Suasana saat ini menjadi sedikit dingin, setelah Nyai Anjani memasukan kembali pedangnya ke dalam tanda samudra.
Dewangga segera meminta anak buahnya untuk meringkus pria terakhir dari sekte jahat guna meminta keterangan lebih lanjut.
Sementara itu, Nyai Anjani segera memeriksa tubuh Lanting Beruga yang terasa sedikit panas.
"Seluruh ototnya seperti terbakar," ucap pendekar medis setelah memeriksa tubuh Lanting Beruga. "Aku belum pernah melihat luka seperti yang dialami oleh pemuda ini sebelumnya."
"Bagaimana dengan organ dalamnya?" ucap Dewangga.
"Luka dalam yang didapatkan oleh pemuda ini cukup parah, tapi jangan khawatir aku sudah memberinya pil teratai biru, luka dalamnya akan pulih dalam beberapa hari ke depan."
Dari semua orang di sana, wajah Nyai Anjani yang paling terlihat sangat tegang, dan khawatir. Meski dia tidak terlalu memperhatikan Lanting Beruga seperti seorang guru yang memperhatikan muridnya, tapi dalam lubuh hati ter
Setelah beberapa hari istirahat memulihkan kondisi akhirnya regu itu melanjutkan kembali perjalanan mereka.Lanting Beruga sudah benar-benar pulih, dia tidak khawatir jika harus bertemu musuh dan bertarung lagi.Di sepanjang perjalanan bahkan dari beberapa hari yang lalu, Dewangga selalu menceritakan banyak pengalamannya kepada Lanting Beruga. Ini membuat beberapa orang menjadi sedikit iri, termasuk Subansari dan Nyai Anjani.Nyai Anjani acap kali mengingatkan Dewangga, bahwa Lanting Beruga adalah muridnya, dan dia tidak akan memberikan pemuda bodoh itu kepada siapapun, termasuk juga Dewangga.Namun Dewangga malah tertawa terbahak-bahak, mengatakan jika hal semacam itu tidak perlu dibahas, dia juga berhak menjadi guru Lanting Beruga mengingat dia adalah pemimpin Kota Majangkara dan juga orang terkuat di wilayah itu.Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, kini mereka tiba di ujung bukit kecil, dari sini mereka sudah bisa melihat sebuah istana k
Pertarungan pada akhirnya terjadi pula, tapi pusat utama dalam pertarungan ini adalah pemuda bodoh yang begitu keras kepala. Lanting Beruga. Sesekali pemuda itu menggunakan mode pertama Cahaya Api ketika menghadapi lawan yang sedikit lebih kuat, membuat dia tampak seperti elang api yang berpijar di siang hari. Dewangga semakin terpukau melihat pemuda itu, dan semakin tertarik untuk mendidiknya. Meski tanpa tenaga dalam, rupanya Lanting Beruga berbakat dengan pedang, itu adalah poin utama bagi pendekar pedang. Semangat Lanting Beruga juga begitu besar, dia tidak takut dengan bahaya, tidak takut mengambil resiko dan ini adalah kekuatan sekaligus kelemahannya. "Anak muda, perhatikan gerakan ini baik-baik ..." ucap Dewangga, "aku yakin kau belum melihat jurus ini." Tarian Dewa Angin. Jurus yang digunakan oleh Dewangga berhasil mengirim belasan musuhnya ke alam baka. Sial, Nyai Anjani benar-benar ingin berteriak keras, pasalnya jurus
Nyai Trang Hati pernah mengatakan salah satu dari 12 pusaka ada di tangan sekte aliran hitam, tapi tidak menduga jika pusaka itu rupanya ada di depan mereka."Jendral Dewangga ..." ucap pria itu. "Sebenarnya aku tidak ingin berurusan dengan dirimu, tapi apa boleh buat kau datang sendiri ke tempat ini."Pria itu bernama Laweh Suro, umurnya tidak seperti wajahnya, dia sudah cukup tua, tapi dengan teknik tertentu perawakan Laweh Suro bisa dibilang masih sangat muda, seolah pria berusia 27 tahunan."Hahaha ...orang tua ini sanga sensitif jika wilayahnya diusik oleh sekte sesat seperti kalian."Senyum kecil menghilang dari wajah Laweh Suro, dia memerintahkan anak buahnya untuk menyerang lebih dahulu.Terjadilah pertarungan antara pasukan Majangkara melawan Sekte Sesat Kelelawar Iblis.Nyai Anjani langsung saja melawan tiga orang pendekar pilih tanding di pihak musuhnya, ini adalah lawan seimbang mengingat dia adalah pendekar tanpa tanding.
Pertarungan terus terjadi begitu sengit, tapi dalam waktu ke waktu, pihak musuh bisa ditumbangkan satu persatu.10 orang pendekar yang berada di level tanding kini hanya menyisakan 6 orang lagi, bahkan dua orang diantara mereka telah lumpuh tak bisa bergerak.Bantuan yang diberikan Lanting Beruga benar-benar membantu, dan menariknya dua orang dari pihak musuh mati di tangan pemuda itu.Tebasan Lanting Beruga mungkin tidak sekuat rekan-rekannya, tapi pemuda itu menyerang pada momen yang bagus, dan menuju titik kelemahan lawannya.Hingga kini, satu lagi kepala yang melayang di tangan Lanting Beruga. Pedang putihnya kini berubah merah karena darah lawannya.Arkaraga tidak bisa mengucapkan kata apapun kepada Lanting Beruga untuk mengungkapkan betapa dia begitu terkejut dengan kelincahan pemuda tersebut.Di sisi lain, Nyai Anjani baru saja membersihkan pedangnya ketika 3 lawannya telah meregang nyawa. Tidak ada yang pantas melawan dir
Setelah kematian Laweh Suro, Dewangga dan yang lain memeriksa isi dalam istana kelelawar Iblis itu.Tidak ada orang lain di tempat itu, semua sudah mati dan mungkin ada pula beberapa anak buah Laweh Suro yang hidup tapi memilih melarikan diri.Lanting Beruga memisahkan diri dari kebanyakan orang, dia berjalan pelan menuju sebuah lorong, ada hawa aneh dari lorong itu yang membuat dia menjadi sedikit tertarik.Ketika selesai melewati lorong panjang itu, dia menemukan ruangan dengan dinding setengah beton dan setengah bebatuan cadas hitam.Di dalam ruangan itu, -lebih besar dari rumah biasa-, ada banyak lembaran kertas tersusun rapi, beberapa berserakan.Ada banyak peti tersusun rapi, dan yang paling menarik hati Lanting Beruga adalah sebuah peti batu yang berada tepat di tengah ruangan ini.Lanting Beruga menoleh ke belakang, memastikan jika tidak ada orang lain yang mengikuti dirinya, sebelum kemudian dia membuka isi peti tersebut.
Setelah kembali ke Kota Majangkara, Dewangga dan Nyai Anjani masih bertengkar memperebutkan Lanting Beruga. Masing-masing dari mereka merasa sangat layak untuk mendidik pemuda itu. Ini membuat Lanting Beruga sedikit jengkel."Aku ingin kembali ke dataran Kuno secepatnya ..." ucap Lanting Beruga, jelas pemuda itu ingin segera mempelajari kitab kuno dan menyerap Mustika bunga teratai secepat mungkin.Sementara di sisi lain, Subansari telah melakukan latihan tertutup bersama dengan 5 orang lainnya dengan sumber daya pelatihan yang mereka dapatkan dari markas sekte kelelawar iblis.Keputusan Lanting Beruga untuk kembali ke Dataran Kuno membuat perasaan Dewangga sedikit kecewa, itu artinya pemuda itu memilih Nyai Anjani untuk menjadi gurunya."Lanting, berkat bantuan dirimu, kita berhasil menemukan markas musuh bahkan mendapatkan sebuah pusaka hebat."Dengan pedang sisik naga hijau, Dewangga yakin posisinya di antara para jendral lain akan sedikit menin
Sanjiwira, adalah murid terbaik yang pernah dimiliki oleh Gadhing, dia telah mencapai level puncak emas, selangkah lagi mencapai pendekar Tanding.Pemuda itu memiliki 1400 titik cakra, hanya butuh 200 titik lagi agar dia bisa mencapai level tanding. Ini lebih kuat dua kali lipat dari Angga Nurmeda dari Sekte Macan Giok yang menguasai Kota Teratai Biru.Mengetahui Lanting Beruga dapat mengalahkan pendekar tanding, membuat Sanjiwira tertawa kecil. Mana mungkin manusia tanpa tenaga dalam, mengandalkan kekuatan pisik saja dapat mengalahkan pendekar tanding? Lelucon yang menggelitik perut."Kita lihat seperti apa Lanting Beruga itu?" ucap Sanjiwira.Dia segera pergi dari kediaman Mahasepuh Gadhing, pergi begitu cepat ke sebuah tempat, Dataran Kuno.Dengan ilmu meringankan tubuhnya, dia bahkan tiba di dataran itu lebih cepat daripada Lanting Beruga yang masih berjalan santai sambil memegang sepotong makanan.Sebelum Lanting Beruga membuka pintu ba
Pertarungan antara Sanjiwira melawan Lanting Beruga tidak dapat dielakan. Sanjiwira yang diliputi oleh amarah karena Cairan Sum-Sum Naga telah ditelan Lanting Beruga, kini menjelma seperti seorang yang kerasukan setan.Pedang dan pukulan saling beradu, menciptakan gelombang kejut bertekanan rendah di sekitar mereka berdua.Lanting Beruga menyadari meski tenaga dalam Sanjiwira tidak lebih besar dari pendekar tanding yang dia hadapi sebelumnya, tapi permainan pedang pemuda itu begitu hebat.Sebuah tebasan nyaris saja memotong leher Lanting Beruga jika pemuda itu tidak menarik tubuhnya ke belakang dengan menggunakan Mode Cahaya Api."Bagaimana mungkin ..." Sanjiwira benar-benar tidak percaya jika Lanting Beruga bisa bergerak secepat itu.Pemuda itu berulang kali merasakan tekanan tenaga dalam yang dipancarkan oleh Lanting Beruga, menduga jika pemuda itu sebenarnya dapat menyembunyikan tenaga dalam. Tapi tentu saja hal itu sia-sia.Masih d