"Lo kenapa, Ray?" tanya Dewi sekali lagi karena Raya tak menjawab pertanyaan.
Dewi beranjak dari duduknya mendekat ke arah Raya diikuti oleh Rere yang nampak ketakutan."Ini deh gue nungguin novel yang ditulis sama Lea," jelas Raya sembari memberikan novel yang sedang ia pegang ke tangan Dewi dan langsung diterima oleh Dewi."Gue baru tahu kalau Lea penulis," ucap Rere seraya melihat kearah novel yang dipegang oleh Dewi.Dewi menghindari 2 manusia yang sedang melihat ke arahnya itu ya duduk dengan santainya di ranjang Lea.Dewi membuka halaman pertama novel itu. Tidak ada hal yang aneh selain kata pembuka, tapi disaat Dewi melihat daftar isi dari novel itu terdapat banyak sekali judul-judul Bab yang yang membuatnya mengerutkan kening."Halaman pertama, Cinta Dalam Diam.""Si Lea ternyata bucin juga, ya? Ha-ha-ha," ujar Rere."Iya, tapi kan ini cuman cerita halunya dia doang," ucap Raya seraya mengambil novel itu dari tangan Dewi begitu saja. Ia lantas membaca halaman pertama novel itu."Is elomah, main ambil aja.""Gue penasaran pengen baca,""Ya udah baca aja deh gue ngantuk.""Emang lo gak penasaran?""Penasaran sih, tapikan lo tau Gue nggak terlalu suka baca novel kayak gitu, jadi kapan-kapan aja deh gue baca. Mending gue tidur dulu biar besok semangat cari tuh anak hilang," ucap Dewi seraya memberikan tubuhnya di ranjang Lea diikuti oleh Rere yang ternyata juga sudah mengantuk."Gue juga deh, udah ngantuk," ujar Rere.Raya menghela nafas melihat kelakuan 2 sahabatnya itu, lantas ia pindah duduknya ke kursi meja belajar Lea, Ia begitu penasaran dengan novel yang ditulis sahabatnya itu. Dan diantara semua sahabat Lea hanya Raya yang terbilang cukup menyukai membaca novel, tapi tidak ada niat sekalipun untuk menulis novel.Awal pertama tidak ada yang aneh dengan novel itu Namun kita ketika bab terakhir dari halaman pertama tertulis di sana 'Aku mencintai laki-laki dingin itu dalam diam'"Siapa sih laki-laki dingin yang lo maksud, kok gue ga yakin ya kalo ini cuma haluan lo doang hehe," ujar Raya tersenyum sendiri membaca novel itu.HasssRaya langsung melihat ke arah sampingnya, entah kenapa ia merasa ada seseorang yang meniup telinganya.Ting Ting TingDentingan jam terdengar jelas ditelinga Raya semakin memperkuat suasana mencengkram malam itu. Raya memegang tengkuknya dengan sebelah tangan karena bulu kuduknya terasa berdiri setelah merasakan sesuatu meniup telinganya."Mungkin cuma perasaan gue aja kali," ujar Raya sambil menutup novel itu dengan cepat.Raya segera beranjak dari duduknya ingin segera tidur, tapi lagi-lagi ia dikejutkan den dirinya yang tidak bisa jalan karena tertahan sesuatu.“Astaga, ini kamar ada penunggunya kali, ya. Perasaan dari awal masuk ada aja yang ganggu gue. Plis jangan ganggu gue dong, gue anak baik, kok,” ucap Raya dengan tubuh bergetar karena ketakutan.Raya memejamkan mata dan dengan perlahan ia menoleh ke arah belakang, dimana ada sesuatu yang menahannya untuk berjalan.Raya membuka matanya pelan-pelan setelah ia membalik tubuhnya. Namun, ternyata hody yang ia kenakan tersangkut pada paku kecil dibawah meja untuk menyimpan plastik jajanan biasa Lea gunakan ketika Ia sedang belajar.“Ya ampun Lea, lu ngapain naro paku di situ. Bikin kaget aja,” ujar Raya sambil melepas benang hody yang tersangkut di paku itu.Raya juga melepas hody itu dan menggantungkannya di tempat gantungan baju yang terdapat di pintu ke kamar mandi."Mau mandi sih, gerah banget, tapi …."Raya melihat Dewi dan Rere sudah tertidur pulas."Enak banget mereka gak mandi seharian bisa tidur pulas kaya gitu," ujarnya.Raya mendekat duduk di samping ranjang."Gak mandi gerah gak bisa tidur, mandi takut."Raya berbaring di samping Rere, ia menatap langit-langit kamar.“Lo sebenarnya pergi kemana sih, Lea? Kita semua khawatir sama keadaan lo.”Raya bermonolog sendiri sebelum akhirnya ia memejamkan mata, tapi lagi-lagi Raya membuka matanya setelah ia merasakan ada sesuatu yang dingin memegang tangannya.Raya mengepalkan tangannya dan membukanya kembali, ia melihat dan memperhatikan tangannya yang tidak ada apa-apa."Perasaan gue aja kali, ya?" gumam Raya lirih.Rayap bangun dari tidurnya dan mengambil remote AC untuk mendinginkan kamar itu yang menurutnya terasa sangat panas."Gerah banget mana kayaknya ACnya mati deh," ucap Raya pada dirinya sendiri.Raya melihat kearah teman-temannya yang bisa bisanya tertidur lelap di saat keadaannya saja bahkan seperti ini."Gila bisa-bisanya mereka tidur lelap kayak gitu,"Raya pergi ke arah lemari milik Lea, perlahan Ia membuka lemari itu dan mengambil handuk baru untuk Ia mandi. Ia pikir mandi lebih baik daripada dia tidak bisa tidur sama sekali dan semoga saja setelah mandi ia bisa tertidur lelap agar besok keadaannya baik-baik saja di saat ia kembali mencari keberadaan Lea.Setelahnya dia pergi ke kamar mandi, kamar mandi milik Lea terlihat sangat rapi sudah nampak jelas jika Lea merupakan seorang wanita yang suka sekali kebersihan."Beruntung banget dah yang jadi suami lo, pinter, rajin bersih-bersih, anak pemilik sekolah lagi. Lah yang jadi suami gua sial amat tuh orang hidup bareng gua yang bar-bar dikit. Ha-ha-ha," Raya berbicara sambil membuka bajunya dan menyalakan air shower.Raya mengguyur tubuhnya sendiri dengan air shower dan memejamkan mata seraya menggosok-gosok tubuhnya menikmati guyuran air shower.Raya mengambil shampo yang ada di sana lantas ia memakaikannya ke kepalanya dan menggosok-gosoknya."Ini sampo apa minyak ikan? anyir banget," gumam Raya mencium aroma shampo yang ia gunakan, saya dengan cepat membasuh kepalanya agar shampo itu cepat menghilang karena itu benar-benar sangat anyir di penciumannya.Hoek HoekSelesai mandi ya malah muntah-muntah karena mencium aroma shampo itu membuatnya mual-mual. Raya membersihkan tangannya dan juga mulutnya lalu ia mengambil shampo yang baru saja ia gunakan melihat mereknya lalu mencium aroma shampo itu.Raya mengerutkan kening, aroma shampo itu adalah aroma wangi seperti biasanya merek itu, tapi entah kenapa tadi baunya bisa berbeda.Raya memegang tengkuknya"Ah mungkin ini perasaan gue aja karena terlalu sering menonton film horor," gumam Raya sambil keluar dari kamar mandi dengan cara berlari cepat.Huff huff huffNafasnya memburu setelah ia keluar dari kamar mandi, Raya buru-buru menghampiri lemari Lea dan mengambil baju Lea mana saja yang cepat terjangkau olehnya, lalu dengan cepat dia memakainya tanpa menggunakan pakaian dalam dan segera masuk kedalam selimut yang digunakan oleh Rere dan Dewi, menggulung dirinya sendiri.Malam kembali menyapa tidak ada yang keluar dari rumah itu malam ini. Masih pukul sepuluh malam, mereka sudah tidur. Mungkin karena mereka lelah setelah siang tadi mereka baru melewati hari yang panjang. Raya menggeliat, saat merasakan ada sesuatu jatuh ke wajahnya, yang membuat tidur nyaman nya terganggu. Ia memegang wajahnya yang terasa dingin dengan masih memejamkan mata. Raya merasa-rasa cairan yang ada di wajahnya dengan tangannya. Lengket, ya tidak seperti air biasanya. Raya membuka matanya. Gelap! hanya kegelapan yang bisa dilihat. Raya meraba sisi kirinya, tidak ada siapa-siapa. Kecemasan melanda hatinya. Kenapa? Kenapa tidak ada Rere yang tidur di samping kirinya tadi. Kemana Rere?. Berbagai pertanyaan mampir di benaknya. Raya kembali meraba samping kanannya. Tapi, lagi-lagi cairan Lengket tadi yang ia temukan di tubuh Dewi yang tidur di sampingnya. "Wi." Masih dalam keadaan berbaring Raya menggoyangkan tubuh orang yang ia kira Dewi itu agar Dewi bangun, tapi Dewi tak
Abizar menarik tangan Charissa, ia buru-buru keluar dari cafe itu. Abizard benar-benar malu dengan perilaku Charissa yang bertengkar di tempat umum dengan wanita yang tidak mereka kenal.Abizard tidak ingin semakin dipermalukan lagi oleh wanita muda yang bernama Raya itu."Pelan-pelan dong! sakit," rintih Charissa, tapi Abizard tidak sama sekali menanggapi rintihan Charissa.Sampai di mobil Abizard langsung menyuruh Charissa masuk begitupun dengan dirinya yang mengelilingi mobil dan ikut masuk dan melajukan mobilnya."Kamu bisa gak sih, gak usah buat keributan di tempat umum, bikin malu aja." Abizard memukul setirnya seraya mengatakan itu."Cewek itu yang salah karena dia ngatain aku, lagian ini salah kamu," kata Charissa seraya menunjuk Abizard."Kok, jadi aku!""Ya, iyalah kamu. Kamu yang gak pernah mau ikut aku jenguk anak kamu." Abizard benar-benar muak dengan Charissa yang selalu saja menyalahkannya jika ia tidak pernah mau menjenguk anaknya, padahal sudah jelas jika anak itu bu
“Mas,” panggil Tante Lidya..“EH, iya, Mah.”"Kita harus ke kantor polisi dulu, Yah. Sebelum pulang!" ucap Tante Lidya seraya memegang pundak suaminya dari kursi belakang, suaminya yang sedang duduk di depan stir.Sampai di kantor polisi mereka langsung melaporkan kejadian yang terjadi kepada Lea.Om Pras menjelaskan kapan hilangnya Lea seperti yang sebelumnya Tante Lidya jelaskan kepada teman-temannya Lea."Baik, Pak. Saya akan segera menangani kasus hilangnya anak bapak saat ini," ucap polisi yang sedang duduk di depan Om Frans dan tante Lidya juga teman-teman Lea setelah mendengar penjelasan dari Om Pras tentang hilangnya Lea."Terimakasih, Pak.""Saya berharap anak saya bisa segera ditemukan,""Baik Pak kami akan berusaha menemukan anak bapak.""Terimakasih, Pak."Setelah melaporkan kasus anak kehilangan Lea, mereka segera pulang ke rumah tentu saja dengan polisi yang juga ikut bersama mereka untuk memulai penyelidikan di rumah Om Frans terlebih dahulu.Rere Dewi dan Raya juga iku
"Lo kenapa, Ray?" tanya Dewi sekali lagi karena Raya tak menjawab pertanyaan.Dewi beranjak dari duduknya mendekat ke arah Raya diikuti oleh Rere yang nampak ketakutan."Ini deh gue nungguin novel yang ditulis sama Lea," jelas Raya sembari memberikan novel yang sedang ia pegang ke tangan Dewi dan langsung diterima oleh Dewi."Gue baru tahu kalau Lea penulis," ucap Rere seraya melihat kearah novel yang dipegang oleh Dewi.Dewi menghindari 2 manusia yang sedang melihat ke arahnya itu ya duduk dengan santainya di ranjang Lea.Dewi membuka halaman pertama novel itu. Tidak ada hal yang aneh selain kata pembuka, tapi disaat Dewi melihat daftar isi dari novel itu terdapat banyak sekali judul-judul Bab yang yang membuatnya mengerutkan kening."Halaman pertama, Cinta Dalam Diam.""Si Lea ternyata bucin juga, ya? Ha-ha-ha," ujar Rere."Iya, tapi kan ini cuman cerita halunya dia doang," ucap Raya seraya mengambil novel itu dari tangan Dewi begitu saja. Ia lantas membaca halaman pertama novel itu
"Lo kenapa, Ray?" tanya Dewi sekali lagi karena Raya tak menjawab pertanyaan.Dewi beranjak dari duduknya mendekat ke arah Raya diikuti oleh Rere yang nampak ketakutan."Ini deh gue nungguin novel yang ditulis sama Lea," jelas Raya sembari memberikan novel yang sedang ia pegang ke tangan Dewi dan langsung diterima oleh Dewi."Gue baru tahu kalau Lea penulis," ucap Rere seraya melihat kearah novel yang dipegang oleh Dewi.Dewi menghindari 2 manusia yang sedang melihat ke arahnya itu ya duduk dengan santainya di ranjang Lea.Dewi membuka halaman pertama novel itu. Tidak ada hal yang aneh selain kata pembuka, tapi disaat Dewi melihat daftar isi dari novel itu terdapat banyak sekali judul-judul Bab yang yang membuatnya mengerutkan kening."Halaman pertama, Cinta Dalam Diam.""Si Lea ternyata bucin juga, ya? Ha-ha-ha," ujar Rere."Iya, tapi kan ini cuman cerita halunya dia doang," ucap Raya seraya mengambil novel itu dari tangan Dewi begitu saja. Ia lantas membaca halaman pertama novel itu
"Lo kenapa, Ray?" tanya Dewi sekali lagi karena Raya tak menjawab pertanyaan.Dewi beranjak dari duduknya mendekat ke arah Raya diikuti oleh Rere yang nampak ketakutan."Ini deh gue nungguin novel yang ditulis sama Lea," jelas Raya sembari memberikan novel yang sedang ia pegang ke tangan Dewi dan langsung diterima oleh Dewi."Gue baru tahu kalau Lea penulis," ucap Rere seraya melihat kearah novel yang dipegang oleh Dewi.Dewi menghindari 2 manusia yang sedang melihat ke arahnya itu ya duduk dengan santainya di ranjang Lea.Dewi membuka halaman pertama novel itu. Tidak ada hal yang aneh selain kata pembuka, tapi disaat Dewi melihat daftar isi dari novel itu terdapat banyak sekali judul-judul Bab yang yang membuatnya mengerutkan kening."Halaman pertama, Cinta Dalam Diam.""Si Lea ternyata bucin juga, ya? Ha-ha-ha," ujar Rere."Iya, tapi kan ini cuman cerita halunya dia doang," ucap Raya seraya mengambil novel itu dari tangan Dewi begitu saja. Ia lantas membaca halaman pertama novel itu
“Mas,” panggil Tante Lidya..“EH, iya, Mah.”"Kita harus ke kantor polisi dulu, Yah. Sebelum pulang!" ucap Tante Lidya seraya memegang pundak suaminya dari kursi belakang, suaminya yang sedang duduk di depan stir.Sampai di kantor polisi mereka langsung melaporkan kejadian yang terjadi kepada Lea.Om Pras menjelaskan kapan hilangnya Lea seperti yang sebelumnya Tante Lidya jelaskan kepada teman-temannya Lea."Baik, Pak. Saya akan segera menangani kasus hilangnya anak bapak saat ini," ucap polisi yang sedang duduk di depan Om Frans dan tante Lidya juga teman-teman Lea setelah mendengar penjelasan dari Om Pras tentang hilangnya Lea."Terimakasih, Pak.""Saya berharap anak saya bisa segera ditemukan,""Baik Pak kami akan berusaha menemukan anak bapak.""Terimakasih, Pak."Setelah melaporkan kasus anak kehilangan Lea, mereka segera pulang ke rumah tentu saja dengan polisi yang juga ikut bersama mereka untuk memulai penyelidikan di rumah Om Frans terlebih dahulu.Rere Dewi dan Raya juga iku
Abizar menarik tangan Charissa, ia buru-buru keluar dari cafe itu. Abizard benar-benar malu dengan perilaku Charissa yang bertengkar di tempat umum dengan wanita yang tidak mereka kenal.Abizard tidak ingin semakin dipermalukan lagi oleh wanita muda yang bernama Raya itu."Pelan-pelan dong! sakit," rintih Charissa, tapi Abizard tidak sama sekali menanggapi rintihan Charissa.Sampai di mobil Abizard langsung menyuruh Charissa masuk begitupun dengan dirinya yang mengelilingi mobil dan ikut masuk dan melajukan mobilnya."Kamu bisa gak sih, gak usah buat keributan di tempat umum, bikin malu aja." Abizard memukul setirnya seraya mengatakan itu."Cewek itu yang salah karena dia ngatain aku, lagian ini salah kamu," kata Charissa seraya menunjuk Abizard."Kok, jadi aku!""Ya, iyalah kamu. Kamu yang gak pernah mau ikut aku jenguk anak kamu." Abizard benar-benar muak dengan Charissa yang selalu saja menyalahkannya jika ia tidak pernah mau menjenguk anaknya, padahal sudah jelas jika anak itu bu
Malam kembali menyapa tidak ada yang keluar dari rumah itu malam ini. Masih pukul sepuluh malam, mereka sudah tidur. Mungkin karena mereka lelah setelah siang tadi mereka baru melewati hari yang panjang. Raya menggeliat, saat merasakan ada sesuatu jatuh ke wajahnya, yang membuat tidur nyaman nya terganggu. Ia memegang wajahnya yang terasa dingin dengan masih memejamkan mata. Raya merasa-rasa cairan yang ada di wajahnya dengan tangannya. Lengket, ya tidak seperti air biasanya. Raya membuka matanya. Gelap! hanya kegelapan yang bisa dilihat. Raya meraba sisi kirinya, tidak ada siapa-siapa. Kecemasan melanda hatinya. Kenapa? Kenapa tidak ada Rere yang tidur di samping kirinya tadi. Kemana Rere?. Berbagai pertanyaan mampir di benaknya. Raya kembali meraba samping kanannya. Tapi, lagi-lagi cairan Lengket tadi yang ia temukan di tubuh Dewi yang tidur di sampingnya. "Wi." Masih dalam keadaan berbaring Raya menggoyangkan tubuh orang yang ia kira Dewi itu agar Dewi bangun, tapi Dewi tak