Home / Pendekar / LANTING BRUGA / Efek Samping

Share

Efek Samping

Author: Pancur Lidi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Serangan itu mengenai dada sebelah kiri Raka Prama, jika Lanting ingin, dia bisa menggunakan potongan pedangnya untuk membunuh Raka Prama tapi dia tidak ingin melakukannya.

Raka Prama sama sekali tidak menduga jika dia juga kalah dari Lanting Beruga. Darah dari luka di dadanya mulai keluar, terasa hangat dan berbau anyir.

Raka Prama tahu jika Lanting Beruga menahan diri, luka ini bisa saja lebih dalam.

"Aku melihat Elang Api, kau seperti yang ada di legenda, Lanting." Raka Prama tampaknya tidak berniat untuk melanjutkan pertarungan, dia cukup sadar diri. Jika Jurus Angin Di Musim Dingin saja tidak bisa mengenai Lanting Beruga, maka menggunakan jurus apapun akan sangat percuma.

Sementara itu Lanting Beruga melompat ke belakang, pemuda tersebut tampak seperti sosok lain yang mengerikan.

Raka Prama memeriksa bagian dadanya, ujung dari luka tepat di titik jantungnya sendiri. Jika lanting ingin menancapkan potongan pedangnya, jantung itu pasti sudah tem

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
pipin khaw
koin super mahal
goodnovel comment avatar
Aidi Arjuna
woi kenapa kmbali ke eps ini lagi,,gw dah jauh mundur lagi ni
goodnovel comment avatar
Super Siboro
terlalu mahal bayaran untuk baca ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • LANTING BRUGA   Hari Dimulai Pertandingan

    Lanting Beruga membuat ukuran pedang sedikit lebih kecil dari sebelumya, tapi demikian bobot pedang itu masih terasa cukup berat.Untuk hari pertama, dia tidak bisa berlatih sampai petang hari, hanya sampai siang hari saja. Otot pemuda itu seakan mau pecah, dan rasa nyilu menyelimuti sekujur tubuh.Seno Geni tidak bisa membantu apapun, jika mereka cukup kaya, mungkin bisa membeli sumber daya pelatihan yang khusus untuk meningkatkan kekuatan otot, tapi sayang mereka miskin.Jalan satu-satunya untuk menjadi kuat adalah berlatih keras, keras dan lebih keras lagi."Lanting apa kau tidak terlalu memaksa diri dalam berlatih?" tanya Wulandari, wanita tua itu mengurut dua tangan Lanting Beruga di malam harinya."Nenek, jika aku menyerah di sini, maka aku akan terus menyerah sampai kemudian," jawab Lanting, diiringi ringisan kecil.Wulandari hanya tersenyum kecil. Ah, cucu mereka benar-benar sudah dewasa saat ini.Wulandari hanya menggunakan o

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Tetua Macan Giok

    "Lanting, apa kau benar-benar tidak punya malu?" Lila Sari benar-benar mau muntah saat ini, beberapa pendekar dari Desa Ranting Hijau juga menjauhi pemuda itu. "Kau ini, harus diletakan dimana muka Pimpin Desa, melihat dirimu kelak." Lanting Beruga tidak peduli meski semua teman-teman satu desanya menggunjing, bahkan meninggalkan dirinya sendiri. Ini sudah biasa, telinganya sudah kebal karena cacian. "Beruntung kita punya Kakak Coyo Wigoro, kalau tidak aku tidak tahu bagaimana tanggapan desa tetangga terhadap kita," sambung Lila Sari. Ketika nama Coyo Wigoro di sebut, membusung dada pemuda itu. "Huh ...semua orang membuat telingaku semakin sakit," gumam Lanting Beruga, mengucek daun telinganya beberapa kali. Karena ditinggal oleh teman-temannya, Lanting Beruga bersiul kecil, meletakan dua tangan di belakang kepalanya, sambil berjalan mondar-mandir. Tindakannya jelas membuat orang semakin mengejeknya. "Lihatlah, dia

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Awal Pertandingan

    Di atas langit ada langit lagi, demikian pepatah yang menggambarkan situasi antara Ketua Sekte Pedang Perak dan Tetua Macan Giok.Sekte Macan Giok menguasai Kota Teratai Biru. Sebuah tempat yang 10 kali lebih ramai dan padat dari tiga desa ini.Tentu saja bagi mereka, Sekte Pedang Perak tiada apa-apanya. Ada banyak sekte kecil di Kota Teratai Biru, bahkan yang paling lemah di antara Sekte kecil itu, mungkin lebih kuat dari Sekte Pedang Perak.Darah Sunta Wira mengalir begitu deras saat ini, hadiah untuk juara pertama dan kedua selain mendapatkan 3 dasar pemahaman pedang, adalah menjadi bagian dari Sekte Macan Giok. Itu ialah hadiah yang paling berharga di tahun ini.Ah, tiada yang tidak ingin masuk ke dalam Sekte Macan Giok."Sekarang semua orang sudah berkumpul, aku harap para peserta bisa mengambil nomor undian,"ucap Eyang Sabat Saketi.Ada guci kaca muncul dari dalam tanah, di dalam guci itu ada kerikil hitam seperti kelereng. Setiap pese

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Lanting vs Lila Sari

    Pemuda desa cemara itu masih berusaha untuk mengendalikan dirinya, tapi Timpu Rereng tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu. Timpu Rereng bergerak cepat, lalu meletakan ujung tombaknya tepat leher lawannya. "Menyerahlan!" Pemuda itu terlihat merah, dia mungkin sedang marah, tapi sekarang dia tahu diri bahwa saatnya untuk mengaku kalah. Menarik nafas panjang, pemuda itu kemudian mengangkat tangan, "Aku menyerah!" Sorakan dari Desa Ranting Hijau terdengar lebih riuh dari pada Desa lain. Timpu Rereng keluar dari arena pertandingan dengan dada sedikit membusung. Dia mendekati Coyo Wigoro dengan bangga, "Kakak, bagaimana menurutmu jurus tombak yang kumiliki tadi?" "Hehehe ...kau memang hebat, Tumpu Rereng, selain kalian berdua," Coyo Wigoro menunjuk Tumpu Rereng dan Lila Sari kemudian berkata, "tidak ada pemuda desa kita yang lebih baik." Coyo Wigoro tersenyum kecil, menatap Lanting Beruga yang masih duduk di tanah seorang diri.

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Kekalahan Lila Sari

    Lila Sari tidak terima dengan perlakuan Lanting Beruga. Bagaimana bisa pemuda cacat ini melukai tubuhnya, dan lebih jauh lagi Lanting Beruga seakan menunjukan rasa kasihan kepada gadis itu. Hanya dengan potongan pedang, Lanting Beruga bisa menekan Lila Sari, gadis terbaik di desa Ranting Hijau. Omong kosong macam apa ini. "Lanting, aku akan membalas perlakuan dirimu!" teriak Lila Sari, kembali mengayunkan pedangnya. Namun segala usaha yang dilakukan oleh Lila Sari tidak berhasil menggores tubuh Lanting Beruga, meskipun hanya sedikit. Coyo Wigoro tidak berkata apapun saat ini, pemuda itu tampak terkejut. Dari raut wajahnya, Coyo Wigoro sepertinya memiliki banyak pertanyaan yang sulit dijawab. Sementara di sisi lain lagi, para pemuda desa Ranting Hijau bungkam seribu bahasa. Mereka tidak pernah bisa menang melawan Lila Sari, gadis itu cukup tangguh, tapi bagaimana bisa pemuda cacat yang selalu mereka hina bisa mengimbangi semua gerakan Lila Sari

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Jurus Sekte Hitam

    Coyo Wigoro hampir mendaratkan pukulan ke wajah Lanting Beruga, jika bukan karena batu hitam di tangannya menyala, dan terangkat."Siapa lawan Coyo Wigoro?" tanya beberapa peserta yang tersisa."Lihatlah, dia yang akan jadi lawan pemuda itu!"Semua orang menatap ke atas, pada sosok pemuda yang ikut melayang dan masuk ke dalam arena lebih dahulu.Dia adalah Kurung Ludro, salah satu dari tiga murid terbaik Sekte Pedang Perak, dan perwakilan desa Bunga Mekar."Apakah kekuatan Coyo Wigoro memang pantas berhadapan dengan Kurung Ludro?" tanya Rudra Pati. "Pemuda itu sepertinya telah mengembangkan tenaga dalamnya beberapa bulan terakhir.""Tidak masalah," ucap Raka Prama. "Tujuanku tidak berubah, Sunta Wira adalah lawanku."Di sisi lain Timpu Rereng mencibir Raka Prama, "Pemuda itu tidak akan selamat di tangan Coyo Wigoro, bagaimana dengan dirimu kelak?"Sementara itu, Coyo Wigoro mulai masuk ke dalam arena pertandin

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Menyerah

    Pertarungan masih terus berlangsung, menyisakan orang-orang yang kuat. Lanting Beruga sendiri sudah dua kali masuk ke dalam pertarungan, dan semuanya dia menangkan hanya dalam satu jurus saja. Ya, bukankah dia hanya memiliki satu jurus dasar saja?Hingga sekarang yang tersisa hanya, Raka Prama, Rudra Pati, Kurung Ludra, Sunta Wira, Tumpu Rereng dan juga Lanting Beruga.Situasi pertandingan mulai tampak sedikit lebih tegang dari sebelumnya. Bagaimana tidak, yang tersisa hanyalah orang-orang hebat saja.Di sisi lain, Pimpinan Desa Ranting Hijau sudah kehilangan cahaya wajahnya semenjak Coyo Wigoro yang dia unggulkan kalah melawan Kurung Ludro.Dua pemuda yang tersisa mungkin tidak akan bertahan lama pula, Lanting Beruga dan Tumpu Rereng. Menurut Pimpinan Desa, dua orang itu jauh dibawah Coyo Wigoro.Sementara di sisi lain, Pimpinan Desa Cemara begitu bersemangat. Dia yakin Kurung Ludro mampu mengalahkan Sunta Wira.Beberapa saat kemudian, batu

    Last Updated : 2024-10-29
  • LANTING BRUGA   Bukan Lawan Sepadan?

    Mengaku kalah? Tidak mungkin, kenapa Rudra Pati mengaku kalah, pikir banyak orang. Apa yang terjadi sebenarnya? "Apakah Lanting telah melakukan perjanjian dengan Rudra Pati, seperti memberinya sumber daya pelatihan atau koin emas?" "Maksudmu pemuda cacat itu telah menyuap dirinya?" "Tentu saja, apa kau pikir Rudra Pati kalah begitu saja melawan manusia lemah?" "Tapi darimana dia mendapatkan uang untuk menyuap Rudra Pati?" Semua orang terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan itu. Jika benar Lanting Beruga menyuap Rudra Pati, paling tidak pemuda itu harus memiliki banyak harta. Masalahnya Lanting adalah pemuda miskin. "Apa yang telah terjadi pada mereka berdua?" tanya para penonton. Rudra Pati tersenyum kecil, lantas memberi hormat kepada Lanting sebelum kemudian turun dari arena pertarungan. Di sisi lain, tanpa diketahui orang lain hanya Raka Prama yang memahami hal tersebut. Menurut pemuda itu, tindakan yang diambil oleh R

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status