Pertarungan antara Lanting Beruga dan Tetua Ardhana berlangsung dengan begitu lama, pulau Bayangan sudah hancur di banyak sisi, tapi sejauh ini belum ada yang bersedia mengaku kalah.
Lanting Beruga telah 5 kali terkena serangan telak Tetua itu, tapi sampai sekarang dia masih bisa bertarung dengan sangat baik.
Sementara di sisi lain, sepertinya Tetua Ardhana sudah menguras banyak sekali aura alam di dalam tubuhnya, tapi nyatanya dia belum berhasil membunuh Lanting Beruga.
"Sial ..." gumam Tetua Ardhana, menyadari serangannya tidak sekuat sebelumnya. "Aura alam yang kumiliki mulai habis."
Aura Alam hampir sama dengan tenaga dalam, memiliki kapasitas tertentu di dalam tubuh. Banyak atau sedikitnya aura alam yang diserap di dalam tubuh, tergantung dari pendekar itu sendiri, dan inilah yang membedakan level antara pendekar di luar jalur Tanpa Tanding.
Menyerap aura alam tidak bisa dilakukan dengan cepat, begitu pula dengan tenaga dalam.
Beberapa
Empat Tetua menyerang seorang pemuda yang lengah? dimana jiwa satria mereka beempat?Lanting Beruga memuntahkan darah dari dalam mulut, sebelum kejadian lain menimpa dirinya.Tubuh pemuda itu melambung ke atas langit, kemudian berangsur-angsur jatuh ke bumi, tapi pada saat empat orang tetua menyatukan kekuatan mereka untuk menghancurkan tubuh Lanting Beruga.Tidak ada pikiran jernih dari ke empat tetua itu, mereka tidak memikirkan akan berurusan dengan Ketua Devisi. Tidak.Yang mereka tahu hanya satu, bunuh Lanting Beruga di tempat ini, sekarang juga, selagi sempat. Atau dia akan jadi mala petaka dikemudian hari.Pow Pow.Mata Lanting Beruga berdenyut, pada saat yang sama dia melihat ke bawah, menemukan kekuatan yang begitu dahsyat sebentar lagi akan menghantam dirinya.Namun.Tiba-tiba dia merasakan waktu bergerak sangat lambat, Lanting Beruga bisa melihat dengan jelas orang-orang di bawah sana sedang memperingatkan dirinya.
Semua orang segera berlutut ketika sosok pria sangat berwibawa berdiri tepat dihadapan mereka. Lanting Beruga jatuh tepat di depan pria itu.Siapa dia? tentu saja Pimpinan Serikat Satria, pria itu datang tepat waktu sebelum Lanting Beruga menghabisi semua tetua yang ada."Apa yang terjadi?" tanya Pimpinan Serikat kepada beberapa tetua yang ada di sini, "katakan sejujurnya!""Begini Pimpinan ..." teman Lanting Beruga, wanita yang diajarinya menggunakan pedang menjelaskan kronologis yang terjadi di tempat ini.Mulai dari Lanting Beruga beruga diangkat sebagai tangan kanan Ketua Devisi Bayangan, sampai ketidak manusiawian beberapa tetua dengan merencanakan pembunuhan terhadap Lanting Beruga.Ketua Devisi telah menyingkirkan beberapa tetua yang mencoba membunuh Lanting Beruga, tapi pada dasarnya ada lebih banyak tetua yang tidak menyukai pemuda itu."Ketua Devisi meminta Saudara Elang Api untuk berlatih, karena dia memilih gulungan angkara
Balawa memeluk Lanting Beruga dengan erat, seolah mereka sudah berpisah cukup lama, padahal hanya beberapa bulan saja. "Karena dirimu, aku sekarang menjadi murid Devisi Pengobatan, ya walaupun masih menjadi tukang urus tanaman." Balawa kemudian membawa Lanting Beruga ke sebuah tempat yang sedikit lebih sepi, sebuah kedai yang menyediakan banyak minuman tuak. "Kau mau minum?" taya Balawa. "Air putih," jawab Lanting Beruga, "Juga dengan daging ayam." Balawa dengan senang hati menjamu Lanting Beruga dengan banyak makanan. Pemuda itu rupanya cukup cerewet, dia menceritakan banyak hal mengenai Devisi Pengobatan dan gadis-gadis cantik yang menjadi seniornya. Mendengar jika Lanting Beruga handapatkan masalah, Balawa bergegas menuju Istana Serikat untuk melihat kondisi pemuda tersebut. "Aku tidak menduga kau menang melawan para tetua itu ..." Lanting Beruga hanya tersenyum, tidak sempat berkata karena mulutnya penuh dengan bany
5 Hari Lanting Beruga berada di Istana ini, membuatnya menjadi sangat jenuh. Setiap hari dia hanya merenungkan teknik Angkara Jagat, tapi tidak bisa menerapkannya dalam latihannya nyata.Ada puluhan simulasi di kepala pemuda tersebut, tapi tidak satupun yang bisa di praktekan.Hari ke enam, Lanting Beruga menyelinap keluar Istana, dia pergi buru-buru sampai pada sebuah dermaga kecil.Sorang petugas dermaga memperhatikan Lanting Beruga, lalu mengerti siapa pemuda tersebut."Kau yang dijuluki sebagai Elang Api?" tanya penjaga dermaga itu."Dari mana kau tahu?" tanya Lanting Beruga."Kau tidak punya tenaga dalam, dan mata kirimu tertutup ..." jawab pria itu."Bisakah kau bawa aku ke Pulau Bayangan?" tanya Lanting Beruga.Pria itu menggelengkan kepala, dia mengatakan bahwa Pimpinan Serikat Satria tidak mengizinkan siapapun membawa Lanting Beruga keluar dari Pulau utama Serikat Satria.Jika dia memang ingin pergi, Pimpinan Se
Armanawa dan Intinagi berusaha melihat sosok yang ditunjuk oleh Lanting Beruga, tapi sungguh mereka tidak bisa melihatnya dengan jelas.Lanting Beruga sebenarnya tidak bisa melihat orang itu secara detil, karena mata kirinya hanya akan menunjukan warna hijau dan merah ketika siang hari.Namun Lanting Beruga bisa menjamin, jika dua orang itu mungkin sangat berbahaya dibandingkan sekelompok orang yang dia lihat barusan."Aku melihatnya!" ucap Armanawa, saat dua orang itu pergi ke pulau tersebut dengan menaiki satu ekor ikan paus besar.Lanting Beruga benar-benar terpana saat ini, bukan karena merasakan kekuatan dua orang itu tapi karena melihat paus raksasa yang bisa mengangkut manusia."Kenapa aku tidak terpikir hal ini," gumam Lanting Beruga.Garuda Kencana melirik ke arah Lanting Beruga di atas pundaknya, tampaknya menyadari niat buruk pemuda itu terhadap dirinya.Buru-buru Garuda Kencana terbang meninggalkan Lanting Beruga, se
Mereka bertiga akhirnya mendarat di tepian pantai, hutan lebat menjadi pagar bagi pulau kecil ini.Setelah menarik tubuh Lanting Beruga, Arnawama bersembunyi di dalam semak belukar sambil mempelajari situasi yang ada di pulau ini.Pulau Hantu, demikian mereka menyebut pulau ini. Menurut informasi, pulau ini dihuni oleh manusia primitif yang belum mengenal peradaban modern.Jadi, mereka bukan hanya harus berhati-hati terhadap para pendekar yang sudah lebih dahulu datang ke sini, tapi juga waspada jangan sampai ketahuan oleh penduduk setempat."Prasasti itu ada di sini ..." Intinagi menunjuk sebuah titik yang ada di dalam peta, kemudian melihat ke atas tepat pada gunung bebatuan tinggi menjulang yang berkabut."Kita akan bergerak pelan ..." ucap Arnawama, "Kau ..." pria itu menarik tubuh Lanting Beruga yang masih tergeletak di pasir putih, "Cepat jalan, aku tidak mungkin menggendongmu!"Lanting Beruga merengek sekali lagi, sebelum kemudian ber
Lanting Beruga mencari sesuatu, biasanya setiap goa memiliki celah lain selain pintu utama yang bisa dilewati.Benar, dia menemukan celah itu setelah memperhatikan wilayah gunung bebatuan ini.Tanpa menunggu lama, Lanting Beruga masuk, celah kecil hampir saja membuat tubuhnya terjepit. Jika tubuhnya sedikit lebih besar, mungkin saja Lanting Beruga tidak bisa melewati celah itu.Butuh usaha sedikit lebih keras, akhirnya dia tiba di dalam salah satu rungan goa ini.Gelap gulita, tanpa mata kirinya Lanting Beruga tidak mungkin bisa berjalan di dalam goa ini.Suara tetes air terdengar bergema di dalam goa, sesekali terdengar pula suara kelelawar bersiul, yang menimbulkan sensi tersendiri.Setelah berjalan cukup lama, Lanting Beruga menemukan ruangan lain yang diterangi oleh cahaya obor."Ha hu ha hu ..." Dua orang tiba-tiba muncul dari lorong lain, membuat Lanting Beruga nyaris saja ketahuan jika buka karena dia bergerak cepat lagi memasu
Lanting Beruga nyengir kuda ketika semua penghuni goa ini menyebutnya sebagai leluhur."Leluhur apa yang harus kami lakukan?""Mereka ingin menyerang peninggalanmu yang berharga, membunuh semua suami dan anak-anak kami ...""Benar, Kau harus melakukan sesuatu!"Lanting Beruga menutup matanya, menutup telinga karena ocehan semua orang di sini telah membuatnya menjadi kesal. Lagipula, tidak ada satu kalimatpun yang bisa dimengerti oleh Lanting Beruga.Semuanya terdengar asing."Kalian bisa diam!" bentak Lanting Beruga.Seperti kerbau yang dicolok hidungnya, semua orang di tempat ini serentak tak bersuara."Biarkan aku berpikir ..." ucap Lanting Beruga.Dia menyapukan pandangan ke atas langit, tempat ini masih bergetar karena pertarungan yang terjadi antara utusan Serikat Naga melawan Klan Pasir Hitam.Namun, jika semakin lama, tempa tini bisa saja runtuh karena tindakan bodoh mereka.Lanting Beruga meng