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pemuda tersebut.Lanting Beruga kemudian berdiri, meninggalkan makanannya. Ini sangat mengejutkan, tidak pernah Lanting Beruga meninggalkan makanan sebelumnya.Dia berdiri di sebuah pelataran yang luas, menatap ke arah langit dengan pandangan yang penuh arti.Satrio Langit yang melihat hal tersebut kini mendekati Ares, dan bertanya apa yang sedang dipikirkan oleh pemuda tersebut."Aku tidak pernah melihat dirinya begitu risau seperti hari ini ...." Setelah beberapa saat kemudi
'Jadi ini adalah manusia lain yang sejak tadi mengganggu perasaanku?' gumam Dewa Kehancuran. Yang dirasakan oleh Dewa Kehancuran sebenarnya bukan aura alam yang dimiliki oleh Bony An, melainkan kekuatan mata asura yang dimilikinya.Kekuatan mata asura kono yang memiliki level sama dengan milik Lanting Beruga, hanya saja dengan kekuatan yang berbeda.Mata asura milik Bony An memungkinkan orang lain mati karena melihat kecantikan dirinya. Kutukan mata yang mengerikan.Namun sayangnya, Bony An tidak bisa menggunakan mata itu kepada Dewa Kehancuran, karena mahluk tersebut tidak dapat melihat matanya.Ah benar-benar sial, kiranya Arya Mandala tidak memenggal kepala mahluk itu dengan pedang Bramasta, mungkin Bony An bisa membunuh Dewa Kehancuran dengan kekuatan matanya.Intan Ayu menatap Bony An dari kejauhan, dan sungguh dia seolah telah melihat bidadari turun dari langit. Kecantikan Bony An tiada duanya, bahkan Intan Ayu mengakui hal tersebut.Namun dia sedikit merinding ketika melihat ma
Namun tanpa di duga, Dewa Kehancuran sengaja memotong kakinya, dimana di dalam kaki itu tersimpan jantung kegelapan.Sebuah tindakan yang tidak terduga baru saja terjadi. Bony An terbelalak, Madam juga demikian. Di waktu yang sama, Kegelapan sengaja membiarkan tubuhnya hancur oleh serangan kipas dan pedang Delima Kemala Putri.Namun dalam dua detik kemudian, tubuh Dewa Kehancuran kembali utus seperti semula."Regenerasi macam apa itu?" Bony An tercengang bukan kepalang. Sekarang, mereka semua tahu jika Dewa Kehancuran memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia sengaja membiarkan tubuhnya dihancurkan oleh Bony An dan Delima Kemala Putri, dan memindahkan jantung pada bagian kaki. Setelah berhasil meletakan jantung di tempat yang aman, Dewa Kehancuran dengan kejam memotong kakinya sendiri.Ada tiga alasan dia melakukan hal tersebut, pertama untuk menghindari serangan kipas dan pedang dari lawannya.Ke dua, agar dia bisa melakukan regenerasi tanpa terhalang oleh dua senjata lawannya.L
Sementara di sisi lain, dua orang pria tua berjalan tertatih di tengah pilar-pilar raksasa Istana Olimpus. Salah satu dari orang tua itu buta matanya, dan satunya lagi kehilangan tangan sebelah kiri.Mereka berjalan dengan perlahan, menyelinap melalui ruang rahasia yang berada di Istana tersebut. Sepertinya, dua orang tua itu mengenal jelas Istana ini lebih dari siapapun."Husttt!" pria yang satunya menarik tubuh temannya ketika budak kegelapan hampir saja menemukan lokasi keberadaan mereka. "Hampir saja kita ketahuan."Kedatangan dua orang tua ini bertujuan untuk mengambil sebuah kitab yang disebut dengan Serat Dewa. Kitab itu berisi sebuah mantra suci yang digunakan untuk memanggil dewa langit.Namun ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, karena yang mereka inginkan bukanlah mendatangkan dewa langit melainkan membangkitkan Jiwa Dewa Tersesat.Siapa dua orang ini? mereka tidak lain dan tidak bukan merupakan petinggi Bangsawan Dunia yang rupanya selamat dari amukan Dewa Kehancuran ka
Serangan yang dilakukan oleh Dewa Kehancuran kali ini tidak bisa ditahan oleh kutukan mata Asura Bony An. Sebab serangan itu menggabungkan dua kekuatan roh yang sangat dahsyat.Mata Bony An berdarah lebih banyak dari sebelumnya, dengan perasaan kepala yang terbakar dan terbelah.Memaksakan kekuatan mata tersebut, nyatanya menguras banyak aura alam yang dimiliki oleh Bony An.Tidak seperti Lanting Beruga yang menggunakan energi batin, kekuatan mata asura milik Bony An murni menggunakan aura alam.Sayangnya, Bony An bukanlah pendekar level dewa seperti Madam atau Arya Mandala, itu artinya aura alam yang ada di tubuh Bony An juga terbatas.Cahaya terang kini berpijar hingga ke angkasa, menggetarkan pulau tersebut, dan meluluh lantakan pinggiran panti.Bony An hanya berhasil mengurangi setengah dari kekuatan serangan tersebut, tapi sayangnya dia harus mendapatkan luka yang cukup parah karena serangan Dewa Kehancuran.Di sisi lain, Delima Kemala Putri berusaha menyelamatkan Arya Mandala ya
"Apa yang kau lakukan?" Bony An benar-benar menyesalkan semua tindakan ceroboh yang dilakukan oleh Intan Ayu.Masalah besar akan terjadi, dan pasti akan terjadi karena tindakan bodoh tersebut.Sekarang, di tangan Dewa Kehancuran ada bola cahaya putih terang. Itu bukan cahaya biasa, itu adalah serpihan dari pedang Bramasta, tepatnya pada bagian ujung bilah mata pedang tersebut.Apa yang terjadi sebenarnya hanya bisa dilihat oleh Bony An. Dimana ketika Intan Ayu menggunakan pedang tersebut, Dewa Kehancuran menahannya dengan tiga kekutan roh sekaligus.Hal buruk yang terjadi kemudian adalah pedang Bramasta patah pada bagian ujungnya. Namun itu tidak sesederhana yang dipikirkan oleh orang biasa.Itu artinya, dia mendapatkan pecahan dari roh logam. Intan Ayu baru menyadari kesalahannya setelah melihat kondisi pedang Bramasta yang patah pada bagian ujungnya."Kenapa aku melakukan ini?" Intan Ayu mendadak merinding, dia menatap ke arah Bony An yang tertunduk lesu, kemudian menatap ke arah D
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m