5 Hari Lanting Beruga berada di Istana ini, membuatnya menjadi sangat jenuh. Setiap hari dia hanya merenungkan teknik Angkara Jagat, tapi tidak bisa menerapkannya dalam latihannya nyata.
Ada puluhan simulasi di kepala pemuda tersebut, tapi tidak satupun yang bisa di praktekan.
Hari ke enam, Lanting Beruga menyelinap keluar Istana, dia pergi buru-buru sampai pada sebuah dermaga kecil.
Sorang petugas dermaga memperhatikan Lanting Beruga, lalu mengerti siapa pemuda tersebut.
"Kau yang dijuluki sebagai Elang Api?" tanya penjaga dermaga itu.
"Dari mana kau tahu?" tanya Lanting Beruga.
"Kau tidak punya tenaga dalam, dan mata kirimu tertutup ..." jawab pria itu.
"Bisakah kau bawa aku ke Pulau Bayangan?" tanya Lanting Beruga.
Pria itu menggelengkan kepala, dia mengatakan bahwa Pimpinan Serikat Satria tidak mengizinkan siapapun membawa Lanting Beruga keluar dari Pulau utama Serikat Satria.
Jika dia memang ingin pergi, Pimpinan Se
Armanawa dan Intinagi berusaha melihat sosok yang ditunjuk oleh Lanting Beruga, tapi sungguh mereka tidak bisa melihatnya dengan jelas.Lanting Beruga sebenarnya tidak bisa melihat orang itu secara detil, karena mata kirinya hanya akan menunjukan warna hijau dan merah ketika siang hari.Namun Lanting Beruga bisa menjamin, jika dua orang itu mungkin sangat berbahaya dibandingkan sekelompok orang yang dia lihat barusan."Aku melihatnya!" ucap Armanawa, saat dua orang itu pergi ke pulau tersebut dengan menaiki satu ekor ikan paus besar.Lanting Beruga benar-benar terpana saat ini, bukan karena merasakan kekuatan dua orang itu tapi karena melihat paus raksasa yang bisa mengangkut manusia."Kenapa aku tidak terpikir hal ini," gumam Lanting Beruga.Garuda Kencana melirik ke arah Lanting Beruga di atas pundaknya, tampaknya menyadari niat buruk pemuda itu terhadap dirinya.Buru-buru Garuda Kencana terbang meninggalkan Lanting Beruga, se
Mereka bertiga akhirnya mendarat di tepian pantai, hutan lebat menjadi pagar bagi pulau kecil ini.Setelah menarik tubuh Lanting Beruga, Arnawama bersembunyi di dalam semak belukar sambil mempelajari situasi yang ada di pulau ini.Pulau Hantu, demikian mereka menyebut pulau ini. Menurut informasi, pulau ini dihuni oleh manusia primitif yang belum mengenal peradaban modern.Jadi, mereka bukan hanya harus berhati-hati terhadap para pendekar yang sudah lebih dahulu datang ke sini, tapi juga waspada jangan sampai ketahuan oleh penduduk setempat."Prasasti itu ada di sini ..." Intinagi menunjuk sebuah titik yang ada di dalam peta, kemudian melihat ke atas tepat pada gunung bebatuan tinggi menjulang yang berkabut."Kita akan bergerak pelan ..." ucap Arnawama, "Kau ..." pria itu menarik tubuh Lanting Beruga yang masih tergeletak di pasir putih, "Cepat jalan, aku tidak mungkin menggendongmu!"Lanting Beruga merengek sekali lagi, sebelum kemudian ber
Lanting Beruga mencari sesuatu, biasanya setiap goa memiliki celah lain selain pintu utama yang bisa dilewati.Benar, dia menemukan celah itu setelah memperhatikan wilayah gunung bebatuan ini.Tanpa menunggu lama, Lanting Beruga masuk, celah kecil hampir saja membuat tubuhnya terjepit. Jika tubuhnya sedikit lebih besar, mungkin saja Lanting Beruga tidak bisa melewati celah itu.Butuh usaha sedikit lebih keras, akhirnya dia tiba di dalam salah satu rungan goa ini.Gelap gulita, tanpa mata kirinya Lanting Beruga tidak mungkin bisa berjalan di dalam goa ini.Suara tetes air terdengar bergema di dalam goa, sesekali terdengar pula suara kelelawar bersiul, yang menimbulkan sensi tersendiri.Setelah berjalan cukup lama, Lanting Beruga menemukan ruangan lain yang diterangi oleh cahaya obor."Ha hu ha hu ..." Dua orang tiba-tiba muncul dari lorong lain, membuat Lanting Beruga nyaris saja ketahuan jika buka karena dia bergerak cepat lagi memasu
Lanting Beruga nyengir kuda ketika semua penghuni goa ini menyebutnya sebagai leluhur."Leluhur apa yang harus kami lakukan?""Mereka ingin menyerang peninggalanmu yang berharga, membunuh semua suami dan anak-anak kami ...""Benar, Kau harus melakukan sesuatu!"Lanting Beruga menutup matanya, menutup telinga karena ocehan semua orang di sini telah membuatnya menjadi kesal. Lagipula, tidak ada satu kalimatpun yang bisa dimengerti oleh Lanting Beruga.Semuanya terdengar asing."Kalian bisa diam!" bentak Lanting Beruga.Seperti kerbau yang dicolok hidungnya, semua orang di tempat ini serentak tak bersuara."Biarkan aku berpikir ..." ucap Lanting Beruga.Dia menyapukan pandangan ke atas langit, tempat ini masih bergetar karena pertarungan yang terjadi antara utusan Serikat Naga melawan Klan Pasir Hitam.Namun, jika semakin lama, tempa tini bisa saja runtuh karena tindakan bodoh mereka.Lanting Beruga meng
Berjalan dengan hati-hati, Lanting Beruga akhirnya menemukan ujung dari tangga ini, sebuah jurang dalam terbentang tepat di hadapannya.Seolah jurang tanpa dasar yang akan membawa semua orang ke alam baka.Dengan mata kirinya, Lanting Beruga bahkan tidak mampu untuk melihat dasar dari jurang terebut.Tepat di hadapan Lanting Beruga, ada sebuah bangunan tua berdiri di dalam tanah, tersusun dari batu-batu berkualitas terbaik, dengan motif seperti sebuah gapura atau mungkin candi.Ukurannya tidak terlalu besar, seperti dua gedung yang berdempetan.Tepat di pintu masuk bangunan tersebut, ada dua patung batu raksasa yang menghadap ke arah Lanting Beruga dengan tangan ditopang oleh pedang.Lanting Beruga hanya butuh melakukan sesuatu, melompati jurang ini."Mode Cahaya Api ..." Lanting Beruga mengambil aba-aba sebelum kemudian berhasil mendarat tepat di seberang jurang tersebut.Klak.Lagi-lagi dia memijak sebuah batu, m
"Dahulunya suku pedalaman adalah seorang pendekar, mereka menggunakan senjata dengan panah, bukan dengan pedang atau tombak ..." gumam Lanting Beruga. "Senjata-senjata ini di simpan di sini, entah apa alasannya. Tapi aku yakin, mereka membutuhkan senjata ini untuk bertahan hidup."Lanting Beruga tidak menunggu lama, dia mengambil beberapa panah untuk diberikan kepada suku pedalaman.Jika dia ingin menjualnya, tentu saja dia bisa mendapatkan beberapa ratus keping permata satria, karena senjata ini terbuat dari bahan berkualitas yang sangat baik.Namun, Lanting Beruga bukan tipikal orang yang mencari keuntungan semata, tentu saja dia sudah kaya jika ingin mengambil semua panah ini, tapi dia telah berjanji akan melindungi suku dalam ini dari incaran para pendekar yang datang.Puluhan busur panah masuk ke dalam tanda api, membuat ruang dimensi di dalam tanda itu kini dipenuhi oleh banyak busur panah."Tunggu, ada satu lagi yang sangat berharga di sini
Lanting Beruga memaki Roh Api panjang pendek, sangat yakin jika mahluk itu ingin mengerjai dirinya. Namun bukan merasa bersalah, Roh Api malah tertawa terbahak-bahak."Hentikan!" teriak Lanting Beruga, "Kau membuatku malu!""Kau memang bodoh," ucap Roh Api di sela-sela tawanya yang menggelegar, "tapi perhatikan apa yang kau temukan di depan sana!"Lanting Beruga terdiam, sambil memperhatikan pusaran magma di depan dirinya. Ada sebuah benda di tengah pusaran itu, sedikit mengambang barang kali, memancarkan cahaya merah bata yang menyilaukan mata kiri Lanting Beruga."Apakah sebuah mustika?" tanya Lanting Beruga.Pemuda itu mendekati benda tersebut, masih dengan ke adaan tanpa busana, membuat kantong menyan terkatung-katung tak karuan.Pow PowMata kiri Lanting Beruga kembali berdenyut, mulai menganalisa benda itu tapi sepertinya itu bukan sumber daya pelatihan yang bisa digunakan untuk menguatkan level tulang atau otot.Lanting
Sungguh Lanting Beruga tidak mengetahui hal ini, mencium bau bangkai membuat dia menjadi mual. Tidak kuasa, Lanting Beruga akhirnya muntah pula."Kau melihatnya ?" suara itu wanita tiba-tiba kembali terdengar, pada saat yang sama Lanting Beruga telah membuka matanya.Mata kiri pemuda itu bercahaya merah kemudian meredup."Apa itu tadi?" tanya Lanting Beruga."Masa depan manusia," jawab wanita itu, suaranya terdengar di semua bagian tempat ini, seolah itu adalah suara dari semua mahluk yang ada di dalam goa ini."Kematian?" gumam Lanting Beruga."Semua mahluk akan mati pada saatnya nanti, itu adalah hukum yang telah ditetapkan.""Lalu apa yang terjadi?" tanya Lanting Beruga, "Kenapa semua mahluk mati dalam waktu bersamaan? bahkan aku tidak melihat tumbuhan di sana, kecuali hanya burung-burung gagak.""Mala petaka akan muncul jika kekuatan kami jatuh ke tangan orang-orang jahat, haus dengan kekuasaan dan haus dengan pembantaian .