Setelah kematian Laweh Suro, Dewangga dan yang lain memeriksa isi dalam istana kelelawar Iblis itu.
Tidak ada orang lain di tempat itu, semua sudah mati dan mungkin ada pula beberapa anak buah Laweh Suro yang hidup tapi memilih melarikan diri.
Lanting Beruga memisahkan diri dari kebanyakan orang, dia berjalan pelan menuju sebuah lorong, ada hawa aneh dari lorong itu yang membuat dia menjadi sedikit tertarik.
Ketika selesai melewati lorong panjang itu, dia menemukan ruangan dengan dinding setengah beton dan setengah bebatuan cadas hitam.
Di dalam ruangan itu, -lebih besar dari rumah biasa-, ada banyak lembaran kertas tersusun rapi, beberapa berserakan.
Ada banyak peti tersusun rapi, dan yang paling menarik hati Lanting Beruga adalah sebuah peti batu yang berada tepat di tengah ruangan ini.
Lanting Beruga menoleh ke belakang, memastikan jika tidak ada orang lain yang mengikuti dirinya, sebelum kemudian dia membuka isi peti tersebut.
Setelah kembali ke Kota Majangkara, Dewangga dan Nyai Anjani masih bertengkar memperebutkan Lanting Beruga. Masing-masing dari mereka merasa sangat layak untuk mendidik pemuda itu. Ini membuat Lanting Beruga sedikit jengkel."Aku ingin kembali ke dataran Kuno secepatnya ..." ucap Lanting Beruga, jelas pemuda itu ingin segera mempelajari kitab kuno dan menyerap Mustika bunga teratai secepat mungkin.Sementara di sisi lain, Subansari telah melakukan latihan tertutup bersama dengan 5 orang lainnya dengan sumber daya pelatihan yang mereka dapatkan dari markas sekte kelelawar iblis.Keputusan Lanting Beruga untuk kembali ke Dataran Kuno membuat perasaan Dewangga sedikit kecewa, itu artinya pemuda itu memilih Nyai Anjani untuk menjadi gurunya."Lanting, berkat bantuan dirimu, kita berhasil menemukan markas musuh bahkan mendapatkan sebuah pusaka hebat."Dengan pedang sisik naga hijau, Dewangga yakin posisinya di antara para jendral lain akan sedikit menin
Sanjiwira, adalah murid terbaik yang pernah dimiliki oleh Gadhing, dia telah mencapai level puncak emas, selangkah lagi mencapai pendekar Tanding.Pemuda itu memiliki 1400 titik cakra, hanya butuh 200 titik lagi agar dia bisa mencapai level tanding. Ini lebih kuat dua kali lipat dari Angga Nurmeda dari Sekte Macan Giok yang menguasai Kota Teratai Biru.Mengetahui Lanting Beruga dapat mengalahkan pendekar tanding, membuat Sanjiwira tertawa kecil. Mana mungkin manusia tanpa tenaga dalam, mengandalkan kekuatan pisik saja dapat mengalahkan pendekar tanding? Lelucon yang menggelitik perut."Kita lihat seperti apa Lanting Beruga itu?" ucap Sanjiwira.Dia segera pergi dari kediaman Mahasepuh Gadhing, pergi begitu cepat ke sebuah tempat, Dataran Kuno.Dengan ilmu meringankan tubuhnya, dia bahkan tiba di dataran itu lebih cepat daripada Lanting Beruga yang masih berjalan santai sambil memegang sepotong makanan.Sebelum Lanting Beruga membuka pintu ba
Pertarungan antara Sanjiwira melawan Lanting Beruga tidak dapat dielakan. Sanjiwira yang diliputi oleh amarah karena Cairan Sum-Sum Naga telah ditelan Lanting Beruga, kini menjelma seperti seorang yang kerasukan setan.Pedang dan pukulan saling beradu, menciptakan gelombang kejut bertekanan rendah di sekitar mereka berdua.Lanting Beruga menyadari meski tenaga dalam Sanjiwira tidak lebih besar dari pendekar tanding yang dia hadapi sebelumnya, tapi permainan pedang pemuda itu begitu hebat.Sebuah tebasan nyaris saja memotong leher Lanting Beruga jika pemuda itu tidak menarik tubuhnya ke belakang dengan menggunakan Mode Cahaya Api."Bagaimana mungkin ..." Sanjiwira benar-benar tidak percaya jika Lanting Beruga bisa bergerak secepat itu.Pemuda itu berulang kali merasakan tekanan tenaga dalam yang dipancarkan oleh Lanting Beruga, menduga jika pemuda itu sebenarnya dapat menyembunyikan tenaga dalam. Tapi tentu saja hal itu sia-sia.Masih d
Dua hari lamanya Nyai Anjani menemani Lanting Beruga, wanita itu tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya, menunggu Lanting Beruga menyerap semua cairan sum-sum naga.Cairan kehitaman telah menyelimuti seluruh tubuh Lanting Beruga, merupakan darah kotor yang ada di tubuhnya.Setelah menjelang siang, Lanting Beruga menarik nafas lega, semua rasa sakit yang dia rasakan selama dua hari lamanya, kini sudah berakhir.Nyai Anjani tersenyum puas, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu, kecuali rasa bangga kepada Lanting Beruga."Kau berhasil, Lanting ..." ucap Nyai Anjani.Setelah berhasil menyerap cairan itu, tubuh Lanting Beruga terasa lebih sehat dari sebelumnya. Tentu saja, kualitas sum-sum yang ada di dalam tubuhnya telah berkembang ke tahap yang baru. Dan lagipula cairan sum-sum naga itu telah membuang semua darah kotor yang ada di dalam tubuh Lanting Beruga.Nyai Anjani menyuruh Lanting Beruga membersihkan tubuhnya, tubuh pem
Ktika 7 sumber daya disatukan, hal yang paling dibutuhkan oleh Lanting Beruga adalah seorang ahli pengobatan yang handal. 7 sumber daya memiliki energinya masing-masing, jika disatukan dan di ekstrak tanpa perhitungan matang maka menimbulkan kesetabilan energi itu menjadi terganggu, dan buruknya adalah, mereka bukan membuat sumber daya pelatihan tapi malah membuat bom bunuh diri.Namun Lanting Beruga tidak patah arang, dia semakin bersemangat untuk mengumpulkan 7 sumber daya pelatihan itu.Pemuda itu hanya butuh kerangka dewa untuk bisa mengendalikan Roh Api dengan sepenuhnya."Misi Pertamaku adalah menemukan kacang lima warna ..." ucap Lanting Beruga.Menurut catatannya, kacang lima warna hampir dianggap mitos oleh sebagian besar pendekar di masa ini, tapi yang tidak mereka ketahui adalah, kacang itu pernah hidup di era lampau, yang dijaga oleh banyak bangsa siluman.Sekarang Lanting Beruga benar-benar memantapkan tujuannya, untuk pertama kali dia
Awalnya Lanting Beruga merasa ragu dengan tantangan sesepuh muda, tapi statusnya tidak bisa menolak ajakan seorang sesepuh.Tempat yang mereka tuju berada tidak jauh dari tempat ini, dan dipenuhi dengan alat-alat latihan yang berduri. Sial, ada beberapa boneka baja di tempat ini yang juga dipenuhi dengan duri."Ini adalah arena latihan para sesepuh, kau beruntung bisa datang ke sini," ucap sesepuh muda itu.Lanting Beruga masih mengamati tempat ini, beberapa bidang benda terlihat datar, mungkin digunakan sebagai pijakan. Di atas pemuda itu ada jembatan yang dibuat dari jalinan tali, di bawah jembatan itu terdapat banyak sekali tombak tajam yang mengarah ke langit. Jatuh dari jembatan ini, akan membuat nyawa pendekar terancam.Masih mengamati, Sesepuh muda telah menarik pedangnya lebih dahulu, menyerang Lanting dengan tiba-tiba.Tapi serangan itu bisa dihindari oleh Lanting Beruga, dengan melompat ke samping dan hinggap di atas alat-alat latihan yan
Sesepuh muda terus menyerang Lanting Beruga, meskipun pemuda itu tidak berniat melakukan pertarungan."Aku tetap harus membunuh dirimu ..." ucap Sesepuh itu."Sesepuh, aku tidak bisa merasakan keinginan pedangmu, aku merasa kasihan.""Tutup mulutmu!" pria itu meraung keras di dalam arena latihan ini. "Tahu apa kau mengenai keinginan pedang? kau hanya pemuda kecil tanpa tenaga dalam, mana mungkin aku kalah dari dirimu."Namum apa hendak dikata, Lanting Beruga terpaksa menggunakan jurus Tarian Dewa Angin untuk menumbangkan sesepuh itu.Pria itu tergeletak tidak jauh dari temannya berada, sesepuh muda yang lain. Ada luka besar di dada pria itu, luka dari tebasan Lanting Beruga."Sesepuh ...maafkan aku karena ...""Kau tidak bersalah," timpal Sesepuh muda yang lain, "aku berpikir dia hanya ingin menguji dirimu, tapi siapa menduga jika dia berniat untuk membunuhmu."Pria itu kemudian memeriksa tubuh temannya, luka yang d
Lanting Beruga keluar dari Sekte, ini adalah kali pertama bagi pemuda itu keluar tanpa disertai oleh seseorang. Bagaimanapun, pemuda itu sudah cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri. Lagipula Majangkara merupakan wilayah yang cukup aman, beberapa bandit mungkin ditemukan jauh di luar kota, tapi kekuatan mereka biasanya tidak seberapa. Lanting Beruga memutuskan untuk berjalan kaki, sesekali dia menggunakan kekuatan pisiknya untuk melompati tempat-tempat yang cukup sulit dilewati, atau bahkan menggunakan mode cahaya api milikinya. Setelah beberapa hari melakukan perjalan, akhirnya Lanting Beruga tiba di desa Batu Ampar. Sebuah desa kecil yang masih masuk dalam kekuasaan Jendral Dewangga. Ada beberapa pendekar berjaga di gerbang masuk desa tersebut. "Tunjukan identitasmu!" ucap salah satu penjaga di sana, dia menghentikan langkah kaki Lanting Beruga. Lanting mengernyitkan kening, beberapa orang boleh masuk ke dalam desa ini tanpa had