Lanting Beruga menarik nafas panjang-panjang saat ini, kemudian berteriak keras seperti auman seekor singa yang marah. "NEONNNNNN! KELUARLAH!"
Teriakan pemuda itu disambut oleh ratusan pendekar level bumi rendah yang telah menunggu kedatangannya sejak tadi.
"Bunuh pemuda itu!"
Semuanya serentak mengambil ancang-ancang, lalu menyerbu Lanting Beruga dengan segenap kekuatan yang mereka miliki. Ah sial, Lanting Beruga tidak dapat menemukan Neon di tempat ini, dan harus berhadapan terlebih dahulu dengan pendekar atau pula prajurit, -entah harus menyebutnya dengan apa, sebab pakaian mereka terlihat mirip dengan nuansa keprajuritan-, dan mereka semua sangat kuat.
Jika ada 100 pendekar level bumi rendah yang menyerang Kerajaan Sursena atau pula kerajaan lain di Benua Sundaland, maka dapat dipastikan kerjaan itu akan runtuh hanya dalam beberapa jam saja.
Pasukan sebesar ini adalah impian yang terlihat mustahil bagi kalangan kerajaan di Bumi Selatan, d
Sementara itu, kelompok yang dipimpin oleh Eros yaitu teman yang didatangi oleh Damon pertama kali ketika masuk ke dalam Kota Air, kini juga mendapatkan masalah.Seperti Damon, Eros merupakan teman dekat Arkatama pendekar yang terkena kutukan dari Yunan. Jika Damon adalah tangan kiri mungkin Eros bisa dianggap sebagai tangan kanan bagi Artakama. Dua orang itu adalah pendekar kepercayaan bukan hanya bagi Arkatama tapi bagi para warga yang mengalami kemalangan semenjak kepemimpinan Neon.Sayangnya, misi perjalanan Eros untuk mencapai Dataran Tinggi dan mengacaukan pabrik sumber daya pelatihan kini dihadang oleh Rea, salah satu eksekutif tinggi Keluarga Gagak Hitam, dan sudah dianggap sebagai adik bagi Neon."Kalian tidak pernah jera?" ucap Rea, seraya menarik sebuah pedang berbentuk sehelai bulu burung gagak dengan warna coklat tua. "Sepertinya, hari ini semua tindakan kalian yag mengancam Keluarga Gagak Hitam harus dihentikan dengan membunuhmu di tempat ini."
Lanting Beruga menatap ke sisi lain, ketika debu dan ledakan yang dihasilkan oleh pertarungan Eros dan Rea terjadi. Bukan hanya dirinya, ratusan pendekar yang selalu berdatangan untuk menghentikan Lanting Beruga juga menatap ke arah yang sama untuk beberapa waktu yang singkat."Sepertinya, pertarungan ini sudah dimulai?" ucap Lanting Beruga.Merasa Lanting Beruga menurunkan kewaspadaan, 9 prajurit Keluarga Gagak Hitam memanfaatkan hal itu untuk menyerang Lanting Beruga dari empat sisi berbeda.Mereka melepaskan jurus level tinggi, menyerang pemuda itu dengan kekuatan penuh, hingga sekarang tanah yang dipijaki oleh Lanting Beruga, dihujani oleh cahaya warna-warni.Rentetan ledakan terjadi begitu dashyat di tempat itu, sekaligus menggetarkan Kastil kebanggan Keluarga Gagak Hitam.Debu mengepul, menutupi pandangan para prajurit yang mengira telah berhasil melumpuhkan Lanting Beruga."Serangan kita mengenai tubuh orang ini, aku yakin dia tidak a
Baru pula mereka selesai mengatakan hal itu, tiba-tiba tepat diantara Lanting Beruga dan prajurit tersebut, muncul lagi satu patung batu batu besar yang ukurannya mungkin dua kali pohon kelapa, atau sedikit lebih pendek. Matanya bersinar terang, seolah obor yang menyala di tengah malam. Kali ini tampilan patung batu besar itu sedikit berbeda dengan patung batu yang dilawan oleh Lanting Beruga di dalam lorong bawah tanah. Patung ini memiliki dua tanduk seperti banteng, dengan gigi taring seperti babic. Dia punya tangan jauh lebih besar daripada kakinya yang terlihat lebih pendek, dan sekarang tangan besar itu sedang terangkat tinggi lalu menderu ke arah Lanting Beruga. Booom. Tinju patung itu mendarat dipermukaan tanah, membuat dataran tinggi kembali bergetar hebat, dan kastil Gagak Hitam berguncang. Tanah bergelombang ketika tinju itu mendarat, membuat beberapa prajurit terpental beberapa puluh depa jauhnya. Serangan tersebut memang te
Kemunculan raksasa batu di atas dataran tinggi, mulai menarik perhatian semua penduduk Kota Air Akelois. Dari semenjak Areta dijadikan sebagai Eksekutif tinggi di Keluarga Gagak Hitam, mereka tidak pernah melihat gadis kecil itu menciptakan sebuah raksasa batu yang sebesar yang mereka lihat saat ini.Ribuan penduduk kota semakin bertambah khawatir dan was-was, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi dengan Kota ini.Pertarungan ada dimana-mana, dan menimbulkan kerusakan yang begitu parah pada rumah mereka."Apakah Kota Air Akelois akan berakhir hari ini?" salah satu pria berkata dengan nada serak lagi bergetar, sinar matanya mulai redup, membayangkan kehancuran kota ini yang diakibatkan oleh pertempuran tersebut."Apa yang harus kita lakukan? apakah kita harus pergi dari tempat ini?""Bagaimana caranya?" salah satu warga yang lain menimpali pula, "berenang melewati air Akelois hanya akan membuat kita mati keracunan, kita tidak punya pilihan
Satu jam telah berlalu begitu cepat, kekacauan yang ditimbulkan oleh pertarungan antar pendekar memang tidak dapat dihindari lagi. Lebih-lebih beberapa orang hebat itu, mulai berpindah tempat.Sementara itu, Neon tampaknya lebih memikirkan Pabrik Sumber Daya Pelatihan dibandingkan keadaan Kota Air Akelois. Dia tidak peduli dengan penduduk yang terluka atau pula anak buahnya yang terbunuh. Bagi Neon, semua sumber daya pelatihan harus siap besok pagi, sebelum Sekte Abu-Abu datang ke tempat ini."Simpan semua sumber daya di dalam gudang, tutup dengan rapat, dan pastikan tidak ada yang mendekati gudang tersebut!" teriak Neon, memerintahkan kepala pabrik sumber daya untuk segera mengangkut sumber daya pelatihan.Jikapun pertarungan yang melibatkan pabrik ini terjadi, maka paling tidak ada stock sumber daya pelatihan yang bisa diamankan untuk besok pagi.Namun tidak dapat disembunyikan, wajah Neon menampakan ketegangan dan kekhawatiran. Ada ba
Kehebatan Pendekar Kaki Batu rupanya tidak cukup kuat untuk menghadapi semua serangan Achiles sang pemimpin keluarga Camar Putih. Nyatanya, tidaka ada satupun serangan Pendekar Kaki Batu yang berhasil melukai tubuh Achiles, tidak ada!Satu jam sebelum benturan terjadi, Pendekar Kaki Batu melepaskan sebuah serangan tendangan, yang menarik perhatian semua orang.Ya, pada saat itu, Pendekar Kaki Batu melompat ke atas awang-awang, dan pada saat yang sama, kaki pincangnya berubah menjadi besar seperti kaki raksasa, ukurannya mungkin sebesar rumah dengan urat besar dan kuku yang tajam.Kaki itu bukan hanya besar dan kekar, tapi juga mulai berubah warna menjadi warna beton.Dengan menggunakan kaki tersebut, Pendekar Kaki Beton menendang tubuh Achiles, tapi hal tak terduga membuat dirinya hampir saja muntah darah.Kaki sebesar itu, dapat ditahan oleh Achiles dengan satu telapak tangannya saja. Tidak lebih! tubuh Achiles memang bergerak beberapa
Raksasa Batu semakin mengamuk di atas dataran tinggi, lebih-lebih ketika dia menyadari bahwa kemunculannya tidak lantas membuat Lanting Beruga berhenti membantai semua prajurit penjaga Kastil Gagak Hitam.Areta gadis kecil yang mengendalikan raksasa batu tersebut, mulai kehabisan cara untuk menekan Lanting Beruga.Dia telah menggunakan semua teknik yang dimilikinya, mencoba menekan Pemuda itu, tapi hingga saat ini, Lanting Beruga hanya terkena tiga kali pukulan tinju besar raksasa. Tiga kali pukulan itu, tidak membuat Lanting Beruga jatuh.Seolah raksasa batu baru saja meninju seonggok logam yang memiliki kekerasan 10 kali lipat dari logam biasa."Apa yang terjadi, kenapa aku tidak bisa membunuh manusia ini?" Areta diliputi dengan penuh tanda tanya besar, sekarang dia baru menyadari jika Lanting Beruga berbeda dari orang-orang yang pernah dia hadapi.Kebanyakan musuh yang pernah melawan raksasa batu, tidak sampai menerima 3 kali serangan
Areta kini hanya sendiri, semua pasukan yang dimiliki oleh dirinya telah lenyap sudah, di habisi oleh Lanting Beruga tanpa tersisa.Raksa batu besar yang memiliki ukuran lebih dari dua kali pohon kelapa tersebut, tidak mampu melakukan tugas seperti yang diharapkan oleh Kelompok Gagak Hitam, dan ini mungkin kegagalan pertama bagi gadis kecil tersebut.Lanting Beruga sekali lagi menatap batu besar itu dengan mata asura, menemukan jalur energi yang berasal dari dalam Kastil Gagak Hitam yang letaknya mungkin hanya beberapa ratus depa dari tempat mereka bertarung."Jadi kau bersembunyi di dalam bangunan itu?" Lanting Beruga mengerahkan sedikit lebih banyak energi api ke dalam pedangnya, dan melompat ke awang-awang hingga posisi tubuh pemuda itu sejajar dengan wajah Patung Besar tersebut."Terima ini!" teriak Lanting Beruga, pada saat yang sama, cahaya merah terang memancar seperti bulan sabit, lalu membelah patung batu besar itu menjadi dua bagian.