Perjalanan masih lama. Aku manfaat kesempatan ini untuk bicara.
"Kamu bisa berhenti melakukan hal berbahaya itu." Pintaku karena takut kehilangannya."Jika kamu punya kemampuan melawan penjahat, apa kamu hanya diam saja melihat kejahatan di depanmu?" Balasnya."Jadi, benar kamu dapat melawan setan!" Lanjutku dengan suara pelan agar supir tidak mendengarnya.Kami lalu bicara berbisik."Tadi itu bahan skripsi." Kata Wira."Bukannya kamu belu lulus." Tanyaku."Skripsi orang lain."
"Kenapa?""Karena itu usahaku." Jawab Wira bikin aku kaget."Terus, apa yang kamu bilang ke ayahku malam tadi!""Aku bilang, usaha penyedian barang dan jasa untuk kampus.""Tetap caramu itu ilegal. Aku ingin kamu cari usaha lain."Kami akhirnya sampai di rumahku.
"Itu motorku!" Ucap Wira menunjuk motornya di dalam pagar."Oh iya. Aku lupa. Tadi malamkan kamu datang ke sini.""Bang, aku di sini saja. Gak jadi ke kantor polisi
Aku melihat ke arah Wira di depan pagar. Dia menghilang lagi. Apa dia kabur? Tapi kumendengar suara Wira.Aku menoleh ke arah asal suara di sebelah kiriku. Benar ada Wira yang sedang bicara dengan pak Satpam. Aku sudah berpikir Wira mau menghindari dugaan yang inginku tanyakan."Izinkan saya masuk pak. Saya mau bantu!" Ucap Wira."Kamu orang pintar?" Tanya Satpam."Bukan." Jawab Wira singkat."Orang asing dilarang masuk." Balas Satpam.Saat aku ingin membujuk Satpam untuk memperbolehkan Wira masuk. Karena aku menduga Wira yang kirim para hantu dan dia juga yang dapat mengatasinya. Sofia tiba-tiba bicara, "Tiara! kamu kenapa?"Aku langsung menoleh ke arah Tiara di belakangku."Tidak apa-apa!" Jawab Tiara, sambil memegangi kepalanya.Seketika Tiara ambruk.Suasana pagi itu semakin mencekam saat beberapa murid mencoba keluar dari area sekolah. Aku tidak berpikiran mau bertanya dugaanku pada Tiara saat itu.Pak Satpam terlihat sibuk menenangkan m
"Sesuatu yang paling berharga bagi dia itu HPnya." Suara laki-laki tiba-tiba terdengar.Kami langsung menoleh ke asal suara. Sosok pemuda tampan berdiri gagah dengan HP Tiara di tangangnya."HPku." Ucap Tiara langsung mengambil HPnya sambil mengusap air mata.Siapa lagi pemuda misterius ini? dalam benakku bertanya-tanya. Dari kami bertiga, pemuda ini cuma memandangi Tiara. Sepertinya dia tergoda dengan keseksian Tiara, yang mengenakan celana pendek putih, baju ketat putih dan kulit yang putih mulus.Aku berdiri menghalangi pandangannya."Apa yang kamu lihat?" Tanyaku."Tadi aku dengar pembicaraan kalian. Jadi temanmu yang cantik itu namanya Tiara." Jawabnya.Aku terus memandang dia tajam."Namaku Jugo." Pemuda itu mengulurkan tangan.Belum sempat aku menyambut tangannya, Sofia tiba-tiba menyalami Jugo, "Kalau aku Sofia. Dan temanku yang jutek ini namanya Laila." "Bagaimana bisa kamu dapatkan HP Tiara?" Sambungku."Aku lihat dari jauh Tia
Terlihat olehku, Jugo mengenggam dengan erat. Tiba-tiba dia melepaskan tangan Wira dengan cepat."Tanganmu dingin sekali." Ucap Jugo ke Wira. "Kami ditraktir juga ya." Sambung Sofia.Jugo cuma diam dan terlihat kesal.Aku tidak suka dengan Jugo, tapi melihat Jugo tidak suka dengan Sira. Aku jadi tertarik membuat Jugo kesal dengan mempertemukan mereka berdua."Katanya kamu pengusaha. Jadi tidak masalahkan, traktir kami semua." Sambungku."Mobilku cuma muat empat orang." Balas Jugo sambil menatap tajam Wira."Aku pakai mobilku Sendiri. Biar Wita ikut aku." Ucap Sofia."Aku tidak ikut. Aku di sini saja bersihin sekolah, biar hukuman kalian ringan." Balas Wira. Sebenarnya aku kecewa Wira tidak ikut. Tapi karena aku yang kelelahan tidak sanggup lagi kerja dan tubuh ini juga butuh makanan. Aku terpaksa.Aku, Tiara, Sofia dan Jugo lalu pergi untuk makan malam. Di dalam mobil Jugo, aku pinta Tiara duduk di sampingku di bangku belakang. Sedangkan Sofia
"Bilang sekolah libur. Ayahmu tidak akan punya waktu buat cari tahu, diakan selalu sibuk." Ucap Sofia."Sibuk selingkuh. Aku akan buktikan pada Ayah. Aku jauh lebih berani berkata jujur dibandingkan dia." Ucap Tiara dengan nada dingin."Bersikaplah baik. Jangan keras kepala. Mungkin Ayahmu akan memaafkanmu." Pesanku. Aku senang Tiara yang kami kenal, kembali. Saat bersamaan, kami khawatir keadaan Tiara nanti jika dia jujur akan di hukum, kalau bohong mungkin dia selamat. Jauh lebih baik jika dia tidak tahu apa-apa seperti kemaren. Pulang sekolah kami segera ke rumah Tiara.Saat sampai di luar gerbang sekolah, kami bertemu dengan Jugo. Dia menghentikan mobil kami."Di mana Tiara?" Ucapnya langsung."Ini kami mau ke rumah Tkara. Kamu mau ikut?" Ajak Sofia."Temanmu mau gak ajak aku? Gak enak jika didukung sebelah pihak saja." Ucap Jugk sok politik.Sebenarnya aku tidak setuju. Tapi nanti jika aku tolak, Sofia yang suka dengan Jugo akan kecewa.
Kemunculan Wira selalu membuatku bertanya."Bukannya kamu kerja? Kok malah ada di sini." Tanyaku."Aku sudah selesai kerja." Jawab Wira."Siapa yang mengundang kamu di sini?" Sambung Jugo."Aku yang undang. Aku bilang ke Wira, kalau tiba di gerbang langsung masuk saja." Jawab Tiara."Kamu punya nomor HP Wira?" Tanyaku ke Tiara."Iya, aku minta langsung sama HPmu yang ditinggal sendirian di mobil saat melayat di rumah Andi dulu." Jawab Tiara.Aku kesal. Tapi bingung harus bicara apa."Aku cuma sebentar di sini." Jelas Wira."Ikut aku, Wira." Ucap Tiara sambil berjalan menjauhi kami.Melihat Tiara dan Wira pergi ke samping rumah di luar dari pandangan kami, aku penasaran dan menghampirinya diam-diam. Lalu mengintip mereka."Aku ingin kau beritahu caraya?" Ucap Tiara ke Wira.Terlihat Wira mengalihkan pandangannya dari wajah Tiara."Siapa di sana?" Tanya Tiara yang menyadari keberadaanku padahal dia membelakangiku.
Keterpurukanku karena kecemburuan yang berlebihan diobati oleh Ayahku yang tiba-tiba datang dan langsung memelukku."Syukurlah, kamu tidak apa-apa, Laila." Ucap Ayah yang mengkhawatirkanku. "Apa ini hujan. Tapi langit cerah." Ucapku sambil melihat telapak tangan yang basah karena terkena tetesan air dari langit.Sekelompok polisi anti teror berlari dari depan ke arah belakangku.Segeraku menahan tangan salah satu anggota polisi, "Apa yang terjadi?" Polisi itu berhenti berlari dan bicara kepadaku dengan jelas, ''Ledakan terjadi di lantai 13 yang kosong dan ledakan susulan terjadi di sungai."Aku terkejut. Kilasan ingatanku mengumpulkan semua yang kutahu dalam sekejab. Apa Pria itu teroris dan Yasmine yang bersamanya juga punya bom, itu kenapa Wira membawa Yasmine ke luar hotel menuju sungai. Rasa kesalku berubah menjadi khawatir, aku segera berlari menuju sungai. Tapi langkahku dihentikan oleh polisi. Suasana hening, tidak ada angin dan suara manus
Tidak beberapa lama Sofia mendapat telepon. Lalu melempar HPnya ke meja."Ih ketua kelas sombong banget. Masa gak pakai salam langsung bicara, gak sempat aku bicara langsung di tutup." Ucap Sofia kesal."Gak penting keluhmu. Yang penting pesan ketua kelas." Balasku."Katanya sekolah diliburkan." Jawab Sofia. "Ada kasus apalagi di sekolah kalian?" Tanya Wira."Kunci sekolah hilang semua." Balas Sofia. "Prankkk!" Tiba-tiba terdengar suara piring pecah di dapur."Apa itu?" Tanyaku panik."Mungkin Hamster." Balas Sofia ragu."Kamu memeliharanya?" Tanya Wira."Gak." Jawab Sofia."Berarti itu tikus. Gak usah dibikin keren sebutannya." Balasku."Prakkk!" Kemudian terdengar lagi dari arah berlawanan di dalam kamar Sofia, seperti suara pot jatuh dan pecah."Itu apa lagi?" Tanyaku selalu penasaran."Mungkin Anggora." Balas Sofia."Kucing kali. Kaya kebun binatang aja rumahmu." Ucapku."Emang kamu punya?" Tanya Wira."Gak. Kok rumahk
Di luar ruangan ada wanita tua bersama pemuda. Yasmine menyambut mereka dengan senyum, "Ibumu masih sanggup berjalanan? Sebaiknya gunakan saja kursi roda kami."Pemuda itu menjabat tangan Yasmine, "Sudah cukup dok bantuannya. Saya sangat berterima kasih telah membuat ibu saya sehat. Saya janji akan membayarnya kapan-kapan jika sudah punya uang.""Tidak perlu sekaligus, berangsur-angsur saja. Tidak perlu dipikirkan masalah biaya karena tidak ada batas waktu di sini." Ucap Yasmine."Bawakan kursi roda." Perintah Yasmine kepada perawat wanita di sampingnya."Baik dok."' Balas perawat itu lalu pergi. "Laila, kamu sudah kabari orang tuanya Sofia?" Tanya Yasmine ke aku.Segera aku menghubungi orang tua Sofia, memberitahu anaknya yang hilang sudah ditemukan dan alamat Sofia yang terluka dirawat. Setelah selesai telponnya aku bicara lagi ke Yasmine."Ibunya akan datang ke sini." Perawat wanita tadi datang membawa kursi roda dan menyerahkannya ke si pemuda.