Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Siksaan Energi Batin

Share

Siksaan Energi Batin

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Uhuk ...." Putra Azuta mengeluarkan darah merah saat ini dari dalam mulutnya, dan dia terpukul mundur dua langkah ke belakang. Sekarang, pria itu merasakan dadanya seolah terbakar oleh api  yang membara, atau pula seperti dia sedang meminum cairan magma yang panas.

Jantungnya mulai berdebar-debar, dengan nafas yang terlihat tersengkal-sengkal di kerongkongan.

Mata pria itu masih nanar menatap Lanting Beruga di dalam arena pertandingan, dan semua orang tahu apa yang sedang terjadi dengan dirinya.

Beberapa tetua mulai meragukan kekuatan Putra Azuta untuk mengalahkan Lanting Beruga alias pendekar kerdil yang memiliki aneka ragam teknik yang aneh.

Beberapa saat yang lalu, Putra Azuta dengan Kian yang dikendalikan oleh dirinya, mencoba menyerang Lanting Beruga, tapi sayang sekali, pria kerdil itu malah berhasil menahan serangannya.

Lebih jauh lagi, serangan Lanting Beruga rupanya lebih kuat dibandingkan miliknya sehingga tubuh asli Putra Azut
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (26)
goodnovel comment avatar
PANCUR CUK
wkwkwkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Slamet Arifin
bener bang saya juga _ependapat dengan anda
goodnovel comment avatar
Abd Aziz M
pokoknya mantabbbbbb tetap semangat menunggu LB ( Lebaran Bahagia....)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Gangguan Jiwa

    Bahkan mesikpun para pendekar medis telah turun tangan untuk membantu sesepuh tersebut, tapi entah kenapa luka dalam yang diterima oleh Putra Azuta dirasakan tidak membaik, bahkan  semakin bertambah parah.Mulai khawatir dengan kondisi Putra Azuta, para pendekar medis datang lebih banyak lagi dari sebelumnya. Mereka mengirim aura alam untuk menyembuhkan pria tersebut, tapi pada dasarnya mereka tidak bisa menyembuhkan mental Putra Azuta yang semakin ditekan oleh Lanting Beruga.Dalam beberapa saat kemudian, Putra Azuta mendadak jatuh berlutut dengan darah segar yang keluar dari dalam mulut, bahkan darah dalam matanya pula.Tidak lebih dari lima menit saja, Putra Azuta yang telah menguasai tubuh Kian akhirnya kalah melawan Lanting Beruga yang tanpa melakukan apapun kepada pria tersebut.Hanya lima menit saja, sangat singkat bukan, orang-orang masih diselimuti rasa cemas tapi pertarungan ini telah berakhir.Namun berbeda dengan Putra Azuta,

  • LANTING BRUGA   Tingkatan Para Pendekar Sekte Lentera Es

    Di hari yang sama semua peserta yang berhasil masuk dalam dua puluh besar resmi dilantik menjadi pendekar Sekte Lentera Es. Mereka mendapatkan sebuah identitas diri, berupa lencana yang terbuat dari perunggu. Lencana ini menunjukan bahwa mereka hanyalah pendekar kelas biasa di Sekte Lentera Es ini. Ada tiga level jabatan di sekte Lentera Es, pertama level biasa atau pula level rendah, yaitu bagi mereka yang baru beberapa tahun bergabung dengan Sekte Lentera Es.Kemudian level menengah dengan lencana yang terbuat dari perak, lalu level tinggi dengan lencana yang terbuat dari emas.Pendekar level tinggi ini ialah mereka yang telah lama bergabung dengan Sekte Lentera Es dan telah menyumbang kontribusi yang sangat besar bagi perguruan tersebut.Setelah level tinggi ini, maka seorang pendekar akan diangkat menjadi tetua yang mengurus sekte tersebut.Di Sekte ini, untuk naik level bukan hanya dinilai dari sisi kekuatan saja, tapi juga dari sisi kontribusi yang telah mereka lakukan kepad

  • LANTING BRUGA   Permohonan Azuta

    Ketika di ruang medis, Azuta menyelinap ke dalam dan berhasil menemukan sosok pemuda terbaring tidak berdaya di atas ranjang megah.Keterkejutan, rasa haru, sedih dan senang bercampur aduk saat ini, ketika Azuta melihat tanda lahir putranya yang berada tepat di dada kanan pria tersebut.Tanda berwarna hitam berbentuk seperti daun itu, tidak lain adalah satu-satunya identitas Putra Azuta yang tidak akan hilang meskipun Azuta berusaha menutupinya.Seorang pria tiba-tiba datang mengejutkan Lanting Beruga, "kenapa kau ada di sini? Jangan-jangan kau berniat buruk kepada dirinya.""Tidak!" Azuta langsung bersujud di kaki pendekar itu, sambil menangis haru dan berkata, "Dia adalah putraku, dia adalah putraku, aku mengenali tanda lahirnya, biarkan aku yang merawatnya ..."Pria itu bernama Yuko, Putra tunggal Azuta yang telah lama hilang tanpa kabar setelah bertarung dalam pertandingan level elit.Sudah bertahun tahun, Azuta mencari keberadaan Yuko. Mendatangai banyak tempat, dan bertanya kepa

  • LANTING BRUGA   Mengusik Pimpinan

    Pria dengan ikat kepala logam itu menantang Lating Beruga untuk bertarung. Ada sebuah tempat khusus di komplek itu yang dijadikan sebagai tempat para pendekar membuktikan diri mereka.Pria itu mengatakan jika Lanting Beruga bisa mengalahkannya, maka komplek vila itu akan diserahkan kepada Lanting. Dia bahkan mengatakan jika akan menjadi bawahan Lanting Beruga.Namun semua temannya tertawa terbahak-bahak, karena jelas ucapan itu hanyalah ejekan belaka.Sejak beberapa tahun yang lalu, pendekar berikat kepala logam tidak pernah kalah dalam bertarung melawan anak baru. Itu karena dia sangat kuat, juga sangat licik.Akhirnya Lanting Beruga di bawah ke sebuah arena, berbentuk seperti kristal es yang mengambang dua depa dari tanah.Lanting Beruga terpukau melihat arena tersebut. Bagaimana mungkin kristal ini bisa mengambang dari permukaan tanah, siapa orang yang dapat melakukan hal tersebut. Namun dia baru saja sadar, jika semua ini bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi.Perjalanan yang pa

  • LANTING BRUGA   3 lawan 1

    Sebenarnya saat ini, Madam alias pimpinan Sekte Lentera Es masih belum mengetahui siapa sejatinya Lanting Beruga. Dia hanya bisa mengira-ngira saja seperti apa kekuatan Lanting Beruga, dan suhu panas yang selalu menyelimuti tubuh pemuda tersebut.Namun karena masih begitu penasaran, Madam menyerang Lanting Beruga, untuk melihat sejauh apa kekuatan pemuda tersebut.Yang terjadi adalah, dia menjadi terkejut, ketika Lanting Beruga masih dapat berdiri, dan tubuhnya terlihat baik-baik saja.Memang ada beberapa es menyelimuti rambut pemuda itu, tapi dengan cepat es itu langsung lenyap di udara.Semua orang terkejut melihat hal itu, beberapa pendekar yang berada di dekat Lanting Beruga, mulai ragu untuk menyerang dirinya, beberapa yang lain masih terpaku, sedikit tercengang melihat daya tahan tubuh Lanting Beruga yang tidak masuk akal.Dahulu, pernah ada satu orang pendekar lancang mendatangi Madam untuk merebut hatinya, tapi pria itu malah mati sebelum sempat menyentuh kulit tubuh Madam. Pa

  • LANTING BRUGA   Jasad Atau Wadah

    Formasi tiga bintang adalah kebanggan bagi tiga tetua utama itu. Dengan formasi itu hampir dipastikan semua lawan mereka tidak bisa berkutik.Menurut catatan sejarah, tiga tetua utama itu pernah berhadapan dengan seorang pendekar level langit tinggi dan berhasil mengalahkan dirinya dengan formasi tersebut.Tiga orang kemudian berbaris, lalu salah satu dari tetua itu melompat ke pundak dua tetua yang lain.Beberapa saat kemudian, mereka mengarahkan mata tombak ke depan, lalu masing-masing mata tombak mengeluarkan seberkas cahaya menyilaukan yang begitu terang.Tidak lama kemudian, mata tombak akhirnya menyatu, dan muncul tiga berkas cahaya terang seperti bintang yang berputar-putar.Lanting Beruga menatap formasi itu dengan tenang, dia bahkan tidak berniat menghindari serangan itu, hanya untuk memastikan apakah formasi itu memang sangat hebat seperti yang diucapkan oleh para tetua itu.Sementara itu, Guru Kilat Putih yang melihat hal itu menghentikan serangannya sesaat, melihat ke ara

  • LANTING BRUGA   Serikat Naga Muncul

    Roh api memberi Lanting Beruga dua pilihan, pertama membantu Madam untuk menguasai kekuatan roh air, atau ke dua, mengambil roh air itu dari tubuh Madam.Namun pilihan ke dua cukup sulit dilakukan mengingat mengambil roh air tidak semudah membalikan telapak tangan. Paling tidak mereka harus memiliki sebuah alat seperti yang dimiliki oleh Serikat Naga untuk membelenggu roh air itu.Namun masalahnya, tidak mungkin Lanting Beruga mendapatkan alat itu di tempat ini.Jadi, yang harus dilakukan oleh Lanting Beruga adalah membantu Madam untuk menguasai roh air itu. Lagipula hanya setengah kekuatan dari roh air yang ada di tubuh Madam, jadi mungkin akan lebih mudah dijinakkan.Setelah beberapa waktu kemudian, si Lanting Beruga menemui Si Kembar yang sedang berlatih di tepi rumah mereka.Pertama Lanting Beruga mengatakan jika dia bukan dari wilayah ini, dan hal itu diakuinya dengan sepenuhnya. Dia bahkan mengatakan jika dirinya berasal dari dataran selatan bumi ini. Dan keberadaanya di sini ka

  • LANTING BRUGA   Aura Panas Milik Siapa

    Luar biasa kekuatan kubah tersebut yang diciptakan dari dua ribu pendekar level bumi, membuat pertahanan terbaik yang rupanya benar seperti kabar yang beredar.Sekte Lentera Es dikenal memiliki pertahanan terbaik dari tiga sekte abu-abu yang ada di dunia utara.Bahkan, untuk memecahkan formasi gabungan ribuan pendekar, sekelas Ares saja tidak bisa melakukannya.Sudah beberapa kali, Ares menyerang kubah tersebut, tapi nyatanya pria yang telah mencapai pendekar level dewa itu bahkan tidak bisa meretakkan kubah tersebut.Para pendekar mungkin banyak yang terluka karena hantaman Ares, tapi dengan sigap para pendekar medis melakukan tindakan cepat untuk mengobati mereka.Ini belum termasuk dengan para tetua yang masih bersiaga menunggu perintah untuk Madam."Tidak aku duga," gumam Ares, "Formasi perlindungan yang dimiliki oleh Sekte Lentera Es tidak dapat aku hancurkan dengan jurus level kehancuran dan pendekar level dewa yang aku miliki."Melihat hal itu, Madam hanya bisa tersenyum tipis

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status