Share

Hampir Mati

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wanita berpakaian seksi kembali menyerang Lanting Beruga, telapak tangannya mengandung tenaga dalam besar yang bisa menghancurkan batu hanya sekali sentuh saja.

Namun kali ini, Lanting Beruga tidak bisa membiarkan dia terkena serangan lagi. Pemuda itu memakai mode cahaya api, dan tubuhnya mulai menguap.

Sesaat sebelum telapak tangan wanita itu mengenai dadanya, Lanting Beruga telah berpindah tempat dengan begitu cepat. Nyaris sulit diikuti oleh mata.

Wanita berpakaian seksi cukup terkejut, sekarang dia tahu kenapa anak buahnya bisa dikalahkan oleh Lanting Beruga dengan cukup mudah. 

"Darimana datangnya kecepatan itu?" gumam wanita berpakaian seksi.

Lanting Beruga mulai mendekati musuhnya, kemudian pergi lagi dan sesekali mengayunkan pedangnya.

Ini membuat lawannya benar-benar kerepotan, dia bahkan tidak pernah bertemu dengan pendekar yang memiliki kecepatan seperti yang telah dilakukan oleh Lanting Beruga.

Pemuda itu pandai memba

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
aden tasik
seru banget ceritanya
goodnovel comment avatar
Micheal jonathan
ceritanya bagus, mantap tetapi terlalu pendek
goodnovel comment avatar
Dyah Subadiyah
hebat hebattt......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Kemenangan

    Pria bertopeng melepaskan Subansari, dia berjalan ke arah Lanting Beruga, yang kini benar-benar kehabisan tenaga.Lanting Beruga menarik pedangnya dari leher wanita itu, sedikitpun tidak ada rasa simpati di matanya.Pemuda itu sudah tahu, pertarungan antara pendekar melibatkan hidup dan matinya pendekar itu, dan ini baru awal dari pertarungannya. Pertarungan yang sesungguhnya baru saja akan terjadi, pria bertopeng adalah lawan utama dirinya.Lanting Beruga tidak bisa menggunakan mode cahaya api, jadi dia tidak mungkin mengandalkan kekuatan Roh Api dengan tubuhnya yang lemah ini.Satu-satunya yang bisa dia lakukan saat ini adalah, bertarung dengan kekuatan pisik, dan jurus dari sekte awan berarak."Tampaknya kami terlalu meremehkan tikus kecil seperti dirimu," ucap pria bertopeng dengan sangat geram. "Kemenangan dirimu hanya sebuah keberuntungan, tapi kali ini kau tidak mungkin bertahan dari diriku."Lanting Beruga tidak mengatakan apap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Menemukan Sarang

    Dengan ayunan yang begitu cepat, Subansari berhasil membunuh pria bertopeng itu. Tidak ada yang menduga jika dua orang itu bisa berhasil mengalahkan dua pendekar yang berada jauh di atas mereka. Ini adalah keberuntungan barangkali, atau mungkin takdir. Setelah kematian lawannya, Lanting Beruga dan Subansari menghempaskan punggung mereka di permukaan tanah. Tampak jelas raut wajah mereka berdua benar-benar kacau. Subansari mengeluarkan beberapa obat untuk mengobati luka sayatan yang diterima dirinya di bagian lengan, kemudian mengatur nafas dan mulai menghimpun tenaga dalam. Sementara Lanting Beruga merasakan dadanya masih sakit, dia mungkin mengalami luka dalam saat ini. Pemuda itu terkapar dengan posisi terlentang, tidak jauh dari mayat wanita seksi. Garuda Kencana tergeletak tidak jauh dari kepala Lanting Beruga, dan sama kacaunya dengan dua manusia itu. "Aku kehabisan kekuatan," gerutu Lanting Beruga, kemudian perutnya mulai berbuny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Perintah Lanting

    Di dalam markas itu ada puluhan pendekar yang setingkat dengan dua orang yang baru saja di lawan oleh mereka berdua, sementara itu mungkin ada lebih dari 10 orang pendekar yang telah mencapai tahap tanding. Ini adalah tahap awal dari kependekaran yang berada di level tinggi.Level tanding, pilih tanding, dan juga tanpa tanding.Sekarang Lanting Beruga terdiam sejenak, tidak mungkin dia menyerang markas itu, karena hanya akan mengantarkan nyawa saja.Namun pembawaan dirinya membuat Lanting Beruga begitu tertantang, dia ingin bertarung melawan orang hebat. Hanya dengan itulah dia bisa menjadi lebih kuat lagi dari saat ini.Lanting Beruga bersembunyi di balik dedaunan ketika beberapa pendekar aliran hitam itu terlihat sedang melakukan patroli."Klik Klik Klik ..." Garuda Kencana berkata, "bersembunyi ada yang datang."Lanting Beruga semakin membenamkan tubuhnya di dalam semak-semak belukar, menarik Subansari dekat dengan tubuhnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Kedatangan Nyai Anjani

    Subansari mulai bimbang, dia ingin bersama dengan Lanting Beruga, menghadapi musuh mereka, tapi ucapan Lanting Beruga ada benarnya. Jika dia tidak pergi dari sini, maka kematian akan datang kepada gadis itu.Pada akhirnya Subansari menutup matanya, dan mulai melangkah pergi meninggalkan Lanting Beruga.Pemuda itu menggunakan segenap kemampuannya untuk menahan lawan dengan pedang besar, agar Subansari bisa melarikan diri sejauh mungkin.Mulai kesal dengan tindakan Lanting Beruga, lawannya mulai memainkan teknik bertarung lebih serius dari sebelumnya. Dia ingin membunuh Lanting Beruga secepat mungkin dan mengejar Subansari.Jika gadis itu lolos, maka informasi mengenai markas sekte hitam yang bersarang di Muara Sungai Arum akan bocor sampai di telinga Dewangga. Ini bahaya."Mati saja kau bocah!" pria itu meraung keras, seraya menebaskan pedang besarnya, tapi Lanting Beruga telah menggunakan mode cahaya api, dia sulit diserang.Di sisi lain, Su

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Mode Ke Dua

    Garuda Kecil yang biasanya tidak pernah pergi dari pundak Lanting Beruga, kini melompat untuk menjauh, rasa panas itu membuat dia tidak tahan."Kurang ajar, kau pikir bisa mengalahkan diriku?!" ucap pria itu. "Jurus Pedang Penghancur Karang."Dengan tenaga dalam jumlah besar, pedang besar di tangannya mulai bercahaya putih jingga, itu adalah kekuatan yang menakutkan. Lebih kuat dari 3 orang lawan Lanting Beruga tempo lalu.Namun sayangnya, kekuatan sebesar itu tidak membuat Lanting Beruga menjadi kecut, cahaya merah mengalir dari tubuh pemuda itu menuju pedang di tangannya.Perlahan warna pedang yang putih berkilat berubah warna menjadi merah pekat, seakan bilah pedang itu baru sja keluar dari tungku perapian yang panas.Ini adalah mode ke dua dari Roh Api yang bisa digunakan oleh Lanting Beruga, menambahkan kekuatan api pada senjata yang dipegang oleh Lanting Beruga.Bukan hanya itu, ketika mode ke dua ini digunakan, aura api akan terpancar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Lanting Jatuh

    Beberapa waktu yang lalu.Rombongan Dewangga melaju cepat dengan ilmu meringankan tubuh mereka, tapi hingga hari ini tidak mengetahui dimana lokasi keberadaan Markas Kelelawar Iblis yang dikabarkan oleh bangsawan Sursena.Jendral itu bahkan berpikir mungkin saja Sursena salah mendapatkan informasi,buktinya mereka rombongan Dewangga telah mengelilingi wilayah Majangkara tapi tidak menemukan tanda-tanda keberadaan musuh.Memang mereka kadang kala mendapatkan sarang para bandit, beberapa pencuri kecil dan sekte-sekte kecil lainnya, tapi tidak ada yang menjurus ke arah Sekte Kelelawar Iblis."Jika besok pagi kita belum menemukan tanda-tanda keberadaan musuh, pencarian ini sebaiknya dihentikan untuk sementara waktu ..." ucap Dewangga.Nyai Anjani tidak memberikan bantahan apapun, dia juga mulai kesal. Apakah ini hanya konspirasi Sursena saja, pikir Nyai Anjani.Alasan itu diperkuat, karena akhir-akhir ini Majangkara mengalami kemunduran dari segi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Dewangga Terkejut

    Suasana saat ini menjadi sedikit dingin, setelah Nyai Anjani memasukan kembali pedangnya ke dalam tanda samudra.Dewangga segera meminta anak buahnya untuk meringkus pria terakhir dari sekte jahat guna meminta keterangan lebih lanjut.Sementara itu, Nyai Anjani segera memeriksa tubuh Lanting Beruga yang terasa sedikit panas."Seluruh ototnya seperti terbakar," ucap pendekar medis setelah memeriksa tubuh Lanting Beruga. "Aku belum pernah melihat luka seperti yang dialami oleh pemuda ini sebelumnya.""Bagaimana dengan organ dalamnya?" ucap Dewangga."Luka dalam yang didapatkan oleh pemuda ini cukup parah, tapi jangan khawatir aku sudah memberinya pil teratai biru, luka dalamnya akan pulih dalam beberapa hari ke depan."Dari semua orang di sana, wajah Nyai Anjani yang paling terlihat sangat tegang, dan khawatir. Meski dia tidak terlalu memperhatikan Lanting Beruga seperti seorang guru yang memperhatikan muridnya, tapi dalam lubuh hati ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Pergi Ke Markas Musuh

    Setelah beberapa hari istirahat memulihkan kondisi akhirnya regu itu melanjutkan kembali perjalanan mereka.Lanting Beruga sudah benar-benar pulih, dia tidak khawatir jika harus bertemu musuh dan bertarung lagi.Di sepanjang perjalanan bahkan dari beberapa hari yang lalu, Dewangga selalu menceritakan banyak pengalamannya kepada Lanting Beruga. Ini membuat beberapa orang menjadi sedikit iri, termasuk Subansari dan Nyai Anjani.Nyai Anjani acap kali mengingatkan Dewangga, bahwa Lanting Beruga adalah muridnya, dan dia tidak akan memberikan pemuda bodoh itu kepada siapapun, termasuk juga Dewangga.Namun Dewangga malah tertawa terbahak-bahak, mengatakan jika hal semacam itu tidak perlu dibahas, dia juga berhak menjadi guru Lanting Beruga mengingat dia adalah pemimpin Kota Majangkara dan juga orang terkuat di wilayah itu.Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, kini mereka tiba di ujung bukit kecil, dari sini mereka sudah bisa melihat sebuah istana k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status