Cabraka melihat kematian Rudista hendak membantu, tapi apa daya, dia sendiri sibuk berhadapan dengan satu utusan dari Serikat Naga saat ini.
"Apa yang kau lihat?" tanya Kartamba, utusan Serikat Naga alias teman dari Nanda Bala Kusuma. "Dalam pertarungan, mempertahankan fokus adalah hal yang paling penting."
"Apa-" Cabraka baru saja menoleh ke sisi lain, tapi serangan mendadak telah menghantam perutnya kemudian kepala lalu perutnya lagi.
Puluhan depa jauhnya Cabraka jatuh berguling di permukaan tanah, membuat luka dalam yang cukup parah.
Kartamba mungkin tidak sekuat Nenda Bala Kusuma, dari segi teknik dan gaya bertarung Kartamba masih jauh kalah jauh, tapi untuk menghadapi Cabraka, kekuatannya sudah lebih dari cukup.
Baru pula hendak berdiri, Kartamba telah memukul Cabraka sampai kepalanya terbenam di dalam batu.
Plak Plak Plak. Pukulan demi pukulan mendarat di wajah Cabraka.
Beberapa pukulan itu membuat giginya patah, hidung be
Nanda Bala Kusuma geram bukan main melihat temannya diperlakukan seperti itu oleh suku pedalaman lemah ini. Apa lagi yang melakukan hal ini adalah para wanita mereka, dengan panah yang entah dari mana mereka menemukannya.Satu hal yang dimengerti oleh Nanda Bala Kusuma adalah, panah-panah mereka bukan senjata level biasa."Apakah mereka memiliki simpanan senjata yang mematikan?" Arnamawa menulis hal ini dalam bukunya, untuk dilaporkan kepada Ketua Devisi Bayangan kelak.Di sisi lain, Nanda Bala Kusuma mulai bergerak maju, dengan jari-jemari yang telah membentuk cakar. Orang pertama yang akan dibunuhnya adalah ketua adat mereka, itu sudah pasti.Namun,bukannya takut, semua wanita itu menarik busur panah mereka ke arah Nanda Bala Kusuma, melepaskan serangkaian serangan yang kuat.Sebuah anak panah melukis wajah Nanda Bala Kusuma dengan luka yang tipis, membuat untuk kali pertamanya dia terluka.Cepat sekali, pikir Nanda Bala Kusuma. Pana
Lanting Beruga menekuk bibir bawahnya saat ini. Situasi sudah terkendali berkat Arnamawa.Tetua Devisi Informasi itu baru saja memaki pemuda itu panjang pendek, sebelum kemudian memberikan pakaian ganti miliknya untuk Lanting Beruga.Di sisi lain, Lanting Beruga merajuk karena pakaian ini terlalu besar bagi dirinya. Pemuda itu masih ingin memakai satu potong kulit bintang yang dirampas oleh Arnamawa, tentu saja hal ini tidak akan disetujui oleh pria itu.Sial, jika bukan karena ada Intinagi di tempat ini, Arnamawa tidak begitu peduli jika Lanting Beruga berdandan seperti itu."Aku melihatmu tadi ..." ucap Intinagi, mendekati Lanting Beruga dengan menggigit jari tangannya sendiri. "Besar dan panjang!"Arnamawa melotot mendengar hal itu, langsung menarik istrinya menjauhi Lanting Beruga."Kau, menjauh dari sini!" bentak Arnawma."Ha hu ha hu!" Ketua Adat dan wanita lain mulai protes, mereka tidak ingin melihat Arnamawa memperlakukan Lan
Lanting Beruga masih tertidur pulas di atas pembaringan di dalam Devisi Bayangan. Arnamama membawa pemuda itu langsung ke tempat ini, sambil sesekali memaki pemuda itu panjang pendek.Hal yang membuat pria itu hampir gila adalah, ketika istrinya tercinta melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihat oleh Intinagi. Sialnya, Lanting Beruga begitu polos sampai tidak menyadari jika barang kesayangannya berhasil menarik perhatian Intinagi, dan juga seluruh wanita suku pedalaman.Semua wanita itu menyatakan siap untuk dikawini oleh leluhur mereka, jika memang itu perlu dilakukan. Bayangkan betapa gilanya Arnamawa karena hal itu.Tanpa menyapa tetua yang lain, Arnamawa langsung kembali ke Devisi Informasi untuk melaporkan hal ini kepada Ketua Devisi mereka."Jadi tidak ada prasasti itu?" tanya Ketua Devisi Informasi."Kami sudah memeriksanya dengan baik, tida ada satu bagian di pulau itu yang luput dari pandangan kami ..." ucap Arnawama."Tapi
Lanting Beruga menggaruk kepalanya, sebelum kemudian dia berdiri dan hendak pergi dari aula ini, tapi Arnamawa menghentikan pemuda itu."Dialah tangan Kanan Ketua Devisi Bayangan, kenapa kau mengusirnya?"Mendengar hal itu, tetua tadi mendadak kaku, dia menoleh ke arah Lanting Beruga cukup lama kemudian menoleh kara arah Ketua Devisi Bayangan di kursi depan.Sorot mata Ketua Devisi Bayangan sedikit berubah, hal ini membuat tetua itu menjadi sedikit takut. Di sini, orang-orang seperti Ketua Devisi Bayangan akan sangat merepotkan jika mereka sampai disinggung."Kalau begitu aku minta maaf ..."Lanting Beruga tertawa kecil, tidak menghiraukan tetua itu ataupun semua tetua yang ada di ruangan ini. Dia pergi masih dengan tawanya yang khas.Seseorang hanya akan melihat permukaan kulit, ini benar-benar menjengkelkan.Karena tidak tahu harus ke mana, Lanting Beruga berjalan ke pinggiran taman Istana yang luas.Ada banyak pohon besar di
Lanting Beruga melihat ke atas, seorang pria berperawakan tinggi besar berdiri di atas menara itu. Matanya tajam melihat ke arah Lanting Beruga seolah mata elang yang mengincar mangsanya.Lanting Beruga menyapu pandangan sesaat, menyadari jika iklim di tempat ini benar-benar ektrim.Tanpa banyak pikir Lanting Beruga naik ke atas menara."Badai petir akan datang sesaat lagi, pendekar level tinggipun tidak mungkin dapat bertahan ..." ucap orang itu.Dia mengajak Lanting Beruga memasuki pintu menara, sebuah pintu yang dibuat oleh batu hitam yang sama dengan bahan pembuatan penjara ini.Menuruni tangga cukup banyak, akhirnya Lanting Beruga tiba pula di sisi dalam Istana. Sebuah tempat dimana semua orang sudah berusia begitu tua."Tunggu apa yang terjadi?" gumam Lanting Beruga. "Tidak adakah manusia muda di tempat ini?"Pria bermata tajam tadi menghela nafas panjang, "kau akan tahu apa yang terjadi setelah tinggal di sini selama 30 tahun l
Di luar Istana ini, badai petir mulai menyambar setiap sisi penjara kematian. Sesekali percikan api yang muncul membuat beberapa batu rapuh hancur berkeping-keping.Tidak ada sisi istana ini yang luput dari badai petir, jika sekarang ada sisi bangunan yang tidak terkena sambarannya, maka besok pagi sisi itu akan terkena sambaran petir.Lautan yang masuk ke dalam jurang dalam, jurang yang mengelilingi istana ini mulai menunjukan ombaknya yang begitu dahsyat.Tidak ada yanga tahu bagaimana fenomena di tempat ini bis terjadi begitu mengerikan, sebab tidak ada satu orangpun yang berhasil mempelajarinya.Sesekali pria bermata tajam akan keluar ke atas menara, mencoba melihat kemungkinan terjadinya hal baik, tapi selama belasan tahun lamanya dia telah berada di sini, dia menyimpulkan hanya ada kematian di luar penjara ini."Aku yakin ada pintu keluar ..." ucap Lanting Beruga. "Tapi mungkin berada di sisi terjauh lautan ini ...""Meskipun mungkin m
Setelah mengetahui semuanya dari mulut Gurunya sendiri, Lanting Beruga akhirnya memutuskan untuk bertekad keluar dari tempat ini.Dia sudah tahu siapa musuhnya di dalam Serikat Satria, yaitu Ketua Devisi Informasi yang terkenal sangat lembut dan santun.Sial, rupanya sifat itu hanya untuk menutupi kelicikannya saja. Lanting Beruga benar-benar membenci orang seperti itu."Aku akan memeriksa semua tempat di penjara ini, Guru!"Guru Kilat Putih awalnya ragu, tapi dia tidak bisa mencegah keinginan Lanting Beruga. Lagipula saat ini hanya dirinya satu-satunya harapan Guru Kilat Putih."Mata yang kau miliki milik Sekar Ayu?" ucap Guru Kilat Putih. "Apa yang terjadi dengan dirinya?"Dengan wajah lesu, Lanting Beruga menceritakan kejadian yang telah menimpa Sekar Ayu, dan bagaimana dirinya bisa mendapatkan mata kirinya."Mata Asura ..." ucap Guru Kilat Putih. "Jika Sekar Ayu masih hidup, dia akan diincar oleh semua pendekar karena memili
Sekumpulan siluman datang menyerang, bergerak liar di sekitar Lanting Beruga. Melihat manusia adalah hal yang langka, membuat perut mereka menjadi lapar.Pria di sebelah Lanting Beruga mengeraskan rahang, mengepalkan tinju, bersiap menghadang lawan yang sesaat lagi akan datang.Meliuk ular besar berniat menerkam Lanting Beruga, tapi siluman lain melakukan hal yang sama, jadi mereka saling sikut kiri kanan untuk mendapatkan makanan.Tapi mereka tidak tahu, ada benang begitu tipis telah mengelilingi tempat ini."AHKKK!" ular itu membuka mulutnya lebar-lebar, tapi berhenti tepat di hadapan Lanting Beruga ketika dia menyadari telah terjadi sesuatu dengan tubuhnya.Tak sengaja ular itu terkena benang emas milik Lanting Beruga. Membuat tubuhnya terhenti dan sisik di tubuhnya mulai terkelupas.Krek krek. Suara benang emas berderik, tapi tidak putus.Lanting Beruga tersenyum tipis, mata kirinya berdenyut kuat saat energi batin menyerang energ