Di lain tempat. Lebih dari 30 orang mati di tangan Lanting Beruga saat ini.
Dia benar-benar menjelma sebagai dewa kematian, membunuh orang lebih banyak dari siapapun orang yang bertarung di sini.
Sesekali Lanting Beruga akan membantu para tetua menghadapi tetua-tetua yang lain, kadang kala kedatangannya hanya untuk merusak mental lawannya, sebelum kemudian pergi begitu saja.
Bagi sebagian besar murid Serikat Satria, Lanting Beruga bukan hanya sebagai sosok yang kejam tapi juga penolong mereka.
"Terima kasih saudara Elang Api ..." Balawa membungkuk di hadapan Lanting Beruga beberapa kali, berterima kasih karena pemuda itu baru saja menyelamatkan dirinya.
"Dimana teman-temanmu?" tanya Lanting Beruga.
"Kami terpisah, ada lebih banyak orang yang berkhianat di kelompok kami," jawab Balawa.
Lanting Beruga sudah menduga hal itu, bagaimana bisa gudang
Ketika Ketua Devisi Keamanan hampir menghabiskan semua energi batinnya untuk menggunakan seruling neraka, pada saat yang sama Lanting Beruga membunuh semua tetua sesat, Taring Naga memberikan usulan menarik kepada 8 iblis pembawa mala petaka.Menghancurkan telinga mereka sendiri. Ya, hanya dengan cara ini mereka bisa bertahan dari kerasnya kekuatan Seruling Neraka yang dimainkan oleh Ketua Devisi Keamanan.Namun, jelas ada beberapa orang yang tidak setuju dengan usul Taring Naga. Ketika telinga telah rusak, maka tidak ada cara lain untuk memperbaikinya.Namun sayangnya, waktu semakin mepet. Lanting Beruga akan mengincar mereka jika hal ini tidak dilakukan."Aku akan melakukannya!" teriak Taring Naga.Taring Naga tidak masalah jika dia tidak memiliki pendengaran, lebih baik tuli daripada harus mati di tangan bocah yang bahkan usianya belum genap 20 tahun.Dia memasang sebuah pergerakan sedikit aneh, tapi kemudian pria itu berteriak kera
Taring Naga mulai melakukan sebuah teknik terlarang, teknik yang akan menghancurkan karirnya sebagai seorang pendekar.Semua temannya telah memperingatkan hal ini, tapi Taring Naga memiliki sifat yang keras kepala dan sering gelap mata. Jika dia merasa terancam, pria itu tidak akan segan-segan menggunakan segala cara untuk bertahan hidup, atau paling parah untuk mati bersama-sama."Apakah dia akan ..." Pimpinan Serikat Satria tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini, dia pernah membaca sebuah kitab kuno tapi tidak sempat mempelajarinya.Jika dia tidak salah duga, maka Taring Naga akan membakar titik cakra di dalam tubuhnya. Titik cakra diumpamakan sebuah tabung yang menyimpan gas, tabung ini akan habis dan kemudian di isi ulang oleh para pendekar.Tapi teknik yang akan dilakukan oleh Taring Naga adalah menghancurkan tabung gas itu dalam waktu yang cepat.Efek yang dihasilkan oleh teknik ini benar-benar sangat hebat tergantung berapa banyak titik
Serangan telak mengenai tubuh Ketua Devisi Pengobatan, membuat wanita merasa di situasi antara sadar dan tidak sadar.Untuk beberapa saat pandangannya menjadi gelap gulita, suara yang pekak berdenging, dan tubuh mati rasa. Ini adalah efek terkena serangan Siung Rima.Tubuh Ketua Devisi Pengobatan hampir remuk oleh tiga kali serangan kuat yang dilancarkan oleh Siung Rima.Ini celaka ... jika diteruskan bukan hal mustahil Ketua Devisi Pengobatan mengalami kematian.Ketua Devisi yang tersisa membagi kelompok, meninggalkan lawan-lawan mereka untuk menghadapi Taring Naga atau pula Siung Rima.Sementara di sisi lain, 7 iblis pembawa mala petaka yang lain mendadak tertegun untuk sementara waktu, mereka masih tidak bisa menerima bahwa dua teman mereka melakukan teknik terlarang, membakar titik cakra di dalam tubuh.Rubah Perunggu mendekati Yanca, kemudian bertanya apa yang harus mereka lakukan saat ini? membantu dua temannya yang selalu membakar tit
Lanting Beruga melangkah ke depan, matanya mendongak ke atas memperhatikan gaya bertarung Taring Naga.Mata kirinya berdenyut kuat, memeriksa pola dan teknik-teknik yang dipakai oleh Taring Naga untuk menghadapi Pimpinan Serikat Satria."Ini hanya dugaanku saja, tapi jika kita bisa mengulur waktu sedikit lebih lama, kita akan memenangkan pertarungan ini ..." ucap Lanting Beruga.Jika teknik ledakan titik cakra yang dilakukan Taring Naga memang benar, itu artinya ketika semua titik cakra terbakar habis, pria itu akan berubah menjadi manusia biasa tanpa kekuatan apapun.Sejauh ini Taring Naga mungkin sudah membakar 2000 titik cakra di dalam tubuhnya, tampaknya jumlah itu akan bertambah sebelum dia bisa mengalahkan Pimpinan Serikat Satria.Hanya tinggal 4000 titik cakra lebih lagi yang tersisa di dalam tubuh Taring Naga."Dia tidak akan menghentikan teknik tersebut ..." ucap Ketua Devisi Bayangan, dia mengeluarkan beberapa sumber daya lalu mene
Terjadi saling ejek yang dilakukan oleh Lanting Beruga dengan Ketua Devisi Bayangan mengenai jebakan benang emas yang gunakan oleh Lanting Beruga."Bersihkan ranjau itu!" ucap Ketua Devisi Bayangan, sambil mengepalkan tinjunya karena tidak tahan melihat sifat bodoh Lanting Beruga.Dengan bibir monyong, Lanting Beruga menarik semua benang yang sudah sempat dia tebar di jalur lintasan.Sementara di sisi lain, Taring Naga mulai jengkel, dia tidak bisa menunggu dua orang lawannya mengacuhkan dirinya dan sibuk membahas benang emas atau ranjau yang sebenarnya tidak terlalu berguna. Di saat seperti ini, berani-beraninya mereka berdua mengacuhkan Taring Naga."Kalian bisa melanjutkan perdebatan konyol itu di alam baka ..." ucap Taring Naga, menyerang Lanting Beruga terlebih dahulu.Namun pemuda itu bisa menghindarinya dengan cukup baik, dia bergerak secepat kilat lalu menyerang dari arah belakang.Serangan cepat Lanting Beruga hampir saja membuat Ta
Pow Pow. Mata kiri Lanting Beruga berdenyut begitu cepat, seolah akan keluar dari kelopak matanya, tapi energi batin yang dikirim oleh mata itu tidak cukup cepat untuk menghentikan serangan Taring Naga. Bahkan mungkin, kali ini serangan energi batin Lanting Beruga tidak berfungsi kepada Taring Naga. Namun tiba-tiba. Sebelum cakar kuku Taring Naga benar-benar begitu dekat dengan wajah Lanting Beruga, muncul cahaya terang yang tidak tahu asal muasalnya. Cahaya terang itu membentuk semacam kuncup bunga teratai yang cantik. Teng. Kuku tajam Taring Naga terhenti hanya setengah jari dari wajah Lanting Beruga. Nyaris saja kuku itu menancap bola mata kanannya. Lanting Beruga terkejut, Taring Naga juga terkejut dan Ketua Devisi Bayangan juga menampakan ekspresi yang sama. Lanting Beruga melihat ke bawah, berlian merah yang sempat diambilnya dari dasar bumi suku pedalaman membuat dirinya terangkat beberapa jengkal dari ta
Benar-benar diluar dugaan, Taring Naga masih hidup oleh karena Warisan Dewa Gunung Suci yang tiba-tiba menyelimutinya.Namun, meski demikian kelegaan yang dirasakan oleh Taring Naga tidak berlangsung lama. Dia mulai ketakutan ketika Lanting Beruga tersenyum tipis dengan mata kiri yang berkilat mengerikan."Ironis sekali, tadi kubah ini melindungi dirimu dari pedangku, tapi sekarang dia meletakkanmu tepat dihadapanku."Ucapan Lanting Beruga terdengar begitu datar, tapi mengandung makna yang begitu dalam.Taring Naga hendak melakukan sesuatu di dalam kubah sempit yang mirip seperti kuncup bunga teratai ini, tapi dia baru saja sadar jika semua titik cakranya telah terbakar.Yang tersisa hanya kekuatan pisiknya, tidak lebih kuat dari kekuatan pisik Lanting Beruga.Taring Naga menghela nafas dalam-dalam, dia kemudian berlutut di hadapan Lanting Beruga lalu menutup matanya, "Lakukan dengan cepat!"Lanting Beruga yang masih diselimuti oleh r
Lanting Beruga mengayunkan pedang dengan cepat, ketika pada saat yang sama Siung Rima terpaku oleh energi batinnya.Kesempatan bagus, pikir Lanting Beruga.Wush. Tebasan itu membuat luka di wajah Siung Rima."Sial ...aku meleset ..." ucap Lanting Beruga, padahal dia sudah cukup yakin telah mengunci pergerakan Siung Rima, tapi rupanya pria itu berhasil bergerak sehingga tebasan Lanting Beruga tidak mengenai batang lehernya."Tidak juga!" seru Ketua Devisi Bayangan. "Seranganmu membuka celahnya!""APA-"Siung Rima benar-benar terkejut, dia hendak bergerak menghindari serangan, tapi momentumnya tidak pas.Sementara di sisi lain, Ketua Devisi Bayangan telah memperhatikan gerakan Siung Rima dari tadi, mencoba melihat celah untuk melakukan serangan.Dia juga melihat arah serangan Lanting Beruga, kemudian memperkirakan gerakan menghindar Siung Rima, dan dari sini dia menemukan momentum untuk menyerang."Jurus Rembulan Sabit."
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m